“…Okay see you soon”
“See you beb”
Di lain tempat Resti yang dengan ceria baru saja menelepon sahabatnya langsung memberikan tatapan sinis kepada laki-laki di depannya.
“Udah gila kamu? cengengesan ga jelas” sarkasnya berkomentar.
“Vina masih secerah dulu ya Res” tak mempermasalahkan ucapan tajam Resti, laki-laki itu tidak dapat menahan senyumnya yang terus-terusan merekah begitu mendengar suara seseorang di seberang sana tadi.
“Sumpah deh ga habis pikir aku tuuuu. It’s so f*****g five years dan kamu cuma diem aja. Harusnya kamu ga secupu itu gasih? buktinya tiba-tiba dm aku dan beneran ada di depan aku sekarang. Come on man kita ga pernah kenalan yang bener-bener kenalan” Resti mengungkapkan kebingungannya.
“Hehehe iya aku akui emang aku cupu tapi sekarang engga dong. Buktinya aku berani minta tolong kamu”
“Bukan berani tapi jatohnya aneh tau ga, kamu bisa aja langsung hubungin Vina ngajak ketemuan bukan malah lewat aku”
“Hubungin kamu jauh lebih mudah Res daripada hubungin Vina. Lagi pula bakalan aneh, aku yang lost contact lama sama dia tiba-tiba minta ketemuan. Aneh banget kan?”
“Waaaaah oke bener kata Vina kalau kamu tu emang pinter tapi dominan aneh sih”
“Eh Vina pernah ngomong apa aja tentang aku?” pertanyaan antusias dari laki-laki itu membuat Resti gelagapan mencari jawaban.
“Umm gausah kepedean Vina kalau ketemu sama aku pasti bahas semua temen-temennya. Kamu ga sespesial itu btw” pernyataan menohok dari Resti hanya dianggukki mengerti dari lawan bicaranya.
“Makasih ya Res udah mau bantuin”
“Yaa yaa yaa, tapi emang aku sama Vina udah ada janji girl's time sih dari lama. Jadi sekali lagi kamu ga sespesial itu. Jangan bikin aku makin ngrasa bersalah sama Vina deh soalnya nyembunyiin hal ini ke dia” ucapan sinis Resti tak ada habisnya “Heh Alvin, jangan kaget ya tapi kalau ternyata Vina udah ada orang lain. Denger sendiri kan tadi ada suara cowok di sampingnya”
Laki-laki yang mengajak temu Resti adalah Alvin yang seolah baru saja ditampar oleh kata-kata Resti tentang kenyataan yang mungkin harus ia temui nanti. Mimpi buruknya yang bisa saja jadi kenyataan.
“Gausah murung gitu udah aneh pasang muka jelek lagi, jangan berharap banyak deh bakal diterima Vina” Resti mengacaukan lamunan Alvin.
“Heran kok Vina bisa sahabatan sama makhluk nyablak kayak kamu sih”
“Apa???? heh permintaan tolong yang kamu bilang belum kita laksanain ya. Mau aku bocorin ke Vina”
“Eh ya jangan dong Res”
“Udah ah sana pergi keburu moodku jelek banget terus spill pengakuan kamu ke Vina”
“Iya iyaaa aku pergi, makasih yaaa” Alvin undur diri namun sepanjang perjalanan pulang itu pikirannya terasa penuh membayangkan setelah dua tahun lebih akhirnya dia akan bertemu lagi dengan Vina. Vinanya.
…….
Kediaman Vina sore itu tampak ramai banyak kerabatnya dari luar kota datang ke rumahnya karena besok ada pernikahan saudara mereka. Jadilah rumah Vina sebagai tempat singgah keluarga besarnya. Vina bersaudara juga dalam formasi lengkap dan tiga kakak beradik yang berjarak satu tahun itu tengah bersantai menikmati skin care mereka.
“Wanginya enak banget sih kak” Vina memuji aroma masker wajah yang tengah mereka kenakan.
“Yaa kaaan makanya aku beli satu pack soalnya wanginya enak banget”
“Bagi dong kak beli banyak kan?” si bungsu memanfaatkan kesempatan.
“Ambiil aku beli banyak emang buat berbagi ke pengangguran kek kalian HEH! hahahahaha” Lemparan bantal dari dua sisi pun tak bisa dihindari oleh kakak tertua mereka.
Suasana menjadi hening karena mereka bertiga tengah menunggu masker mengering dengan cara masing-masing. Seperti Areta yang memainkan hpnya, Alvina memotong kuku di jari-jarinya, dan Arlin yang fokus pada series yang tengah dia tonton.
“Besok Bisma jadi dateng nih, minta honest reviewnya yaaa kakak kakak” Suara Reta menghentikan aktivitas adik-adiknya.
“Kak Reta beneran sama Kak Bisma?” Vina memastikan.
“Kak Bisma yang nganterin kakak waktu bocor kemana-mana?” Arlin tak mau kalah
“Please deh Lin ga ada hal yang kamu inget selain kejadian memalukan itu”
“Heehhehee aku keinget banget rok Kak Reta beubah warna dari orange jadi kecoklatan, aduh pipi ku hehehhee” Vina tak bisa menahan tawanya meskipun terhalang masker yang mulai mengering.
“Adeeek ga ada akhlak” giliran Reta mengembalikan lemparan bantal dari adek-adeknya tadi.
“Kakak maunya besok Kak Bisma dikasih kuis apa? Aku sih bakal langsung kasih bintang lima kalau dikasih top up sejuta”
“Hahahah mata duitan, tapi aku juga setuju sama Arlin sih kak” dukung Vina kemudian melayangkan tangan hingga saling bertos ria dengan adiknya.
“Udah pada gilak emang” sungut Reta.
“Tenang aja kak, aku jago banget kalau disuruh review orang tu, dulu Kak Alvin mau deketin Kak Vina aja minta review dirinya sendiri ke aku”
“Heh s****n itu kamu juga review saudaramu sendiri ya ke orang lain” Vina refleks menimpuk adiknya dengan gumpalan tisu.
“Alvin siapa?”
“Itulooh kak Reta cowoknya kak Vina pas jaman SMA”
“Oalah yang suka nganterin Vina pulang ke kontrakan itu yaaa, pacarannya masih awet sampai sekarang? dari kelas satu kan? wiih legend”
“IHHHH kok jadi aku sih, lagi pula aku juga ga pernah pacaran sama Alvin” Vina menjadi sebal.
“Hahahhahaah iya Kak Reta hubungan mereka berdua tu gatau, ga jelas bikin pusing tahu gak aneh banget”
“Tolong ya saudara-saudara aku masih di sini, kalau mau ghibahin aku mending pas aku ga ada aja deh. Terserah mau ngrujak aku kek mana”
“Dih sewot amat bu, bilang aja anda gagal move on kan. Masih ngarepin dia kan?” Arlin semakin mengompori.
“Vin jadi kamu ngejomblo tu emang lagi nungguin orang ya? ya ampuuun kek gak laku aja deh” obrolan kedua saudara Vina itu tidak akan selesai dalam waktu cepat.
“Orang yang mau deketin Kak Vina juga sungkan kalik kak soalnya tembok pembatasnya tinggi banget. Dia masih kebayang-bayang masa lalu” mendegar pembahasan panjang lebar adiknya membuat Vina hanya bisa memutar bola matanya jengah, dia mencoba fokus pada kapas yang mulai ia gunakan untuk membubuhkan pembersih.
“Lupain aja deh Vin, orang kalian juga ga ada kejelasan gitu kan. Jangan keras kepala nanti ujungnya kamu kehilangan banyak kesempatan lho. Ga worth it banget cuma karena satu orang itu” ucap Reta bersungguh-sungguh.
Meskipun saudaranya ini seringkali bertingkah resek tapi ada kalanya memang obrolan antar saudara kandung itu menghasilkan banyak pemahaman baru yang tersampaikan dari hati ke hati. Kini pikiran Vina menjadi bersliweran orang-orang yang pernah dekat dengannya, oang-orang yang pernah menyatakan perasaannya, dan mereka pula yang terus-terusan dihindari Vina karena hatinya yang merasa belum siap dan terus merasa bersalah karena kerap kali terjebak dengan seseorang di masa lalu. Benarkah dia telah kehilangan banyak kesempatan untuk menerima orang baik untuk ada di kehidupannya?
“Emang Kak Alvin tu walaupun aneh tapi tahu cara treat cewek dengan baik dan benar sih, dia masih jadi kandidat paling aku setujui sih buat jadi kakak ipar. Nice banget orangnya” celetuk Arlin.
“YEEEEEE SI LIN LIN” Vina menjadi gemas sendiri.