Pro Athlete Physical Therapy & Wellness

2229 Words
Pesawat Singapore Airlines kami mendarat dengan mulus di LAX airport yang terletak di barat daya Los Angeles di Kota Westchester Amerika Serikat. Timmy dan aku diperbolehkan keluar terlebih dahulu dari pesawat dibandingkan dengan penumpang kelas bisnis lainnya karena Timmy mempergunakan kursi roda. Lutut Timmy masih dipasang penopang agar Timmy tidak banyak bergerak dan lututnya tidak tertekuk supaya mempercepat penyembuhannya. Dokter Ferry mengatur semuanya dengan baik untuk kami, mulai dari membuat appointment dengan dokter fisioterapi di klinik Pro Athelete ini, sampai membantu aku menghitung budget yang perlu kami sediakan. Klinik fisioterapi Pro Athelet memang dikhususkan untuk atlit-atlit yang cedera . Di klinik ini mereka bisa beristirahat dengan tenang dan melakukan pemulihan dengan dokter-dokter fisioterapi terbaik. Sandra telah membaca review-review yang sangat bagus tentang bagaimana mereka menyembuhkan pasien-paseinnya yang merupakan atlit-atlit dari mancanegara. Meskipun harganya sangat mahal, tapi tingkat keberhasilan mereka untuk kesembuhan mencapai 90 %, makanya Sandra langsung menyetujui ketika dokter Ferry memberitahu budget yang harus mereka keluarkan selama tiga bulan tinggal dan melakukan perawatan di klinik ini. Satu bulan termasuk biaya tinggal dan paket fisioterapi dan konsultasi dokter adalah dua puluh ribu dollar Amerika , jadi selama tiga bulan, Timmy memerlukan biaya enam puluh ribu dollar Amerika di luar biaya makan untuk Sandra. Kalau makan untuk Timmy sudah include dalam biaya perawatan tersebut, karena makanan Timmy akan diatur oleh ahli gizi dari klinik tersebut. Untung Timmy mempunyai asuransi yang bisa mengcover pembiayaan tersebut. Sandra memang telah mempersiapkan semua atlit-atlit yang tergabung di agency nya dengan asuransi agar mereka terlindungi dan mempunyai biaya untuk penyembuhan saat mereka cedera. Sandra tidak mau kejadian yang menimpanya dulu, menimpa atlit-atlit yang tergabung di agencynya. Saat itu mama Sandra habis ratusan juta untuk membiayai berbagai operasi untuk kesembuhan Sandra dan sama sekali tidak ada bantuan dari siapapun karena Sandra belum terpilih secara resmi menjadi atlit nasional, makanya Sandra tidak di cover asuransi sama sekali. Manila Warrior sesuai janji Mr. Rudson juga akan memberi Timmy uang sebesar dua puluh ribu dollar Amerika dan memberi Timmy biaya tiket pesawat dari Manila ke Amerika, tapi manager team mengatakan semua biaya itu baru akan dibayarkan setelah mereka kembali ke Manila. Sandra sudah mengatakan agar bisa dibayarkan dulu sebelum mereka berangkat kepada manager team Manila Warrior, tapi manager team berkata harus tunggu sebulan dulu baru uangnya bisa cair karena perlu tanda tangan bendahara .Sedangkan Sandra dan Timmy tidak bisa menunggu lagi, mereka harus berangkat segera untuk mempercepat kesembuhan Timmy. Saat di pesawat tadi. Timmy sempat kesal dan berkata. “ San. Sepertinya, aku tidak ingin memperpanjang kontrakku di Manila Warrior. Mereka terlalu berbelit-belit dalam proses pencairan uang perawatanku. Masak demi kesembuhan atlitnya saja,kita harus menunggu satu bulan? Untung aku bukan atlit miskin yang tidak punya uang. Kalau atlit miskin bisa-bisa karir nya terhenti karena tidak bisa segera berobat.”Kata Timmy kesal. Sandra menghela nafas panjang dan memandang Timmy. “ Sama aja, Tim. Klub basket di Filipina itu semuanya masih seperti itu, belum bisa full professional. Nggak apa-apa kita berangkat pakai uang sendiri dulu. Toh, kamu ada asuransi yang disediakan Trust Agency. Kamu mau pindah ke manapun, nanti kejadian seperti ini terulang lagi. Jadi lebih baik bertahan di Manila Warrior karena gaji yang diberikan kepadamu itu sangat tinggi dibandingkan dengan klub basket lain”. Kata Sandra penuh logika. “ Iya, tapi jadinya kamu harus menguras semua tabunganmu dulu untuk membayar biaya kita dan aku juga harus mengeluarkan semua tabunganku. Tabungan kita berdua bakalan habis dong untuk membiayai pengobatanku ini.” Kata Timmy. “ Nanti saat kita pulang, semua biaya pengobatanmu bisa kita claim ke asuransi. Jadi ya nggak apa-apa kita berangkat dengan uang kita dulu. Toh nanti kalau kamu sudah sembuh, kamu bisa ku jual lagi dengan harga lebih tinggi.” Kata Sandra mencoba bercanda. “ Emang aku barang, bisa kau jual belikan?” Kata Timoty sambil cemberut. “Kamu tenang aja Tim, Aku akan melipat gandakan hargamu nanti ke Manila Warrior kalau kita kembali. Kalau tidak double, kita tidak usah tanda tangan kontrak.” Kata Sandra menenangkan Timmy. “ Aku jadi merasa bersalah padamu karena harus memakai tabunganmu. Kalau tabunganku saja tidak cukup untuk membiayai perjalanan kita kali ini, padahal aku uda sok-sok an menyuruhmu ikut aku pakai kelas bisnis., ternyata uangku tidak cukup untuk membiayai pengobatanku. Aku pikir, Manila Warrior pasti akan mengcover semua, ternyata mereka hanya mengcover 1 bulan include tiket, dua bulannya aku harus bayar sendiri , itupun uangnya tidak langsung keluar , harus tunggu sebulan lagi. Kesal aku!” Kata Timmy kembali bersungut-sungut. “Kamu tidak ada uang di tabungan kan karena kamu baru beli rumah, kalau nggak, aku yakin kamu tidak perlu pakai uangku. Kamu ini sih. Uda kubilang nggak usah beli rumah dulu. Apartemenmu uda sangat nyaman. Ngapain juga maksain beli landed house. Emang kamu mau kawin?” Goda Sandra. Sebulan yang lalu, memang Timmy membeli sebuah rumah tua yang sangat luas di tengah kota Manila. Saat itu Timmy mengatakan, dia suka dengan rumah tersebut karena di belakang rumah ada lapangan basket, pemiliknya dulu adalah seorang pemain basket yang telah pensiun dan dia menawarkan rumahnya kepada Timmy karena dia akan pindah, mengikuti anaknya ke Kota Cebu. Timmy ada mengajak Sandra untuk melihat rumah tersebut dan Sandra sebenarnya juga suka, Sandra menyarankan agar apartemen Timmy di jual dulu baru rumah itu di beli. Tapi Timmy bilang, dia tetap ingin memiliki apartemennya, jadi Timmy menguras semua tabungannya untuk membeli rumah tersebut dan 30 % sisanya Timmy mengajukan kredit pemilikan rumah ke bank. “ Aku bukan mau kawin sih, aku hanya suka rumah itu dan kamu juga suka,makanya aku nekat beli. Aku juga tidak menyangka aku bisa cedera dan berakhir kita berdua jadi tidak punya tabungan sama sekali.” Kata Timmy dengan sorot mata bersalah. “ Emang kenapa, kalau aku suka?”Tanya Sandra dengan heran. Timmy menghela nafas dan berkata dalam hati. Karena kamu suka, makanya aku beli rumah itu, supaya kamu senang. Aku ingin bersama denganmu tinggal di rumah itu suatu saat nanti. Tapi kata-kata itu ditelannya dan Timmy hanya menjawab Sandra dengan candaan. “ Kalau kamu nggak suka, gimana aku bisa beli? Kan uangku dipegang kamu semuanya. Kamu ini agent paling diktator tahu. Semua uangku kamu yang kelola.” “ Kalau nggak aku kelola, kamu itu sangat boros. Semuanya mau kamu beli. Mobil mewah, jam tangan mewah, semua kamu mau ! Kenapa sih nggak bisa pakai barang-barang biasa saja.” Marah Sandra dengan mata mendelik. Timmy sangat senang, melihat mata bulat Sandra yang mendelik indah kalau lagi marah dan seperti biasanya pasti Timmy akan mencowel hidung bangir Sandra ketika melihat delikan indah matanya itu sekaligus menutupi debaran di hatinya. Pramugari yang melewati kursi mereka menunduk tersipu melihat kemesraan dua insan ini. Sandra makin mendelikkan matanya dan berkata sewot “ Kamu jangan kebiasaan mencowel hidungku. Nanti kita di kira pacaran. Kalau aku nggak laku-laku, kamu harus tanggung jawab ya.” Kata Sandra mendelikkan matanya lagi dan Timmy makin tertawa . Dalam hatinya , Timmy kembali berkata Aku pasti akan bertanggung jawab. Kamu akan menjadi milikku suatu saat nanti, aku lagi mengumpulkan keberanian untuk mengungkapkan perasaanku padamu, saat ini aku takut kamu akan menolakku dan hubungan persahabatan kita akan mendingin kalau aku ungkapkan sekarang, jadi lebih baik, aku dan kamu bersahabat dulu, sampai aku yakin, kamu juga ingin memiliki aku sebagai kekasihmu. “Tim, itu mobil dari pusat terapinya uda menjemput kita.” Kata Sandra ketika melihat sebuah mobil Mercedes Vans berwarna hitam yang bertuliskan Pro Athlete di kaca belakangnya. Lamunan Timmy terhenti dan dia mengangguk senang. Mobilnya ternyata sangat tepat waktu. Mereka tidak menunggu terlalu lama. Supir yang berpakaian kaos polo putih keluar dari mobil tersebut dan menyapa mereka dengan hangat. Setelah memeriksa paspor dan email konfirmasinya. Sang Supir mempersilahkan Sandra dan Timmy menaiki mobil tersebut. Sepanjang perjalanan, supir yang cukup ramah itu menjelaskan kalau perjalanan dari bandara ke pusat therapi memakan waktu sekitar setengah jam. Pusat terapi itu terletak di Riverside Drive, North Hollywood. Sandra dan Timoty hanya mengangguk-angguk dan sibuk menikmati pemandangan di luar jendela mobil. Los Angeles memang kota yang sangat indah. Jalannya lebar-lebar dan mulus sepanjang perjalanan mereka. Tidak ada kemacetan parah seperti kota Manila. “ Rapi banget ya, Tim,kotanya.” Kata Sandra. “ Iya. Kamu suka kota ini?” Tanya Timmy. “ Kalau suka, aku juga nggak mungkin pindah ke mari. Aku sepertinya seumur hidup harus tinggal di Manila. Kasihan mamaku kalau aku pindah.” Kata Sandra. “ Kamu juga tinggal terpisah dari mamamu uda empat tahun. Mamamu tinggal di rumah kalian dan kamu pindah ke apartemenmu di tengah kota. Kenapa kasihan dengan mamamu? Mamamu happy dengan hidupnya. Selama tinggal di Manila, berapa kali kamu menjenguk mamamu dalam seminggu?” Tanya Timmy. “ Aku tiap minggu pasti pulang, meskipun hanya sebentar saja, kadang aku juga nginap kok di rumah mama setiap akhir pekan, kalau tidak ada pertandinganmu yang harus aku hadiri. Kamu sih, manja ! Setiap pertandingan, aku harus hadir. Untung atlit manjaku hanya kamu, kalau banyak, bisa -bisa aku jadi anak durhaka yang nggak pulang-pulang.” Kata Sandra pura-pura marah. “ Aku kalau pertandingan besar, nggak ada kamu, rasanya ada yang kurang dan pasti aku nggak bisa melempar dengan jitu. Tapi kalau ada kamu, aku pasti jadi top scorer.” Kata Timmy sambil tertawa jahil “ Ah!Alasanmu aja itu. Nanti kita pulang dari sini dan kamu uda sembuh total, aku pelan-pelan tidak akan lagi menghadiri pertandinganmu hanya final saja akan kuhadiri.” Kata Sandra. “Jangan final aja dong. Aku uda memberimu kebebasan, tidak menghadiri pertandingan persahabatan. Tapi kalau untuk pertandingan besar, kamu harus hadir mulai dari babak penyisihan. Kalau nggak, aku ngambek loh dan nggak mau bermain.” Kata Timmy menggoda Sandra. Sandra tahu, Timmy hanya bercanda dengan mengeluarkan kata -kata ancaman seperti itu, tapi selama ini tidak pernah Timmy lakukan. Timmy adalah pemain yang sangat bertanggung jawab, jadi tidak mungkin dia akan menolak bermain kalau sudah diperintah oleh pelatihnya. Sandra tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Sekarang bukan saatnya berdebat tentang menghadiri pertandingan. Sekarang saaatnya fokus untuk kesembuhan Timmy, supaya tiga bulan lagi saat mereka kembali ke Filipina, Timmy sudah bisa bermain basket dan bisa menjadi pemain yang terbaik dan termahal kembali. Mobil mereka memasuki pelataran parkir yang sangat luas. Di depan gedung bercat putih dengan papan nama besar di dindingnya dengan tulisan yang di bold berwarna hitam mencolok, tertulis Pro Athlete Physical Therapy & Wellness. Sandra mendorong kursi roda Timmy dan mereka berdua disambut oleh manager pusat therapy ini yang bernama Susan. Susan mengajak mereka menuju kamar yang terletak di belakang gedung ini sambil menjelaskan. “ Gedung tiga lantai ini adalah tempat tinggal pasien-pasien kami. Semuanya sama bentuknya seperti apartemen, jadi ada satu kamar dengan dapur kecil dan ruang tamu. Kamar kalian ada di lantai dua.” Katanya sambil memencet angka 2 di lift, lalu dia melanjutkan. “ Gedung dua lantai di sisi sebelah kanan dari gedung ini adalah pusat terapinya. Besok baru saya akan ajak anda berkeliling setelah konsultasi dengan dokter. Gedung putih bagian belakang adalah gedung gymnasium ada lapangan basket, lapangan bulutangkis dan lapangan futsal di sana. Untuk atlit-atlit yang sudah dalam masa penyembuhan agar bisa tetap melatih skillnya supaya tidak kaku. Mr Timothy, pemain basket ya?’ Tanya Susan ramah. Timmy hanya menganggukan kepalanya. “ Di ruang santai ada mesin permainan melempar bola basket yang bisa dilakukan sambil duduk di kursi roda. Jadi Mr. Timoty bisa tetap latihan melempar. Mesin itu pemberian salah satu pasien kami yang atlit bola basket LA, saat dia rehabilitasi di sini. Setelah sembuh, katanya mesin itu dia tinggal untuk pasien lainnya.” Kami sampai di kamar kami. Susan membukakan pintu kamar dan mempersilahkan kami masuk. Kamarnya cukup luas dengan balcony . Di kamar ada satu tempat tidur besar dan satu sofa bed di ruang tamu. Sandra berpikir, nanti biar aku aja yang tidur di sofa bed itu. “ Okay selamat beristirahat. Anda berdua pasti sudah lelah. Besok pagi, jam 9, Mr. Timothy akan bertemu dengan dokter Nolan agar bisa disusun jadwal fisioterapi bagi anda. Have a good rest.” Kata Susan sambil menutup pintu kamar kami. “ Bagus ya San, fasilitas di sini benar-benar luar biasa. Semua lengkap tersedia untuk kesembuhan atlit. Sayang Manila belum ada pusat terapi seperti ini. Kalau ada, kita tidak usah jauh-jauh terbang ke Los Angeles.” Kata Timmy sambil memandang ke sekeliling ruangan ini. “ Kamu mandi aja dulu ya Tim, sini ku bantu !” Kata Sandra sambil melepas blazernya lalu mengangkat kursi makan untuk ditempatkan di kamar mandi. Sudah dua minggu ini, sejak di rumah sakit, Timmy akan mandi sambil duduk, supaya lututnya tidak perlu menopang badannya. “Makasih ya San, kalau tanpa kamu, aku pasti sangat kelimpungan. Untung kamu agentku dan sahabatku.” Kata Timmy pelan ketika Sandra membantunya untuk duduk di kursi agar Timmy bisa mandi. “ Jangan bilang seperti itu Tim. Kita ini bersahabat sejak kita remaja. Kamu sudah kuanggap adikku. Jadi aku harus menjaga dan membantumu saat kamu terluka , seperti kamu dulu yang terus membantuku dan mendorongku untuk bangkit, saat aku terluka. Jadi nggak usah bilang terimakasih. Mandi dulu deh. Aku keluar. Atau kamu mau aku mandiin?’ Goda Sandra. Timmy menggelengkan kepalanya dengan sedih. Ternyata Sandra hanya menganggapku adiknya. Apakah dia tidak pernah menganggapku lebih dari sahabat atau adiknya? Pernahkan dia menganggapku sebagai seorang pria yang pantas dia cintai? Apakah hubungan kami ini tidak bisa lagi ditingkatkan? Aku harus memastikan dulu perasaan Sandra kepadaku sebelum aku mengutarakan perasaanku. Aku takut kehilangan Sandra sebagai seorang sahabat, kalau aku mengungkapkan perasaanku padanya. Aku tidak mau itu terjadi. Timmy membuka kaosnya dan mulai mandi sambil memikirkan perasaannya kepada Sandra.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD