Halo, Tano!

2544 Words
    Arlan menendang pintu, dan melangkah dengan wajah merah padam ke dalam ruang kelas Tano. Untuk pertama kalinya, seluruh warga sekolah melihat Arlan yang kehilangan ketenangan serta keramahan yang selama ini ia suguhkan. Tentu saja semua orang yang melihat ekspresi Arlan saat ini bisa menyimpulkan dengan mudah jika Arlan tengah marah besar. Lalu pada siapa kemarahannya itu dialamatkan?     "Di mana Princess?" tanya Arlan dengan menekan setiap katanya. Mencoba untuk tetap menahan kemarahan yang sebenarnya sudah meluap-luap.     Tano yang awalnya tengah membaca sebuah buku, mengangkat pandangannya dan menatap tepat pada mata Arlan. "Siapa lo, sampe harus tau di mana Princess sekarang?" tanya balik Tano tanpa sedikit pun menyimpan rasa hormat pada kakak kelasnya. Bahkan kin Tano menampilkan ekspresi tidak sukanya dengan terang-terangan.     Arlan yang melihat tingkah Tano tentu saja kehabisan kesabaran. Arlan berderap dan membalik meja Tano dengan mudahnya. Tano sendiri dengan santai langsung mengangkat bukunya, dan meletakkannya di atas pahanya. Reaksinya sangat anggun, tetapi terasa sangat menyebalkan bagi Arlan dan yang lainnya.     "Gue pacarnya, dan gue harus tau, ke mana Princess pergi?!” seru Tano dengan suara keras yang tentunya bisa didengar oleh khalayak umum. Semua orang yang mendengar teriakan Arlan, sukses melongo saking terkejutnya. Jadi, kabar selama ini benar? Kabar tentang Arlan yang telah berstatus menjadi kekasih Princess, putri keluarga kaya raya yang bertubuh gendut itu? Semua orang mulai berbisik ribut.     Tak menyangka Arlan yang tampan dan populer akan jatuh cinta pada Princess. Hei, meskipun Princess juga populer, tetapi Princess tidak cocok bersanding dengan Arlan. Alasannya masih sama, karena Princess gendut. Itulah yang dipikirkan oleh sebagian besar orang. Meskipun wajah Princess cantik, dan keluarganya kaya raya, Princess memang memiliki badan gendut yang terasa mengganggu bagi banyak orang. Bukan karena Princess merugikan banyak orang karena kondisi tubuhnya, hanya saja, kelemahannya itu adalah satu-satunya cara bagi semua orang menjatuhkan Princess.     Sedangkan Arlan dan Tano tengah terlibat dalam adu tatap yang sengit. Arlan marah, karena ia mendengar kabar bahwa Princess telah keluar dari sekolah dan memilih sekolah privat. Ia juga mendengar kabar, bahwa ternyata Princess jatuh sakit. Namun saat dirinya menghubungi Princess, semua sms, chat, bahkan teleponnya diabaikan oleh Princess.     Dan Tano, tengah memikirkan banyak hal. Sejak awal mengenal Arlan, ia sudah tak setuju Princess dekat dengan pria itu. Nalurinya sebagai pria memperingatkan, agar menjaga jarak antara Princess dan Arlan. Ada sesuatu yang belum bisa Tano baca dari pria itu. Namun sayangnya, Tano kecolongan. Arlan telah mewati batas yang telah Tano tentukan. Dan menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Princess.     "Lo ngaku jadi pacarnya, tapi lo gak tau sekarang di mana dan gimana kondisi Princess. Situ sehat?" tanya Tano dengan nada datar yang terdengar begitu menjengkelkan di telinga setiap orang yang mendengarnya.     "Gak usah banyak bacot! Jawab, di mana Princess? Apa bener dia sakit?!" tanya Arlan lagi. Tentu saja Arlan ingin memastikan selentingan yang sudah ia dengar. Apa benar Princess sakit? Lalu Princess sakit apa? Arlan tidak bisa mengklarifikasi berita ini kepada siapa pun, kecuali pada Tano. Karena kini, hanya Tano yang bisa Arlan tanyai.     Tano malah terkekeh pelan mendengar pertanyaan Arlan. Namun sedetik kemudian, ia menghentikan tawanya dan menatap dingin pada Arlan. Orang-orang yang melihat tatapan Tano itu tak bisa menahan diri untuk merinding. Tentunya banyak orang yang mengetahui bagaimana karakter dari Tano ini. Tano hanya jinak di hadapan Princess dan hanya patuh pada Princess. Kini, Princess sendiri tengah tidak berada di sini. Itu artinya, Tano tidak memiliki seorang pawang. Bisa saja Tano mengamuk dan membuat masalah besar.     "Gue peringatkan, jangan dekati Princess lagi. Asal lo tau, Princess seperti saat ini karena lo! Dan gue gak bakal biarin, b*****t kayak lo ngancurin hidup Princess."     Setelah memuntahkan kata-kata pedasnya, Tano bangkit dan melewati Arlan yang mematung. Kini Arlan bertanya pada dirinya sendiri, apakah benar? Apakah benar Arlan yang menjadi penyebab semua ini?     ***           Waktu berlalu dengan cepat. Kini Arlan sudah lulus dari SMA dan melanjutkan pendidikannya di perguruan tinggi. Ia juga tengah merintis karir profesionalnya di industri music, ya Arlan sudah debut menjadi seorang solois yang penggemarnya sudah tidak perlu ditanyakan lagi. Ternyata siaran kamuTube-nya, ternyata sukses menarik produser musik untuk mengorbitkannya sebagai solois baru, yang multitalenta. Single pertamanya sukses besar dan meledak dipasaran. Sudah dipastikan dari hal itu, Arlan bisa mengumpulkan pundi-pundi uangnya dengan mudah.     Dan tampaknya, hubungan Arlan dan Princess kini tengah terombang-ambing dalam status yang tidak jelas. Arlan sendiri, tak pernah mengungkit Princess lagi di hadapan umum.  Seakan-akan, Arlan yang mengamuk dan mencari sosok kekasihnya sama sekali bukanlah Arlan si solois muda yang tengah sangat digandrungi oleh para remaja putri.     Sedangkan Tano, kini pemuda berwajah datar tersebut, tengah mengikuti ujian seleksi masuk SMA tanpa Princess. Karena hingga saat ini, Tano tidak diperbolehkan untuk menemui Princess. Ia tahu, Princess tengah dirawat intensif setelah kejadian malam itu.  Ya malam itu, Princess ditemukan dalam kondisi kritis akibat over dosis obat diet yang ia konsumsi. Parahnya, Princess mengonsumsi semua obat tersebut tanpa memberitahu ketiga kakak, serta kedua orang tuanya. Itu sangat berbahaya, karena Princess terhitung masih dibawah umur. Apalagi, obat diet tersebut masuk ke dalam golongan obat keras yang harus dikonsumsi sesuai resep dokter.     Hampir satu tahun , Tano hanya bisa mengetahui kondisi Princess dari penjelasan kembar ABC. Oh iya, kembar ABC juga sebenarnya tidak diperbolehkan menemui Princess. Di masa-masa pemulihan Princess, hanya ada kedua orang tuanya yang menjaga Princess. Namun setiap harinya, Riri serta Farrell memberikan laporan kesehatan terbaru Princess pada kembar ABC. Dari ketiganya pula, Tano tahu jika Princess bukan hanya terganggu kesehatan fisiknya saja, melainkan kesehatan psikis Princess juga agak terguncang. Ini bukan berarti Princess gila. Setelah diperiksa secara mendetail, Princess mengalami Bulimia Nervosa.     Bulimia Nervosa, adalah kelainan pola makan yang sering terjadi pada wanita. Kelainan tersebut biasanya merupakan suatu bentuk penyiksaan terhadap diri sendiri. Bulimia Nervosa, menyebabkan penderitanya makan dengan porsi yang besar secara berulang kali. Namun, sesaat kemudian akan berusaha kera untuk kembali mengeluarkannya. Hal ini terjadi sebagai upaya menghukum diri sendiri karena telah makan dalam porsi besar. Cara mengeluarkan makanan tersebut, bisa melalui cara muntah, atau mengonsumsi obat pencahar. Setahu Tano, hingga saat ini pun Princess masih dalam penanganan tenaga medis.     Tano menghela napas, untuk fakta Princess yang sakit ini, keluarga Dawson dengan ketat merahasiakannya. Keberadaan Princess seakan-akan menghilang ditelan bumi. Semua orang merasa maklum dengan hilangnya Princess, merasa jika Princess hanya tengah dilindungi oleh keluarganya yang kaya raya tersebut, dan mulai melupakan jejak-jejak kehadiran Princess dulu. Semua orang bersikap jika mereka tidak pernah mengenal atau bersinggungan dengan seseorang yang bernama Princess Alexia Dawson. Mereka semua sudah menghapus Princess dari kehidupan mereka.     Namun hal itu tentu saja berbeda dengan Tano. Sejak sekolah dasar ia selalu bersama Princess, dan ketika Princess tak ada, Tano benar-benar merasa kehilangan. Ya, meskipun dulu Tano melanjutkan studinya dua tahun di luar negeri, kerinduannya sekarang lebih terasa.  Mengapa? Karena kini Tano sama sekali tak bisa mendengar tingkah konyol dan kelakar aneh Princess. Masa putih birunya, berakhir dengan masam. Hiburannya tiap hari telah menghilang. Benar, bagi Tano berinteraksi dengan Princess adalah salah satu hiburan yang tidak akan ada gantinya.     Tiap hari hanya ada para siswi yang mengganggunya, dengan tingkah centil mereka. Tano tidak suka itu. Tano lebih suka, Princess yang mengganggu hari-harinya. Karena Princess yang bisa membuatnya nyaman. Ya, nyaman dengan semua tingkah anehnya.  Sekali lagi Tano menghela napasnya, dan berdiri setelah berhasil mengisi semua soal ujiannya. Padahal ujian baru saja berlangsung tiga puluh menit. Setelah meminta izin, Tano segera ke luar dari ruang ujian. Ia memilih segera menuju ke mansion milik keluarga Dawson. Secara rutin, ia memang mengunjungi mansion keluarga Dawson untuk menanyakan kondisi Princess pada kembar ABC atau kedua orang tua Princess.     Tiba di sana, Tano merasakan aura suram yang melekat erat di mansion keluarga Dawson. Aura yang muncul bertepatan saat Princess jatuh sakit, dan harus dirawat secara intensif di rumah sakit yang bahkan sampai saat ini, Tano tak ketahui. Seorang pelayan membukakan pintu untuk Tano. Pemuda berwajah datar tersebut, masuk ke dalam mansion. Kepalanya menoleh ke sana kemari mencari keberadaan pemilik rumah.     "Bang ABC ada di rumah kan?" tanya Tano.     Pelayan di belakangnya menjawab, "Tuan muda ada di perpustakaan."     "Oh terima kasih. Aku akan ke sana," ucap Tano masih denga raut wajah yang masih seperti biasanya. Dingin dan datar.     "Tuan muda, mau minum apa?" tanya pelayan tersebut.     "Tidak perlu, aku tidak haus. Bibi bisa kembali." Tano langsung melangkah meniti anak tangga menuju lantai dua, tepatnya menuju perpustakaan di mana kembar ABC tengah berada. Pintu besar dan tinggi menyambut Tano, ia mendorongnya dan melangkah dengan santai menuju kembar ABC yang tengah berdiskusi serius. Tano berdehem dan mengambil duduk di sofa yang kosong. Kembar ABC menghentikan aktivitas mereka dan menoleh pada Tano yang melepas kancing kemeja sekolahnya.     Kembar ABC kini sudah terlihat lebih dewasa. Jika diihat lebih saksama, kembar ABC terlihat sudah seperti saudara dari ayah mereka sendiri. Ya, kembar ABC memiliki perawakan dan rupa yang mirip dengan Farrell. Mungkin, jika saja kembar ABC berjalan dengan orang tuanya, kembar ABC tidak akan terlihat seperti anak dari Riri dan Farrell.     "Bang ABC, gimana kabar Princess minggu ini? Dan kapan Princess bisa pulang?" tanya Tano. Ya, tiap minggu Tano akan rutin datang ke mansion dan menanyakan kabar Princess pada kembar ABC.     "Sudah lebih baik, Princess sudah tak menunjukkan gejala Bulimia Nervosa lagi," jawab Aio sembari melepas kacamata bacanya.       "Tapi Psikiater yang menangani Princess mengatakan, bahwa Princess harus tetap diawasi dengan ketat," Benny menambahkan lalu menyesap kopi hitamnya dengan pelan.     "Jadi kesimpulannya, kami juga belum tahu kapan Princess akan kembali. Arghh, aku merindukan Princess!" Cendric terlihat mengerang dan menghentakkan kakinya kesal.     Tano mengerutkan keningnya saat mendengar dengkuran, dan ia tersenyum tipis saat melihat ekor dari Lo-lo yang muncul di ujung sofa. Singa itu sudah tumbuh semakin besar, dan kini tak takut-takut lagi untuk berdekatan dengan kembar ABC. Wajar, karena selama setahun penuh ini, kembar ABC yang merawat Lo-lo secara pribadi, atas permintaan Princess. Meskipun tidak menyukai Lo-lo, kembar ABC tentu saja bisa menolak permintaan adik cantik mereka.     "Dan kenapa kau masih di sini? Bukannya kau sudah tahu kabar Princess? Sana pergi!" seru Aio sembari menatap Tano di hadapannya, yang masih setia memasang ekspresi datar miliknya.     "Bang Ai, aku sedang mengembangkan sebuah rumus baru, tapi aku mengalami kesulitan. Aku ingin meminta bantuanmu," ucap Tano sembari membuka tas sekolahnya. Aio mengangguk dan keduanya segera terlibat dalam perbincangan yang membawa angka serta istilah-istilah yang sulit dipahami orang awam. Termasuk untuk Benny dan Cendric, keduanya kini menghela napas, memilih untuk menjaili Lo-lo, dari pada pusing mendengarkan percakapan Tano serta Aio.     ***           Kini, Tano resmi menjadi siswa SMA. Awalnya Tano sudah bernapas lega, setelah mendengar bahwa perpeloncoan telah dihapuskan. Namun, tradisi yang sudah mendarah daging memang akan sulit dihapuskan. Maka saat dirinya mendapatkan tugas yang aneh-aneh dari para seniornya, Tano harus mengatupkan rahang dengan kuat, agar tak menyemburkan kosakata sinis miliknya. Tentu saja, Tano tidak ingin membuat masalah di hari pertamanya. Bukan karena Tano takut melawan para senior, tetapi Tano tengah berurusan dengan mereka. Ya, Tano tengah jinak saat ini.     Semua seniornya bergantian memberikan perintah aneh seperti, mewajibkan siswa baru mengenakan dasi berwarna kuning neon. Serta topi kerucut yang berwarna senada. Atau memerintahkan berlari mengelilingi lapangan bola di siang hari yang terik, atau jalan bebek mengelilingi gedung sekolah. Semua itu tak melelahkan bagi Tano, tetapi semua itu sungguh membuang waktu dirinya. Jika bisa memilih, tentu saja Tano lebih memilih menghabiskan waktu dengan membaca buku atau mendalami rumus yang tengah diteliti olehnya dan Aio.     Untungnya, masa orientasi tersebut hanya berlangsung selama tiga hari, dan kini masa pengenalan sekolah tersebut berganti menjadi pengenalan sistem pembelajaran serta para pengajar. Masa-masa yang membosankan bagi Tano. Jika saja ada Princess, semua ini tak akan semembosankan ini. Princess pasti memiliki sejuta cara untuk membuat semua hal membosankan ini menjadi menyenangkan. Pastinya, Princess akan bisa membuat hari-hari Tano lebih berwarna dan dihiasi tawa yang menyenangkan.     Hari terus berlalu. Kegiatan belajar dan mengajar telah berlangsung dengan lancar. Tano menjadi primadona baru di sekolahnya. Selain pintar, Tano juga memiliki wajah yang tampan. Ya walaupun, Tano selalu memasang ekspresi dingin dan membentengi dirinya sendiri dengan kata-kata sinis agar tak mudah didekati oleh orang lain. Meskipun Tano selalu menarik perhatian ke mana pun ia pergi, semua orang selalu menjaga jarak darinya. Bahkan, tidak ada yang berani menjadi teman sebangkunya. Alhasil, selama ini Tano belajar seorang diri.     Tano sudah duduk dengan tenang di kursinya menunggu guru pengajar masuk. Kaki Tano mulai bergerak, tanda jika dirinya bosan dan tak sabar. Tapi untungnya, guru yang ia tunggu segera masuk. Guru wanita yang mengajar kimia tersebut bernama Anneu, guru paruh baya yang sangat ramah dan mengajar dengan sangat santai, tapi setiap materi yang ia berikan mampu diserap dengan baik oleh setiap muridnya. Melihat Bu Anneu sudah berdiri dengan di tempatnya, maka wali kelas memimpin untuk mengucapkan salam dan berdoa. Kegiatan rutin yang memang harus dilakukan sebelum acara belajar dimulai. Namun sebelum kegiatan belajar mengajar dimulai, Bu Anneu tersenyum dan berkata pada anak-anak didiknya, "Sebelum memulai pelajaran, biarkan teman baru kalian mengenalkan diri terlebih dahulu, ya."     Bu Anneu mengalihkan pandangannya menuju pintu kelas, dan melambaikan tangannya. "Ayo masuk!" seru bu Anneu dengan nada ramah, khas nada bicara yang selalu ia gunakan. Lalu beberapa saat kemudia seorang siswi cantik, dengan senyum manisnya melangkah dengan santai memasuki ruang kelas di sekolah umum tersebut. Siswi tersebut memiliki rambut lembut yang panjang tergerai lembut dan bergoyang seiring langkah kakinya. Semua siswa mulai heboh, karenanya.       "Kiwkiwkiw, cantik banget!"     "Neng rumah di mana?"     "Kamu Milia ya? Kenalin, aku Dilon!"     "Milea ege bukan Milia! Keliatan banget kalo lo nontonnya film bajakan."     "Et, gue mah kagak mau ngejiplak! Jadi, buat nama sendiri. Biar ajip."     "Cantik, Minggu nanti jalan kuy!"     "Mau ngapain Bwang?"     “Kita makan kacang rebus di pinggir alun-alun.”     “Ya, kali ngajak malam mingguan Cuma makan kacang rebus?”     “Kan berbeda itu baik.”     “Berbeda itu indah.”     “Owalah, Semprul.”       Di tengah-tengah keributan itu semua, Tano hanya memasang ekspresi tenang, walaupun keningnya terlihat berkerut tipis. Ia seakan-akan telah mengenal siswi baru tersebut. Bu Anneu memukul meja, menenangkan semua muridnya yang masih heboh tak terkendali. "Semuanya tenang, biarkan teman kalijna mengenalkan diri terlebih dahulu. Ayo, perkenalkan diri kamu!"     Siswi itu tersenyum manis, lalu menatap semua teman barunya. Tapi saat menatap Tano, matanya bertahan di sana hingga ia mengenalkan diri.       "Halo semuanya perkenalkan, aku Princess Alexia Dawson. Panggil saja Princess!"       Semua orang makin ricuh dibuatnya. Siapa yang tak mengenal Princess? Princess adalah kamuTuber terkenal yang tiba-tiba menghilang. Si gendut fenomenal yang selalu berhasil menarik perhatian banyak orang! Si gendut yang tak lain adalah putri bungsu dari keluarga kaya raya terkenal, keluarga Dawson. Namun terlepas dari semua itu, yang paling mengejutkan adalah penampilan baru Princess. Tubuhnya tak lagi berisi seperti sebelumnya. Tubuhnya terlihat ideal. Kecantikannya semakin bertambah karena hal itu.     Semua orang terkejut karenanya. Tak percaya dengan apa yang mereka lihat. Bagaimana bisa Princess si gendut bisa berubah sebanyak ini? Bagaimana mungkin, Princess yang kurus terlihat begitu berbeda daripada saat dirinya masih memiliki tubuh gendut? Para gadis mulai berpikir kemungkinan jika Princess sudah melakukan operasi plastik yang merubah kintur tubuh ataupun wajahnya.     Berbeda dengan semua orang yang mulai berpikiran macam-macam, Tano masih tenggelam dalam keterkujatannya. Tano masih tidak percaya dengan apa yang ada di hadapan matanya. Ekspresi terkejut yang baru pertama kali ditampilkan oleh Tano, memang sukses membuat Princess tertawa lebar. Tentu saja, Princess memang berharap Tano terkejut dengan apa yang telah ia persiapkan ini. Namun, Princess sama sekali tidak berharap jika ekspresi yang ditunjukkan oleh Tano akan terlihat selucu ini. Ayolah, Tano membuka mulutnya lebar, menganga saking terkejutnya.       "Halo Tano! Kangen nggak sama kentut Princess?!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD