Princess Lelah

2591 Words
    "Kenapa?" tanya Princess pada Tano yang masih menatap tak percaya padanya. Tentu saja walaupun dirinya merasa terhibur dengan reaksi terkejut dan tidak percaya yang ditunjukkan oleh Tano, Princess sama sekali tidak merasa senang jika ekspresi itu ditampilkan di wajah Tano lebih lama daripada seharusnya. Itu bukannya terasa menghibur, malah menjadi membosankan menurut Princess.        Mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Princess, Tano menggeleng satu kali, lalu menghela napas pelan sebelum bersandar dengan rileks. Keduanya kini memang tengah berada di taman belakang sekolah. Tempat yang tak terlalu ramai, tetapi begitu nyaman untuk Tano dan Princess. Keduanya memang memiliki selera yang hampir sama mengenai hal ini. Mungkin hal itulah yang membuat mereka bisa berteman hingg saat ini.     "Enggak, aku masih nggak percaya aja. Ternyata Princess bisa kurus juga," ucap Tano dengan nada bicara yang menggelitik dan membuat Princess kesal bukan main. Ternyata, setelah sekian lama tidak bertemu, sifat Tano yang menjengkelkan ini belum hilang juga.     Princess mengerucutkan bibirnya dan menjambak rambut Tano, yang tersisir rapi. Saking kuatnya jambakan Princess, kepala Tano sampai miring ke arahnya. Namun, Tano tidak menampilkan ekspresi kesakitan atau bahkan meringis untuk mengekspresikan rasa sakit akibat jambakan super yang diberikan oleh Princess tersebut. "Tano satu taun Princess tinggalin, mulutnya masih belom disekolahin, ya? Bibirnya mau Princess selepet?" tanya Princess kesal.     Tano belum menjawab atau bereaksi sebelum bibirnya mendapatkan tamparan yang dimaksud oleh Princess. Jujur, Tano terkejut. Syok malahan karena Princess menamparnya dengan kekuatan yang tak main-main. "Aduh! Iya, maaf Princess. Jangan pukul Tano lagi, sakit ih!" Tano menghindar dan meloncat dari kursi taman.     Sedangkan Princess melipat kedua tangannya dengan wajah kesal. Tapi sosok Princess yang memang telah berubah, sungguh menggelitik hati Tano. Sosoknya yang mungil, duduk di kursi taman, angin yang berembus membuat rambut hitam panjangnya bergoyang di udara. Menggoda setiap orang, untuk tak mengalihkan mata darinya. Ya, setelah mengurus aura yang dimiliki Princess memang semakin terlihat. Tentunya, bagi sebagian besar orang, tampilan Princess saat ini lebih baik daripada tampilan Princess sebelumnya saat dirinya masih memiliki tubuh yang berisi.       "Tano!"       Tano tersentak saat Princess akan menerkamnya dengan wajahnya yang memerah. Untungnya Tano bereaksi cepat, ia berhasil menghindar dari Princess yang terlihat sangat agresif dipertemukan pertama neraka setelah satu tahun tak berjumpa.     "Princess!" Suara Tano terdengar meninggi. Ia jelas tak senang dengan tingkah Princess barusan. Bukan apa-apa, tindakannya tadi bisa saja membuat orang lain, atau bahkan dirinya sendiri celaka. Princess terdiam. Wajahnya yang mungil memerah, matanya berkaca-kaca sebelum tangisnya pecah. Tano memejamkan matanya frustrasi, ah sahabatnya ini benar-benar makin sulit ditebak.     "Oke, Princess mau apa?" Tano melemparkan pertanyaan yang biasanya sangat ampuh membungkam Princess.     Benar saja, Princess menghentikan aksi merajuknya dan menatap penuh semangat pada Tano. "Kantin! Kita makan di kantin!"     Apa yang Tano katakan? Princess sulit ditebak. Semua tentang dirinya memang rumit. Tano tak memiliki pilihan lain, selain mengikuti keinginan Princess. Mereka pergi menuju kantin sekolah yang memang menyediakan menu makan siang gratis, yang merupakan salah satu fasilitas yang disediakan oleh sekolah tersebut untuk siswa-siswinya.     Tano berdehem saat Princess mengisi nampan makanannya dengan porsi makan yang besar. Memang sebelumnya pun, Princess selalu makan sebanyak itu. Namun Tano yakin, dokter gizi yang mengawasi program diet Princess tak mengizinkan Princess makan tanpa perhitungan kalori yang ketat. Jadi, Tano merasa jika acara makan kali ini adalah aji mumpung Princess karena lepas dari pengawan keluarga dan dokter gizinya.     Hingga duduk di kursi yang berhadapan dengan Princess, Tano masih memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Saking seriusnya Tano berpikir, Tano bahkan tak menyadari banyak orang yang mulai berbisik dan menatap pada meja yang Tano dan Princess tempati. Kantin memang riuh redam. Hal itu tak terlepas dari masuknya Princess sebagai siswi baru. Tak sedikit siswa-siswi yang mengenal Princess. Ingat, Princess adalah seleb di kamuTube. Tentu saja, walau sudah banyak yang melupakan dirinya, nama Princess masih terpatri jelas diingatan banyak orang, yang tak sedikit sudah menjadi penggemarnya.     Chanel kamuTube Princess bahkan memiliki subcribers jutaan. Barang tentu, hal itu membuat dirinya dikenal banyak orang. Walaupun, selama satu tahun lebih dirinya menghilang dan tak pernah muncul dipermukaan. Dan hal yang membuat germpar lainnya adalah, Princess muncul dengan tampilan yang sama sekali berbeda. Tubuhnya yang dulunya gemuk, sepertinya telah lama kehilangan lemak berlebih.     Kini, berat badannya telah proporsional dengan tinggi badannya yang hanya mencapai 158 cm. Wajahnya yang mungil, kini terlihat begitu menawan, dengan senyum manis yang terus terukir jika dirinya bersama dengan Tano. Intinya, lagu si Tegar tampaknya berlaku untuk hidup Princess. Princess yang dulu, bukanlah yang sekarang.     Tano sadar dari lamunannya, dan menahan sendok penuh yang akan masuk ke dalam mulut Princess. "Princess emang boleh makan ini? Dokter nggak buat resep khusus buat makan Princess?"     Princess melepas tangan Tano dan menyuap makanannya dengan nikmat. Wajahnya berseri saat mulutnya mulai bekerja mengunyah makanan yang selama ini tak bisa ia konsumsi dengan bebas. Wajar, karena Princess selama ini hampir selalu mengonsumsi lauk pauk yang direbus, dikukus, atau dibakar. Dengan sumber protein yang dikhususkan pada protein nabati, seperti tahu, tempe serta sumber protein nabati lainnya.     Intinya, hampir 90% Princess selama ini hidup bagaikan vegetarian. Dan jujur saja, Princess sangat tersiksa karena hal tersebut. Ia merindukan semua jajanan. Seperti gorengan, ayam goreng tepung, cilok, mie goreng. Namun, Princess juga tahu, semua itu untuk kebaikannya sendiri. Diet ketat didukung olahraga yang terjadwal, terbukti sukses membuat berat badan Princess turun drastis tanpa ada satu pun efek samping. Malahan, kini Princess mendapatkan bonus yang tak lain adalah tubuhnya yang terasa lebih bugar.     "Princess emang bawa bekal. Tapi Princess bosen makan itu-itu mulu, jadi Tano aja ya yang makan!" Princess menunjukkan kotak bekalnya, lalu menyodorkannya pada Tano, sebelum menarik nampan makanan yang tadi Tano bawa.     "Tano makan bekal Princess, dan Princess yang ngabisin makanan Tano. Jadi setara, ‘kan?" tanya Princess riang. Tano menghela napas, dan mengangguk ringan. Tidak ada untungnya jika dirinya menolak. Tano membuka kotak bekal, dan langsung merasa pusing. Ia memang tak membenci sayuran, tapi jika semua menu terdiri dari sayuran, Tano tak bisa memiliki hati yang lapang untuk terus makan makanan seperti ini tiap harinya. Namun mau bagaiaman lagi? Tano pada akhirnya mulai memakan brokoli rebus dan saudara-saudarinya sekalian.     Princess jelas terlihat senang. Hari pertama sekolahnya hampir sempurna, jika saja orang-orang tak terus melemparkan kata-kata tajam yang pasti melukai siapa pun yang dituju olehnya. Termasuk untuk Princess, sejak tadi telinganya berdengung karena orang-orang terus berbisik membicarakan dirinya. Apalagi penghuni meja di belakang dirinya, mereka sungguh sangat bersemangat membicarakannya.       "Itu beneran Princess?"     "Iya, Princess Alexia Dawson. Putri bungsu keluarga Dawson yang kaya raya. Yang satu tahun yang lalu, menghilang tanpa jejak."     "Dia bisa kurus?"     "Kayaknya gue harus minta resep diet dia deh! Gila, ini sih parah!"     "Yakin dia Princess?"     "Masa sekarang bisa keliatan cantik banget kayak gitu?"     "Gak yakin dia Princess deh, masa wajahnya gitu!"     "Dan gue gak yakin kalo dia bisa begitu karena diet."     "Sedot lemak paling."     "Terus tanam benang."     "Kayaknya oplas deh. Makanya bisa begitu."       Awalnya, Princess tak ambil pusing. Ia masih mengingat peraturan yang ditetapkan oleh dokternya yang lain, jika Princess dianjurkan untuk bersikap tenang dan sabar. Ia harus mengabaikan selentingan negatif yang menyakiti hatinya. Namun, ketenangan serta kesabaran Princess menguap saat ia mendengar sesuatu yang membuat amarahnya berada di titik tertinggi.       "Eh, tapi katanya meskipun  gitu-gitu juga, dulu dia pernah pacaran sama Arlan tau."     "Arlan penyanyi itu?!"     "Kayaknya, cuma gosip bawang doang deh. Yang panasnya cuma tahan sebentar doang."     "Tapi, beda pasal kalo si Princess emang ngegoda Arlan."     "Hahaha kayaknya bakat ngegoda, turun dari nyokapnya dia deh. Gue masih gak percaya, cewek miskin kayak Riri, bisa dapetin miliarder kayak Farrell."       Brak!     Bruk!     Prang!       Princess menendang kursi dan menumpahkan nampan makanannya ke atas kepala senior yang baru saja menghina orang yang paling Princess sayangi. Mata Princess memerah. Wajahnya berubah tanpa ekspresi. Sosoknya yang manis menghilang. Digantikan sosok medusa, yang siap mengutuk siapa pun yang mengusik kehidupannya serta orang-orang yang ia sayangi.       "Bacot. Kayaknya, mulut kamu harus Princess sekolahin," ucap Princess tajam.       Dan apa yang Princess lakukan selanjutnya, membuat semua orang tercengang. Princess yang manis telah menghilang. Yang tersisa hanya Medusa yang siap menyemburkan matra untuk mengutuk siapa pun yang berani mengganggunya. Princess terlihat agresif menyerang seniornya tersebut. Semua orang tampak membeku. Terkejut, dengan apa yang mereka lihat. Setiap gerakan Princess terlihat begitu mematikan. Tangannya sibuk menjambak, mencakar dan menampar siswi kelas sebelas yang terkenal sebagai biang gosip di seantero sekolah.     Kaki Princess juga tak kalah aktifnya untuk menyerang serta menangkis perlawanan lawannya. Princess terlihat begitu tangkas dan terlatih. Semua gerakan Princess juga terlihat begitu bertenaga, sudah bisa ditebak jika Princess sama sekali tidak main-main dalam melakuikan penyerangan itu. Princess seakan-akan kerasukan, dan berniat untuk … membunuh. Semua akhirnya bereaksi cepat saat mendengar jerit serta tangis pilu siswi yang kini mulai kehilangan tenaga melawan Princess.     Meja serta kursi disekitar area Princess berantakan, akibat perkelahian dirinya. Tano menganga melihat hal itu. Namun akhirnya ia juga sadar saat seseorang menepuk pundaknya, Tano mengenali orang itu. Ia juga adalah temannya saat sekolah menengah pertama dulu, dan Tano yakin dia tahu hubungan persahabatan diantara Tano serta Princess. Dengan kata lain, orang itu ingin Tano menenangkan Princess yang masih mengamuk ganas.     Tanpa diminta pun, Tano sudah bersiap untuk mengiterupsi serangan Princess. Dan menenangkan sahabatnya itu. Tano jelas tak mau, Princess masuk ruang pendisiplinan dihari pertama sekolahnya. Tano bangkit dan melangkah cepat menuju Princess yang kini menindih dan melancarkan serangan pada orang yang ia tindih dengan ganas. Tapi langkah Tano kurang cepat, staf disipliner dan kepala sekolah telah muncul untuk menghentikan tindak kekerasan tersebut.     Tano hanya bisa berdoa, semoga Princess tak mendapatkan masalah besar. Dan untuk meminimalisir agar masalah ini tak membesar, Tano dengan tajam menatap semua yang menyaksikan perkelahian Princess tadi, lalu berkata, "Tutup mulut kalian! Satu kata yang kalian keluarkan, akan menentukan kehidupan kalian selanjutnya."     Semua orang bungkam. Tanpa meminta penjelasan apa pun lagi, mereka sudah tahu apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Tano. Pria dingin tersebut, dengan jelas memerintahkan semua orang untuk bungkam, demi kesalamatan mereka sendiri. Jelas, mereka tak ingin mencari mati. Mereka tahu dengan pasti, bagaimana karakter Tano. Dan mereka juga tahu, tidak ada kabar baik jika mereka menentang atau mengganggu keturunan dan keluarga Dawson yang memegang kekuasaan besar itu. Kini, pilihan mereka hanya satu. Bungkam, dan selamat.       ***         Hampir dua jam, Tano berdiri di depan pintu ruang kepala sekolah. Di dalam sana, Princess tengah terlibat perbincangan serius dengan kepala sekolah. Awalnya, Tano kira Princess akan segera dibawa menuju ruangan disiplin, tetapi ternyata Princess secara khusus dibawa menuju ruang kepala sekolah. Sejak Princess masuk ke dalam, Tano secara khusus menunggu di luar. Telinganya bekerja dengan sangat baik untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya informasi.     Tano kembali dibuat tercengang dengan apa yang ia dengar. Bukannya Princess yang mendapatkan tekanan dan ceramah panjang lebar, melainkan sebaliknya! Kepala sekolah menjadi pihak yang ditekan oleh Princess. Sungguh luar biasa. Tano menoleh saat pintu ruang kepala sekolah terbuka. Ia melihat Princess yang muncul dengan senyum mengembang. Sepertinya, Princess tahu jika Tano tengah menunggunya.     "Ih, baiknya. Makasih, ya. Tano udah mau nungguin Princess cantik." Princess terlihat begitu ceria saat menerima tas sekolahnya dari Tano.     Tano masih terdiam. Belum memunculkan ekspresi apa pun. Ia masih mengamati Princess dengan teliti, dan menghela napas lega saat tak melihat luka apa pun di tubuh sahabatnya ini. Jelas, Tano khawatir pada Princess, apalagi setelah melihat kondisi lawannya tadi, yang mendapat beberapa luka cakaran dan memar di sudut bibirnya. Sungguh, tak terbayangkan bagi Tano, bagaimana bisa suasana hati dan perilaku Princess bisa berubah sedrastis ini? Apa mungkin ini masih berkaitan dengan kondisi psikis Princess?     "Kamu kenapa?" tanya Tano saat mereka mulai melangkah bersama menuju gerbang sekolah, karena memang sudah waktunya sekolah.     "Maksudnya?" tanya Princess balik.     "Kamu ... berubah."     Princess menghentikan langkahnya, begitupula Tano. Keduanya saling berhadapan, Tano melihat wajah Princess yang berbinar dan senyum manisnya masih terlihat di sana. "Jelas. Princess berubah. Princess makin cantik, ‘kan?" tanya Princess dengan nada ceria yang lekat dengan dirinya, dulu.     "Kamu tau, bukan itu maksudku." Tano menatap lekat wajah cantik Princess. Mendengar perkataan Tano yang sangat serius, membuat binar mata Princess meredup. Namun senyum manisnya masih terpasang indah. Hal itu membuat Tano, agak terusik. Princess di hadapannya sulit untuk ditebak. Dan sulit untuk Tano kenali.     "Lalu? Apa kamu keberatan? Aku berubah, untuk bertahan. Jika tak ingin ditindas, maka menindas. Itu hukum alam. Lagi pula, aku tidak menyerang tanpa alasan. Dia menjelek-jelakkan Mama, dan aku tak suka," ucap Princess dengan nada bicara yang benar-benar tak Tano kenali. Ternyata, Princess sudah banyak berubah. Tano sadar akan hal itu.     Princess tertawa pelan saat melihat reaksi Tano. Lalu melanjutkan perkataannya, "Kalau mau, Tano bisa laporan masalah ini sama Bang ABC atau Papa. Tapi saat itu pula, Princess gak yakin kalo Princess masih mau ngasih kepercayaan buat Tano. Princess juga nggak yakin masih mau temenan sama orang yang suka jadi mata-mata. Wah, mobil jemputan aku udah sampe. Princess pulang duluan, ya! Dah Tano!" seru Princess sembari melambaikan tangannya lalu berlari menuju mobil yang menjemputnya.     Tano mematung. Ternyata Princess telah membaca apa yang Tano pikirkan. Ia memang berniat untuk mengatakan apa yang terjadi hari ini pada kembar ABC, tapi setelah mendengar penuturan Princess, seketika dirinya mengurungkan niat. Lalu, kini langkah apa yang harus Tano ambil?     ***         "Jangan main kamuTube lagi!" Aio melarang saat Princess akan membuka chanel KamuTube miliknya. Farrell, serta yang lainnya mengangguk, menyetujui perintah Aio. Tentu saja kembar ABC tidak mau kecolongan lagi, dan hal buruk yang terjadi di masa lalu akan terulang lagi. Jika itu terjadi, kembar ABC tidak lagi memiliki harga diri sebagai kakak dari Princess. Mereka tidak bisa menepati janji mereka yang akan menjaga Princess dengan sepenuh hati.     Princess mengerucutkan bibirnya kesal. Ia akan menolak, tetapi Benny dengan santai berucap, "Lagian, Princess gak bakalan bisa mengakses Internet. Abang udah memblokir semua perangkat lunak yang bisa Princess gunakan."       Wajah Princess semakin suram. Namun tak lama ia mengangguk dan tersenyum riang saat Lo-lo menciumi betisnya. Farrell yang melihat hal tersebut, segera melotot dan mengetuk piringnya menggunakan pisau makan yang berkilau saat diterpa cahaya lampu. Lo-lo yang mendengar hal itu terlihat menggigil saat mengerti ancaman yang diberikan oleh Farrell. Kembar ABC tersenyum tipis saat melihat reaksi Lo-lo. Namun Princess dan Riri terlihat tak menyadari hal tersebut. Keduanya sibuk dengan pembicaraan dunia wanita mereka.     Setelah makan malam, Farrell dan yang lainnya secara khusus mengantarkan Princess ke kamar dan mengeloni Princess hingga tidur. Dan sesudah memastikan Princess tidur dengan nyenyak, kembar ABC serta kedua orang tuanya kembali ke kamar mereka masing-masing. Tiga puluh menit berlalu, Princess membuka matanya. Di tengah kegelapan kamarnya, Princess bangkit dan berjongkok di samping ranjangnya. Ia dengan terampil mengeluarkan simpanan cemilannya dari tempat tersembunyi di bawah ranjangnya.     Dengan cepat, Princess membuka satu persatu bungkus cemilan tersebut dan memakannya tanpa  kekhawatiran apa pun. Berpuluh-puluh bungkus cokelat, permen, serta keripik kentang yang jelas memiliki kadar kalori tinggi telah sukses Princess lahap. Princess yang awalnya tersenyum senang, berubah sendu. Matanya terlihat kosong, sebelum ia bangkit dan melangkah gontai menuju kamar mandi. Ia membuka kloset, dan duduk di lantai.     Princess berusaha mengeluarkan semua yang barusan ia makan. Suara muntahan Princess terdengar begitu menyakitkan. Mata serta wajah Princess mulai memerah, disusul dengan air mata Princess yang mulai turun dengan deras membasahi wajah mungilnya. Hal tersebut, membuktikan bagaimana tersiksanya Princess. Ya, Princess tersiksa. Ia lelah dengan semua ini. Namun, Princess tidak bisa melakukan apa pun lagi. Princess tidak mungkin, dan tidak mau mengungkapkan kondisinya ini. Kondisi di mana bulimia-nya ternyata belum sepenuhnya membaik. Setiap malamnya, Princess masih merasakan dorongan besar untuk makan sebanyak-banyaknya, lalu memuntahkan semua isi perutnya. Tentu saja, semua ini sangat melelahkan dan menyiksa baginya.     Kegiatan Princess tersebut, kini tengah diamati oleh sepasang mata tajam di tengah kegelapan. Sosok misterius tersebut menghela napas kasar. Sebelum berkata,      "Kenapa kau selalu menyiksa diri sendiri? Aku tidak tega melihatmu terus seperti ini. Aku sudah memutuskan, sepertinya sudah saatnya aku ikut campur lagi dalam kehidupanmu sayang. Bersabarlah, kehidupanmu akan membaik setelah ini."  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD