BAB 02

1091 Words
Mata Alea menatap pada gedung perusahaan yang ada di depannya sekarang. Langkah kakinya sampai kemari. Tidak tahu ditujukan kemana lagi dan hanya di sini yang Alea harapkan untuk mendapatkan uang sebanyak dua ratus juta dalam waktu tiga jam ke depan. Alea menghapus air matanya kasar. Ia masuk ke dalam gedung perusahaan. Menatap pada resepsionis yang sudah cukup mengenal dirinya. Ia sering datang ke sini dulu mengantar makanan dan juga berkas yang ditinggal oleh- rasanya begitu enggan sekali Alea menyebutkan nama itu. Selama satu tahun ini, ia selalu menyingkirkan nama itu dari pikirannya. Tidak mau mengingat dan melupakan kenangan bersama dengan lelaki tersebut. Kenangan yang begitu buruk baginya. Namun sekarang ia harus bertemu dengan lelaki itu kembali. Meminta bantuan padanya. “Berna, Vanno ada di dalam?” tanyanya pada resepsionis yang menyambutnya dengan senyuman begitu manis. “Ada Nona. Boss ada di dalam ruangannya dan tidak kemanapun. Nona segera masuk saja ke dalam dan bertemu sama Boss. Untung-untung bisa rujuk, ya, Nona.” Alea hanya tersenyum tipis mendengar ucapan dari Berna barusan. Rujuk? Ia tidak pernah memikirkan hal itu. Bahkan tidak pernah terlintas di dalam pikirannya kalau ia akan rujuk dengan lelaki tersebut. Langkah kaki Alea masuk ke dalam lift dan menekan tombol lift menuju lantai ruangan Vanno— mantan suaminya. Alea menarik nafas perlahan dan melepaskan perlahan. Langkah kakinya sungguh berat sekali menuju ruangan Vanno yang berada di depan sana. Hanya perlu beberapa langkah lagi lalu membuka pintu ruangan tersebut. Maka dirinya sudah bertatap muka dengan Vanno. Mengatakan keluhannya pada lelaki tersebut. “Nona Alea, anda mau bertemu Tuan Vanno?” Mata Alea bertemu dengan mata sekretaris Vanno. Ia mengangguk, lalu berjalan menuju sekretaris tersebut. Ia menatap pintu ruangan Vanno. Hatinya masih tidak mau bertemu dengan Vanno. Ia mau berbalik dan pulang sekarang. Tapi, kalau dirinya pulang. Maka ia tidak bisa bertemu dengan Vanno dan meminta tolong. “Hem, iya. Vanno di dalam?” tanyanya lembut. “Ya, ada di dalam. Anda masuk saja ke dalam.” Jawab sekretaris sopan. Alea mengangguk dan berjalan masuk ke dalam ruangan Vanno. Ia memutar knop pintu, dan mendorongnya pelan. Mata Alea membulat ketika melihat Vanno yang sedang b******u dengan wanita. Pakaian wanita itu sudah terbuka setengah. “Ahshshhh… dia siapa?” tanya wanita itu berbalik. Menatap datar pada Alea. Alea menelan saliva. Melihat Vanno mengangkat sebelah alis sekaligus menurunkan wanita itu dari pangkuannya. “Pakai bajumu lagi! Dan keluar dari sini. Aku kedatangan tamu yang sudah lama tidak bertemu.” Vanno tersenyum sinis. Wanita itu dengann kesal memakai bajunya kembali, lalu berjalan keluar dari dalam ruangan Vanno. Mendengkus ketika melewati Alea. Alea hanya diam saja, tapi fokusnya menatap pada mata Vanno yang mengejek dirinya sekarang. “Mau apa datang kemari?” tanya Vanno. Alea menghembuskan nafasnya sebelum mengatakan maksud dan tujuannya datang kemari. “Vanno, bisakah kau membantuku. Tidak banyak hanya dua ratus juta saja! Hiks! Papa! Papa sedang di rumah sakit dan harus segera di operasi.” Ucapnya menangis dan menangkup tangannya di depan. Berharap Vanno mau mengasihani dirinya sekarang. Vanno mengetuk jarinya di atas meja. Lalu matanya melihat pada mata sendu Alea. “Dua ratus juta ya…?” “Ya. Hanya dua ratus juta! Aku janji akan membayarnya-“ “Pakai apa?” Kening Alea mengerut. “Maksudnya?” “Kau membayarnya pakai apa Alea? Kau hanya pelayan di kafe. Sedangkan perusahaan ayahmu sudah bangkrut. Kau tidak punya uang untuk membayar uang sebanyak itu Alea. Kau mau membayar pakai apa hem? Aku tidak pernah mau mengeluarkan uang untuk hal tidak jelas kapan kembalinya.” Alea termenung mendengar penuturan Vanno barusan. “A-ku akan membayarnya dengan cara mengangsur!” Vanno tergelak mengejek mendengar ucapan Alea barusan. “Mengangsur? Mau sampai kapan Alea? Mau sampai dunia kiamat kau tidak akan bisa melunasinya Alea. Hem … bagaimana kalau aku menawarkan sesuatu yang menyenangkan.” Mata Vanno menatap pada tubuh Alea yang menggoda dirinya sekarang. Ia menjilat bibirnya. Kemana saja Vanno, kenapa baru tahu kalau tubuh Alea sangat seksi sekali. Selama menikah dengan Alea dulu, ia tidak pernah melihat tubuh Alea yang seksi dan menggoda seperti di hadapannya sekarang. “A-pa?” tanya Alea gagap. Vanno menyeringai. “Menjadi pemuas hasratku. Maka uang itu menjadi milikmu sayang. Bahkan biaya pengobatan ayahmu. Rumah. Dan yang lainnya aku menanggung, asalkan tubuhmu yang seksi ini pandai bergoyang dan memuaskan milikku.” Tubuh Alea menegang mendengar ucapan Vanno barusan. Alea menggeleng dan sudah menangis kembali. Tidak mau melakukan itu. Ya Tuhan! Dirinya bukan p*****r, bagaimana bisa Vanno melakukan itu pada dirinya. “Aku bukan pelacur.” Lirih Alea dengan air mata terus mengalir. “Aku tahu. Tapi kau menjadi pelacurku mulai sekarang. Hanya perlu memuaskan hasratku, kehidupanmu dan juga ayahmu selamat Alea.” Alea menatap Vanno dengan pandangan sendunya. “Kenapa kau begitu jahat sekali?” Vanno tergelak. “Jahat? Aku tidak jahat Alea. Malahan aku sangat baik sekali, memberikanmu uang. Lalu kau membayarnya dengan cara yang aku minta. Ingat sayang, tidak ada yang gratis di dunia ini. Kau pergi ke toilet umum saja sekarang harus bayar. Dan tarifnya juga sudah bertambah. Apalagi uang dua ratus juta yang kau minta. Oh! Aku tidak bisa memberikannya cuma-cuma. Pada mantan istriku yang miskin ini.” Tunjuk Vanno sekaligus menatap Alea menghina. Tangan Alea terkepal. Alea bimbang sekarang, apakah dia menerima tawaran Vanno. Atau dia pergi sekarang dari sini dengan tangan yang kosong, tidak kembali ke sini lagi. Tapi, ayahnya? Aght! Kenapa sulit sekali. Kenapa banyak sekali. Kenapa harus Alea yang menangung semua ini hah?! Kenapa harus Alea? Kenapa bukan orang lain saja. “Kau masih lama untuk memikirkannya Alea? Kalau masih lama. Kau bisa keluar dari sini. Aku masih memiliki pekerjaan yang lebih penting dibanding harus menunggumu berpikir mengenai uang dua ratus juta dan tawaran yang aku tawarkan padamu.” Usir Vanno. Alea menghembuskan napasnya. Memejamkan mata dan mengepalkan tangan. “Aku menerima tawaranmu!” Ucapan yang begitu berat yang dikeluarkan oleh Alea. Pada akhirnya keluar juga dari mulutnya. Ia menerima tawaran itu. Menjadi wanita rendahan dan p*****r dari Vanno— mantan suaminya. Yang sudah tersenyum sombong dan begitu bahagia mendengar keputusan Alea. “Pilihan yang bagus sayang. Kau tidak rugi menjadi pelacurku, karena setiap wanita yang berhubungan denganku, selalu merasa puas dan ingin melakukannya lagi dan lagi. Aku harap kau masih perawan sayang. Atau kau memang sudah menjual keperawananmu sebelumnya?” Vanno bertanya sembari memiringkan wajahnya, dan tatapannya mengejek Alea. “Jaga ucapanmu! Aku masih perawan!” Alea berucap tidak terima. “Kalau masih perawan itu bagus sayang. Aku suka yang masih sempit dan tersegel.” Vanno menjilat bibirnya layaknya lelaki m***m pada umumnya yang sudah menjerat mangsanya untuk terikat dengannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD