Jeri menatap Aron dan Sam Dia bernapas lega karena pria berkuasa itu mengampuninya.
"Kau ceritakan rencana yang akan Kau lakukan kepada wanita itu," ucap Sam.
"Besok Kami akan bertemu tepatnya Saya yang memintanya datang ke hotel."
"Untuk apa" tanya Aron sambil mengernyitkan dahinya.
"Sa... Saya ingin meminta Bella melakukan hubungan intim sebagai imbalan membantunya Tuan."
"Bicara yang benar jangan mengarang bukannya Kau ingin menjebak Tuan Kenan," maki salah satu anak buah Aron sambil menoyor kepala belakang Jeri.
"Ya memang seperti itu Saya ingin menjebak Tuan Kenan karena ingin mempunyai anak dari wanita itu."
"Sialan bicara apa Kau!" maki Sam yang maju memukul wajah Jeri dengan kuat.
Sam memukuli Jeri yang berteriak minta ampun. Tapi orang yang ada di dalam ruangan itu hanya menontonnya saja sambil terkekeh. Apalagi Tuan Aron malah menyalakan rokoknya kemudian menghisapnya dengan wajah datarnya.
"Cukup! Jangan biarkan Dia mati. Bawa Dia ke hotel dan obati. Dia akan menerima imbalan setelah memberitahukan rencananya. Kalian siapkan apa yang Aku perintahkan."
"Baik Tuan," jawab kedua pengawal itu.
Jeri di paksa berdiri lalu di seret sama dua orang pengawal tadi ke hotel milik Weist.
"Tuan apa yang akan Anda rencanakan," tanya Sam khawatir dengan ucapan Tuannya yang akan memberi imbalan kepada Jeri.
"Kau jangan khawatir mereka berdua Aku tugaskan untuk merekam kegiatan mereka berdua di dalam kamar hotel. Setelah selesai Kau simpan tunggu kabar dariku. Halangi Kenan bertemu wanita itu jangan sampai Dia mengganggu ruma tanggan anakku."
"Baik Tuan... Saya rasa Tuan Kenan sedang menikmati bulan madunya di puncak. Sepertinya selera Tuan muda sudah berubah sampai mau ke tempat yang tak pernah Dia singgahi," seloroh Sam.
"Ha ha ha... Kau bisa saja anakku hanya kepepet saja. Kalau sudah tak tahan mana bisa pergi jauh-jauh. Ha ha ha," tukas Aron dengan tawa menggelegar di dalam kios terbengkalai itu.
Sedangkan Sam memutar bola matanya kesal mendengar ucapan yang tak bermanfaat itu.
Di daerah puncak di kawasan dingin dengan pemandangan bukit yang sangat indah ada sepasang manusia yang sedang tertidur sambil berpelukan.
Yezi terbangun dari mimpi indahnya setelah merasakan ada tangan yang sedang memijat-mijat bagian atasnya.
"Sssshh... awas," ucap Yezi dengan suara seraknya yang semalam habis teriak-teriak karena ulah Kenan. Bukannya menyingkir Kenan malah mengecup dua bulatan itu.
"Minggir Ken Kau itu tidak ada puasnya," kesal Yezi yang mencubit lengan Kenan dengan kencang.
"Owh s**t! Kau tak bisakah bersikap lembut dengan suamimu," sentak Kenan yang mengelus-ngelus lengannya karena cubitan Yezi yang tak main-main.
Yezi beranjak dari tempat tidur dengan keadaan polos tanpa malu dengan Kenan yang menatapnya lapar. Kenan bersiul-siul melihat kelakuan Yezi.
Kenan yang melihat Yezi sengaja melakukan itu menyusul Yezi ke dalam kamar mandi. Sampai di dalam kamar mandi Dia melihat yezi mandi di bawah shower dengan seksi tanpa meminta ijin kepada Yezi. Kenan memintanya kembali. Yezi yang sebenarnya lelah terpaksa melayani Kenan karena ada sesuatu yang harus Dia kerjakan untuk menahan suaminya itu yang sedang sibuk memaju mundurkan senjatanya di bawah sana.
***
Di dalam mension ada Asyana di temani pelayan yang sejak tadi sangat gelisah menunggu kabar dari anak dan menantunya. Apalagi suaminya itu juga belum pulang sejak kemarin karena ada yang harus pria itu kerjakan.
"Duh... bagaimana ini mereka semua belum pulang. Kenan tak bisa di hubungi. Suamiku juga belum pulang sejak kemarin," gerutunya.
"Tenang Nyonya Tuan besar mungkin belum selesai kerjanya. Kalau Tuan Kenan dan Nona Yezi pasti sedang sibuk membuat anak," ledek pelayan itu sambil nyengir tanpa takut kepada Nyonya besarnya itu yang masih terlihat cantik.
"Hus! Tau apa kamu nikah saja belum," omel Asyana.
"Ck... Nona ini kaya tidak pernah muda saja. Saya kan sering nonton film dewasa," ujar Wati tanpa dosa.
"Apa!" teriak Asyana kepada pelayannya itu yang terbirit-b***t lari kebelakang.
***
"Kau nanti jangan melakukan hal yang mencurigakan. Sekarang Kau hubungi wanita itu," ucap Agus salah satu pengawal yang berada di dalam kamar hotel itu.
"Bagaimana kalau Dia tidak datang atau tidak bisa hari ini," jawab Jeri yang sedang di obati oleh Dokter wajahnya.
"Dia pasti datang bilang saja ada uang Tuan Kenan yang berhasil di retas yang akan kamu transfer ke rekeningnya. Wanita itu pasti datang," saran dari Johan yang sedang sibuk memasang kamera di dalam kamar hotel itu.
"Baiklah bisa tolong ambilkan ponselku di sana kakiku benar-benar sakit," rengek Jeri.
"Ck dasar lemah," ejek Agus dengan wajah tak ramahnya. Agus mengambil ponsel Jeri di atas nakas. Dia melempaarkan ponsel itu ke arah Jeri yang langsung di tangkap Jeri.
"Terima kasih," ucap Jeri yang malas mencari masalah kepada orang-orang yang berada di dalam kamar itu.
Jeri menghubungi nomer telpon Bella tak lama paggilan itu di jawab.
'Hallo,' jawab Bella di ujung sana.
'Hallo Bella Kamu di mana?'
'Aku sedang di luar ada apa Jeri.'
'Kamu bisa datang sekarang Aku ingin bertemu.'
'Kenapa mendadak sekali Jer, apa tidak bisa besok saja.'
'Aku sudah meretas data keuangan Kenan di perusahaannya. Kau yakin tidak ingin datang. Lagi pula Aku menginginkan imbalanku sekarang.'
'Ck...ck...ya sudah Aku akan datang berikan alamat hotelmu menginap.'
'Kau datang sendiri saja jangan ajak kekasihmu itu.'
'Ha...ha...ha...kenapa Kau tahu Aku seng bersamanya?'
'Cih! Suara desahan Dokter gadungan itu sampai terdengar di telingaku.
'Ha...ha...ha...Kau itu kenapa sealu tidak akur. Ya sudah Aku akan datang ke sana Jer.'
'Ok... Aku tutup jangan lupa berdandanlah yang cantik dan pakai pakaianmu yang seksi.'
Jeri menutup obrolan mereka dengan mengeluarkan nafas beratnya. Hal itu tak luput dari tatapan tajam orang yang sedang berdiri sambil memperhatikannya.
"Ehem...Saya sudah benarkan bicara seperti itu," tanya Jeri dengan gugup.
"Ya benar Kau bilang kepadanya nanti kalau wajah dan tubuhmu lebam karena bertengkar di club karena ulah seseorang. Nanti Kau kan diberikan obat penahan nyeri agar bisa melakukan hubungan itu. Jangan lupa Tuan Kami meminta Kau jangan sampai bergelagat aneh yang membuat wanita itu curiga."
"Kami akan memantau kalian di dalam kamar ini dengan senyap. Kalau sampai Kamu berhenti sebelum Tuan Kami datang. Kami berdua akan menembakmu di saat itu juga. Dan dokter ini akan membedah tubuhmu untuk diperjual belikan ke sindikat mafia organ."
Glek!
Dengan susah payah Jeri menelan air ludahnya. Mendengar ancaman dari dua orang menyeramkan itu membuat tubuh Jeri gemetaran.