“Bagaimana para saksi? Sah?” tanya penghulu pada para saksi. “Sah!” “Sah!” Aku dan Narendra yang akan ku panggil ‘Mas Naren’ itu sudah sah menjadi suami istri. Tidak ada getaran hati yang mengganggu, tidak ada detak jantung yang seolah menyukai semua ini, tidak ada kebahagiaan yang dapat ku tunjukkan, ini seperti sebuah tugas yang berat, yang mungkin tidak semua orang bisa menjalaninya. Ku hela napasku, satu proses akhirnya selesai. Beberapa saat kemudian aku melihat semua tamu undangan begitu memeriah entah bagaimana jika semua orang tahu bahwa pernikahan yang aku jalani, yang aku laksanakan hari ini adalah pernikahan yang tidak aku inginkan, semua ini hanyalah sandiwara. Senyuman Mas Naren, senyumanku yang ku ukir sejak tadi semua itu hanyalah sandiwara dan semuanya palsu. Aku dan