(Masih Pov Narendra) “Bang, ini cemilannya,” kata Nada menghampiriku dengan membawa piring kecil ditangannya yang berisi puding coklat. “Saya tidak makan seperti itu,” jawabku berbohong. Aneh sekali perempuan ini, selalu saja mendekat ketika aku sendiri, apakah dia tidak takut kepada suaminya? Aku mulai kesal dan ingin sekali marah, namun aku tahu rumah ini bukan rumahku dan kampung ini bukan kampungku, aku tidak boleh menggores nama baik Syafana di sini hanya karena aku marah kepada Nada. “Cobalah, Bang, ini buatanku loh,” kata perempuan ini. “Apa kamu sudah tidak waras?” tanyaku mendongak. “Heem? Tidak waras? Bukannya orang yang gak waras itu ada di RSJ?” tanya perempuan yang tidak tahu diri ini. Ingin sekali ku marahi. “Abang bisa aja deh. Aneh.” “Apa suamimu tidak cemburu kamu pe