BAB 04

1015 Words
Vanno berjalan santai sembari memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Matanya menatap datar ke depan. Tidak ada senyuman ketika beberapa suster yang menyapanya dengan senyuman manis penuh memikat dari suster tersebut. Ia hanya mau melihat mantan mertuanya yang sudah ingin menemui malaikat penyabut nyawa. Vanno melihat Alea yang langsung berjalan menuju administrasi rumah sakit, berbicara dengan pihak administrasi. Vanno memilih untuk duduk melipat kakinya dan mengeluarkan handphone untuk menghilangkan rasa bosan. “Kau masih di sini? Tidak pergi?” Vanno mengangkat kepala. “Kau mau aku pergi? Aku kira kau butuh penyemangat untuk bertepuk tangan setelah ayahmu tidak bernyawa.” “Iblis!” celetuk Alea menatap tajam Vanno. “Kau iblis! Tidak punya hati. Kau telah mendoakan ayahku mati secara tidak langsung. Aku berdoa pada Tuhan, agar ayahku panjang umur dan tidak ada kata mati untuknya.” “Apakah aku harus bilang amen?” Vanno bertanya sembari mengejek mantan istrinya itu. Alea mendengkus dan berjalan meninggalkan Vanno. Menuju ruang operasi dan menatap nanar pada ruangann operasi di depannya. Ia mendoakan ayahnya untuk selamat dan jangan pernah meninggalkannya. Alea bolak balik tidak tenang menunggu operasi tersebut selesai. Vanno menguap pelan dan menggeleng melihat Alea yang bolak balik. Vanno menarik tangan Alea dan membawan mantan istrinya itu duduk. Bukan di kursi di sampingnya. Malahan Vanno membawa Alea untuk duduk di atas pangkuannya sekarang. Alea terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Vanno. “Apa yang kau lakukan?” tanyanya ingin beranjak dari pangkuan Vanno. Namun Vanno menahan Alea, tidak membiarkan Alea untuk lepas darinya. “Diam! Atau kau mau diperkosa di sini. Tidak masalah melakukannya di sini sayang, karena yang terbuka itu lebih menantang dibanding ditempat tertutup.” Tangan Vanno kurang ajar, menjalar ke paha Alea. Alea terkejut dan menepis tangan Vanno. Bukannya membuat Vanno menghentikan perbuatan kurang ajarnya. Malahan lelaki itu, melakukannya kembali mengusap paha Alea, kini sudah sampai di bibir bagian intim Alea. Mengusap bagian intim Alea. “Oughthh…” Lenguhan terdengar dari Alea ketika Vanno mengusap bagian intimnya. Vanno menyeringai, mengeluarkan tangannya ketika melihat suster lewat di hadapannya sekarang. “Kau hanya disentuh seperti itu saja langsung melengguh sayang. Bagaimana kalau kejantananku yang perkasa ini menghentak kuat ke dalam lubangmu yang masih perawan itu. Maka bibirmu ini pasti mengeluarkan suara berisik penuh desahan bukan?” Vanno mengelus bibir Alea. Alea mendengar ucapan Vanno yang memalukan dirinya. Alea ingin berdiri namun Vanno kembali menahannya. Tenaga Alea dan lelaki itu tidak sebanding. Tangan Vanno kini kembali kurang ajar, masuk ke dalam baju kemeja Alea. Menyusuri ke atas, mengusap perut Alea lembut. Alea menahan nafas apa yang dilakukan oleh Vanno pada dirinya sekarang. Jari Vanno sudah ada di putting Alea, menekan dan memainkan putting Alea. Alea menahan nafasnya, keringat sudah bercucuran di keningnya. Alea menerima saja apa yang dilakukan oleh Vanno. Seharusnya ia memberontak dan mendorong Vanno untuk menjauh darinya. Alea menahan nafasnya ketika tangan Vanno meremas payudaranya sekarang. Alea melihat suster yang akan lewat di depannya dan Vanno. Dengan cepat Alea mengeluarkan tangan Vanno dari bajunya. Alea duduk di samping Vanno mengusap keringat dan air matanya yang keluar begitu saja. Menatap ruang operasi. Apa yang dilakukan tadi? Alea sudah menjadi w************n. “Tidak usah menangis. Lagian kau menikmati sentuhanku tadi Alea. Kau memang harus menikmati setiap sentuhan yang aku berikan padamu. Kau adalah budakku.” “I AM NOT YOUR SLAVE!” Tekan Alea tidak mau dianggap b***k oleh Vanno. Vanno tertawa kecil mendengar apa yang dikatakan oleh Alea. “Bukan b***k tapi pelacur.” Hina Vanno berdiri dari tempat duduknya. Menatap malas pada ruang operasi. “Ayahmu lama sekali dioperasi. Kalau mau mati ya mati saja. Aku pergi dulu Alea, ingat, hanya dua hari saja sayang. Aku menunggumu di apartement. Belajarlah selama dua hari ini, bagaimana menjadi p*****r yang baik dan bisa memuaskan hasrat seorang lelaki sayang.” Ucap Vanno di kepala Alea. Alea menepis tangan Vanno. “Jangan menolak dan sok suci Alea. Harga dirimu hanya mampu dibeli dua ratus juta saja sayang, lalu kau juga sudah menjadi w************n, yang mau saja aku sentuh disaat ayahmu dioperasi di dalam sana. Antara hidup dan mati. Tapi anaknya malah melengguh. Hahahaha. Anaknya sudah menjadi wanita murahan.” Gelak tawa menghina yang di dengar oleh Alea. Semakin membuat d**a Alea terasa sesak dan memohon ampun pada Tuhan juga ayahnya. Alea tidak bermaksud untuk melakukan itu semua. “Maafkan Alea.” Gumam Alea mengusap air matanya kasar. “Minta maaf saja sayang. Sepuasnya, Alea jangan lupa dua hari. Aku pergi dulu. Karena terlalu lama menunggu ayahmu yang tua itu.” Vanno melambaikan tangannya dan pergi dari hadapan Alea yang masih menangis. Alea meremas tangannya kasar. Mengusap air mata tidak karuan. Vanno b******n! Dari dulu sampai sekarang. Lelaki itu tidak berubah dan tetap saja menjadi lelaki b******n dan memperlakukan dirinya selayaknya sampah yang tidak pantas untuk dibaiki oleh Vanno. Alea memeluk dirinya sendiri. Menangis. Ketika mengingat perbuatannya sekarang, melebihi seorang p*****r. Yang mau saja disentuh oleh Vanno disaat ayahnya dioperasi di dalam sana. Bertaruh nyawa. “Maafkan Alea.” *** Vanno menatap lurus ke depan. Menggengam stir mobilnya erat, senyuman licik tercetak di bibirnya. Ia senang sekali mempermainkan hidup seorang Alea Edren Muller— mantan istrinya yang lemah dan bodoh. “Alea. Alea. Alea. Kau memang tidak pantas menjadi istriku. Karena kau lebih pantas untuk menjadi lacurku tanpa aku nikahi, tapi aku bisa memiliki tubuhmu dan menjadikanmu wanita rendahan.” Tawa Vanno sinis. Merasa senang membawa Alea ke dalam penderitaan dan menghancurkan harga diri wanita itu kembali. Kali ini lebih hancur dari sebelumnya. Bercerai dan tidak mendapatkan harta. Kini Alea menjadi lacur seorang Zevanno Dominic Orion hanya karena uang dua ratus juta yang tidak ada artinya oleh Vanno. “Kulitnya sangat halus dan begitu menggoda sekali. Ahh, aku mau secepatnya menyentuh Alea dan membuat wanita itu mendesah di bawahku. Menyebut namaku dalam kenikmatan yang aku berikan. Pasti Alea senang dengan milikku yang besar dan memuaskannya juga.” Vanno menyentuh kebanggaannya sembari tertawa m***m sekaligus membayangkan tubuh Alea. s**t! Hanya membayangkannya saja. Vanno sudah merasakan bagian bawahnya berdiri tegak secara perlahan. Vanno sudah tidak sabar. Dua hari lagi. Sabarlah, maka Alea sudah berada di bawahnya untuk dimasuki dan dipermainkan!
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD