Timmyku

2241 Words
Pagi-pagi Timmy sudah di dorong dengan kursi roda ke ruang MRI dan Rontgen. Sandra yang menemani Timmy semalaman, mengikutinya dan berjalan pelan di sisi kursi roda Timmy yang didorong oleh suster. “ San. Kamu kalau mau pulang, Pulang aja dulu. Nanti aja datang lagi.Kamu kan perlu istirahat dan mandi” Kata Timmy sambil memandang wajah Sandra yang tampak kelelahan dan kurang tidur karena semalaman menemani Timmy di rumah sakit. “ Nggak apa-apa. Ntar aja aku pulangnya setelah mendengar diagnosa dokter Ferry. Kalau pulang sekarang, aku juga tidak akan tenang dan berakhir juga tidak fokus untuk ngapa-ngapain.’ Kata Sandra sambil mencoba tersenyum. “ Ok deh. Temani aku dulu ya, sampai kita mendengar apa diagnosa dokter Ferry. Moga-moga aku tidak perlu operasi.” Kata Timmy membalas senyum Sandra. “ Tim, Kenapa Clarrisa memanggilmu Timmyku? Emang sudah sejauh apa hubungan kalian? Kok lu nggak cerita?” Tanya Sandra ke Timmy, ketika tinggal kami berdua menunggu dokter datang ke ruang MRI ini. “ Emang kapan dia panggil aku , Timmyku?” Tanya Timmy sambil memandangi Sandra dengan heran. “ Kemarin, saat dia datang sama papanya. Kata Clarrisa, Timmyku sangat hebat.” Kata Sandra pelan, hatinya benar-benar tidak nyaman, saat mendengar kata Clarrisa itu. “ Oh ya? Aku kok nggak merasa mendengar ya? Mungkin karena, kemarin itu , aku lagi kesakitan banget, jadi nggak terlalu ngeh dia panggil aku apa. Aku sama dia ya biasa aja. Dua minggu lalu, aku makan malam bareng dia dan selama makan malam, kami ya , ngobrol ringan aja. Dia tanya tentang bagaimana aku bisa mengenalmu dan aku tanya tentang kegiatannya sehari-hari. Eh, kamu tahu nggak, San? Si Clarrisa itu, nggak pernah bekerja loh, sehari-hari, dia itu kerjaannya hanya merawat diri, shopping atau bermalas-malasan di rumah. Meskipun tamat dari Amerika, tapi katanya kuliah itu hanya sekedar prestise dan untuk pergaulan saja. Dia memang nggak niat bekerja.” Kata Timmy. “ Dia nggak perlu bekerja, Timmy! Papanya konglomerat. Hartanya tujuh turunan juga nggak habis.” Kata Sandra. “Ih.. tapi masak ada cewek gitu malas ? Yang tidak bisa melakukan semua hal dan taunya hanya dandan dan menghabiskan uang. Aku nggak suka cewek tipe gitu, yang manja dan tidak bisa melakukan apa-apa. Suaminya harus kaya raya , biar bisa menghidupinya. Kalau tidak, mana mungkin?” Kata Timmy sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. “ Cowok yang kawin sama dia, otomatis akan ketiban rezeki dong dan akan dihidupi oleh Mr. Rudson yang hanya punya satu anak ini dan suaminya pasti akan mewarisi perusahaan Mr. Rudson itu. Banyak loh cowok yang mau sama tipe cewek gitu. Dengan menjadi suami Sandra , otomatis masa depan cerah tanpa perlu lagi bersusah payah.” Kata Sandra. “Kalau aku sih, nggak mau deh dapat istri gitu. Meskipun kaya tapi makan hati, istrinya hanya tahu merawat diri , kalau punya anak mungkin suaminya yang dia suruh jaga. Aku mau dapat istri yang bisa ku ajak susah.” Kata Timothy memandang wajah Sandra yang balas memandangnya. “ Emang ada cewek sekarang ini yang mau diajak hidup susah?” Tanya Sandra “ Pasti ada dong.” Jawab Timmy yakin. “ Kamu cari pelan-pelan deh. Semoga ada cewek yang mau ikut kamu susah. Cewek sekarang itu pintar-pintar loh. Mana ada yang mau setelah kawin dia malah hidup susah. Bagusan nggak usah kawin.” Kata Sandra yakin. “Jadi kamu nggak mau kalau setelah kawin hidup susah?” Tanya Timmy pelan. “ Bukannya nggak mau sih sebenarnya. Kalau dalam menjalani perkawinan itu tiba-tiba suamiku misalnya mengalami kesusahan ya, harus aku bantu. Tapi kalau dari awal, aku sudah tahu, kekasihku itu pemalas, pemabuk dan tidak mempunyai keinginan untuk usaha dan kawin hanya berbekal cinta, aku lebih baik memilih untuk tidak kawin daripada harus hidup susah, gitu maksudku. Ngerti kan kamu?” Kata Sandra penuh pertimbangan. “ Iya ngerti. Kamu itu mau kawin kalau calonmu benar-benar kamu yakini sebagai pria yang mau bertanggung jawab dan baik, tapi kalau ternyata dalam perkawinan kalian ada kendala, misalnya usaha suamimu bangkrut, kamu bersedia hidup susah bersamanya. Gitu kan maksudmu?” Kata Timmy memastikan. “Pintar. Kamu memang pintar dan mengerti maksudku.” Kata Sandra tersenyum lebar. Mereka tersenyum bersama. Timmy memang sangat mengerti Sandra begitu juga dengan Sandra yang sangat mengerti Timmy. “ Kamu benaran ngak ada hati sedikitpun dengan Clarissa?’ Tanya Sandra memastikan lagi. Hatinya berdebar-debar menunggu jawaban Timmy yang memandangnya dengan mata coklatnya. “ Nggak ada! Kan kamu juga yang menyuruhku mengiyakan ajakan Clarrisa untuk makan malam. Katamu, dia anak boss jadi harus diikuti.” Kata Timmy tegas. “ Berarti dia benaran jatuh cinta padamu, Tim. Dia pikir kamu itu pasti membalas cintanya dengan menerima ajakannya itu ” Kata Sandra khawatir. “ Nggak lah. Dia pasti mengerti kalau aku sekedar memenuhi ajakannya sebagai anak buah papanya.” “ Tapi kok dia panggil kamu, Timmyku ya?” Kata Sandra keheranan. “ Kan memang aku milik klub papanya. Jadi mungkin , dia anggap aku miliknya juga. Kamu kek nggak tahu aja bahasa orang-orang kaya, yang merasa semua di dunia ini bisa jadi milkinya.” Kata Timothy. Sandra mengangguk-angguk. Mungkin memang seperti itu anggapan Clarrisa. Karena Timothy bergabung di Team basket Manila Warrior, milik papanya. Otomatis dia menganggap Timothy itu adalah milik dari dia juga,makanya dia menyebut Timmy dengan sebutan Timmyku. Hasil Rontgen dan MRI dari Timmy diantar langsung oleh dokter Ferry beberapa jam kemudian. Saat itu Sandra lagi tertidur di kursi yang berada di samping tempat tidur Timmy. Timmy juga tampak tertidur. Dokter Ferry memandang dua insan yang tertidur itu dengan wajah penuh senyum. Mereka berdua ini memang serasi, tapi takut mengungkapkan perasaan karena tidak mau merasa kehilangan. Padahal dari mata tuanya saja, dia bisa melihat bagaimana mereka berdua ini saling mencintai dan menyayangi. Kenangan berpuluh tahun lalu memenuhi benak dokter Ferry saat dia mengoperasi Sandra. Timmy yang menunggu di depan ruang operasi adalah orang pertama yang bertanya dengan nada khawatir kepadanya. “ Bagaimana keadaan Sandra, dok? Apakah dia bisa bermain basket lagi?” Saat itu dokter Ferry hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan menepuk-nepuk bahu kekar Timothy. “ Sandra harus pensiun, karena sungguh berbahaya kalau dia memaksakan diri untuk main basket lagi , nanti dia bakalan cedera berat dan mengakibatkan dia tidak bisa berjalan untuk selamanya. Nanti bantu saya, untuk menjelaskan kepada Sandra ya Tim, supaya dia tidak terpuruk.” Kata dokter Ferry pelan. Mata Timothy tampak berkaca-kaca tapi dengan tegar dia berkata. “ Baik Dok, nanti sama-sama kita sampaikan kepada Sandra. Pasti dia akan sangat sedih. Tapi aku yakin, Sandra bisa mengatasinya. Dia cewek yang kuat.” Kata Timothy yakin. Dan saat dulu itu , ketika dokter Ferry mengatakan diagnosanya. Sandra memang menangis meraung-raung dan Timmy lah yang memeluknya erat dan menghiburnya sampai Sandra berhasil bangkit lagi. Kini keadaan berbalik, Sandra yang pasti akan berusaha sekuat tenaganya untuk menghibur Timmy. Dokter Ferry berdehem dan kedua insan yang sedang tertidur itu membuka matanya. “ Hi, Dok. Gimana hasilnya?” Tanya Sandra langsung dan Timmy juga langsung mengenggam tangan Sandra dengan pandangan khawatir.. Timmy seperti terdakwa yang sedang menunggu vonis hakim dan Sandra adalah pengacaranya. Dokter Ferry berjalan mendekat ke tempat tidur Timmy. Timmy dan Sandra menatap dokter Ferry dengan tatapan mata penuh kekhawatiran. Sebagai seorang atlit basket professional. Kaki adalah asset terpenting yang harus dilindungi oleh Timmy. Kalau kakinya bermasalah, pasti dia harus pensiun dan tidak bisa lagi bermain basket. Sandra dan Timmy berdoa dalam hati. Semoga robekan di kaki Timmy bisa sembuh tanpa operasi. Dokter Ferry membuka lembar rontgen dan menaruhnya pada kotak putih berlampu terang yang berada di dinding sebelah kanan tempat tidur Timmy. Tampak foto putih berbentuk lutut dan betis terpantul dari kotak putih tersebut. Sandra dan Timmy menajamkan mata mereka, tapi mereka sama sekali tidak mengerti dan tidak bisa memprediksi apakah foto rontgen itu menunjukkan hasil yang baik atau buruk untuk mereka. Harapan mereka sekarang adalah penjelasan langsung dari sang ahli yaitu dokter Ferry. Dokter tua yang baik hati ini yang sekarang sedang bersiap-siap menerangkan kondisi lutut Timmy. Sandra dan Timmy menunggu dengan hati berdebar. Timmy tanpa sadar meremas kencang tangan Sandra yang berada dalam gengamannya seakan-akan untuk menguatkan dirinya. “ Tim.. Cederamu itu mengakibatkan robekan di lututmu tapi robekannya tidak robek keseluruhan, robekannya hanya parsial saja.” Kata dokter Ferry sambil menunjuk daerah garis-garis putih pada gambar di kotak persegi itu. “ Maksud dokter?” Tanya Sandra tak sabaran. “ Iya dok. Kabar baik atau kabar buruk untukku?” Sambung Timothy dengan suara ragu “ Sabar dong, kalian berdua. Biar saya jelasin dulu, agar kalian ngerti bagaimana penanganan selanjutnya. Meskipun bukan robek keseluruhan, tapi ini juga tetap harus ditangani dengan hati-hati agar asset berharga Timmy ini tetap bisa dipertahankan.” Kata dokter Ferry. Sandra dan Timmy mengangguk-angguk dan saling meremas tangan mereka. Tangan Sandra sampai keringatan karena dia terlalu khawatir. Timmy mengambil sapu tangannya dan mengelap tangan basah Sandra penuh perhatian. Dokter Ferry yang memandangi mereka hanya tersenyum simpul lalu melanjutkan penjelasannya. “ Untuk kondisi Timmy ini, memang tidak perlu operasi karena ini adalah ACL ( Anterior Cruciate Ligament) parsial artinya robekan tidak seluruhnya dan tanpa gejala ketidakstabilan lutut. Timmy hanya perlu berdiam diri saat ini, tidak boleh berdiri atau berjalan. Kalau mau berjalan harus pake tongkat penopang. Lebih baik pakai kursi roda dulu, sampai robekannya sembuh . Setelah beberapa minggu. Timmy harus melakukan fisioterapi untuk mengembalikan kekuatan otot dan fungsi pergerakan lututnya. Setelah fisioterapi,pasti Timmy bisa kembali menjadi atlit basket.” “ Butuh berapa lama untuk fisioterapi dengan kondisi Timmy sekarang.” Kata Sandra mulai tenang, karena Timmy tidak perlu operasi dan hanya perlu fisioterapi untuk kesembuhannya agar bisa kembali bermain basket. “ Biasanya sih butuh 1 tahun untuk fisioterapi yang dilaksanakan beberapa kali dalam seminggu. Tapi untuk olahragawan seperti Timmy, saya sarankan fisioterapi nya dilaksanakan setiap hari agar lebih cepat membaik sehingga Timmy bisa kembali tampil membela timnya. Saya baru dapat info di Los Angeles ada pusat fisioterapi terpadu untuk atlit yang dikelola oleh kolega saya. Di sana lengkap tersedia,tempat tinggal untuk pasien, lapangan olahraga dan alat-alat fisioterapinya juga lengkap, terapisnya juga bersertifikat agar bisa memberikan terapi sesuai dengan kebutuhan pasiennya. Kalau kalian mau, bisa saya bantu daftarkan ke sana.” Kata dokter Ferry “ Tolong daftarkan Timmy, Dok.” Kata Sandra tegas. “ Terapinya di sini saja San. Aku nggak mau ke Amrik sendirian. Bisa gila aku berbulan-bulan di sana tanpa teman.” Kata Timmy menolak. “ Aku akan menemanimu di sana. Kita tinggal di sana selama kamu di fisioterapi. Yang penting kamu sembuh. Jangan menolaknya! Kamu harus bersyukur tidak ACL keseluruhan seperti aku. Hanya ACL Parsial aja, jadi kamu hanya perlu fisioterapi dan beberapa bulan kemudian kamu sudah kembali bisa bermain basket. ” Kata Sandra “ Benar, Timmy. Kamu harus berangkat ke sana. Di Manila sini belum ada pusat fisioterapi terpadu seperti di Los Angeles. Di sana kamu akan mendapatkan perawatan terbaik dan lebih cepat kembali bisa bermain basket, mungkin hanya tiga bulan kamu sudah bisa pulih total. Keputusan Sandra untuk terapi di sana, sudah tepat.” Kata dokter Ferry memberi nasehat. Timmy tampak terdiam . Kalau sendirian ke LA , pasti dia tidak akan mau, biarin deh setahun baru bisa kembali bermain basket daripada harus ke sana sendirian. Tapi Sandra bersedia menemaninya. “ Benaran, San? Kamu bersedia menemani aku? Gimana dengan perusahaanmu. Nanti atlit yang lain minta perlakuan yang sama, kamu kelimpungan lagi kek dulu?” Tanya Timmy memastikan lagi. “ Uda kubilang aku akan menemanimu. Perusahaanku, ada Bella yang mengurusnya. Atlit lain kalau ada yang minta perlakuan yang sama, akan aku katakan. Kalau aku lagi balas budi padamu. Saat aku cedera dulu, kamu yang menjadi penyemangatku. Jadi sekarang gantian aku sebagai seorang sahabat yang akan menyemangatimu.” Kata Sandra sambil memandang wajah Timmy yang sekarang tampak tersenyum simpul. Timmy mengangguk-angguk setuju dan berkata ke dokter Ferry “ Baik dok, tolong daftarkan aku ke pusat rehabilitasi di Los Angeles itu . Aku akan berangkat bersama Sandra.” Kata Timmy. “ Ok. Semua akan kuurus. Besok aku kabarin, kapan kalian bisa berangkat. Aku akan mengirimi mereka medical recordmu agar bisa dipersiapkan yang terbaik untuk kalian sebelum kalian tiba. Kamu tetap di rumah sakit saja, sampai waktunya berangkat ke sana. Supaya kamu jangan banyak gerak dulu. Lututmu nanti akan aku kasih penyangga agar tidak tertekan. Oh ya, karena penerbangannya lama dari Manila ke Los Angeles, kalian sebaiknya pake bisnis class agar lutut Timmy tidak tertekuk.” Kata dokter Ferry. “ Timmy ya harus tetap bisnis class dok. Kalau aku ekonomi aja. Sayang uangnya.” Kata Sandra. “ Kamu juga harus bisnis class, San. Aku yang bayarin deh. Kamu pokoknya harus menemani aku. Kalau kamu tidak mau bareng, aku nggak mau berangkat dan memilih fisioterapi di sini.” Kata Timmy cemberut. Sandra mengganguk pasrah daripada Timmy tidak berangkat, lebih baik Sandra mengikuti kemauan Timmy. “ Baik deh Tuan Timothy yang manja. Setelah dokter Ferry mendapat kabar dari sana. Aku akan menyuruh Bella mengatur penerbangan kita.” Timmy tersenyum mendengar kata-kata Sandra dan dia mengacak rambut pendek Sandra dengan sayang. “ Gitu dong. Kamu ini agent paling pelit sedunia. Padahal kamu kaya. Masak pake kelas ekonomi? ” Kata Timmy menggoda Sandra. “ Uda kubilang, sayang uangnya. Toh sama-sama sampe di tujuan. Emang kalau lu naik bisnis, lu sampe duluan? Nggak kan? Hanya keluar duluan dari pesawat dibanding kelas ekonomi. ” Kata Sandra sambil meleletkan lidahnya. Dan kedua insan itu terus saling menggoda dan saling tersenyum mesra. Dokter Ferry yang memandangi mereka bertanya dalam hati. Sampai kapan mereka ini bisa menutupi perasaannya? Perasaan saling cinta di antara mereka, begitu kuat terasa tapi berusaha mereka ingkari karena takut kehilangan persahabatan sejati. Dokter Ferry keluar dari ruangan dan membiarkan dua insan itu tetap saling menggoda dan tertawa-tawa mesra.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD