Meet Up?

1685 Words
Vina menggeliat dalam tidurnya hingga tangannya menyentuh sesuatu, barulah dia teringat jika Resti tidur di kosannya. Sedikit mengusap wajahnya dan menatap langit-langit sejenak untuk mengumpulkan nyawa. Vina pun meraih telepon genggamnya memastikan pukul berapa tepatnya dia terbangun. Cahaya sudah masuk menerobos jendela yang tertutup gorden itu dan benar saja ini sudah jam sembilan pagi. Waktu sudah sangat siang untuk bisa dikatakan bangun pagi dan ini adalah efek mereka berdua begadang menonton film favorit mereka yang baru rilis belum lagi obrolan dua sahabat itu memang tidak ada habisnya. “Res bangun dah siang” Vina mendorong tubuh Resti. Orang yang coba dibangunkan itu justru semakin menarik selimut menutupi kepalanya. Vina yang juga malas mengulangi memilih beranjak segera ke kamar mandi. Melakukan rutinitas pagi hari juga membersihkan diri. Vina jauh lebih segar namun sekarang dia lemas dan perutnya minta diisi. “Astagaaaa RESTI!!!! ini udah mau tengah hari woy bangun!!” teriak Vina diikuti dengan tarikan kuat-kuat pada selimut yang dipakai sahabatnya itu. Berharap Resti segera membuka mata terbangun. “Oaaahammmm Naaa, jam berapa?” tanya Resti masih setengah tertidur. “Setengah dua belas noh bentar lagi” “Laper Na” “DIH cuci muka dulu sana gosok gigi, bangun tidur dah mikir perut aja” “Order makan aja deh Na biar cepet. Aku yang bayarin” Vina tak habis pikir karena Resti dengan mata tertutup sudah menggeluyur menuju kamar mandi juga sudah memikirkan hal apa yang ingin segera dia masukkan ke perut. “Bentar lagi nyampai diambil ya Res” Pinta Vina begitu sahabatnya keluar dari kamar mandi. “Iya iyaaa, minjem hoodie dong Na ni seksi banget aku” Resti menangkap hoodie yang dilemparkan Vina padanya untuk menutupi lebih banyak bagian tubuh karena hanya mengenakan tank top sejak tadi malam. Vina sibuk membersihkan kamar kosannya mulai dari mencuci piring kotor yang lebih banyak dari biasanya juga remah-remah snack yang berjatuhan di lantai. Menikmati waktu bersama sahabat sangat menyenangkan tetapi menghadirkan pekerjaan tambahan tentunya. “AAAAAAAAAAAA” “Hah? Suara apaan tuh?” Vina terkejut mendengar suara teriakan di luar kosannya kemudian disusul suara gaduh lainnya. BRUK!!! “ADUUUHHH” Secepat kilat Vina segera turun dari lantai dua kamar kosannya menuju pintu depan. Terdengar orang merintih juga suara Resti ada di sana. Membuka gerbang dengan tergesa dapat Vina lihat bahwa Dean tengah terkapar di depan gerbang kosannya dengan Resti yang berjongkok dengan muka penuh rasa bersalah. “HEH ini kenapa? Kak Dean jatuh?” Vina memekik terkejut kemudian membantu Dean bangkit. “Aaaargh punggungku,,, bukan jatuh Na tapi dibanting ni sama cewek ini” “Aduuh ya maaf refleks abisnya bikin kaget aja tahu gak, ngapain coba main peluk-peluk” Resti melakukan pembelaan tak terima disalahkan. “Kak Dean ngapain peluk Resti? ya pantesan dibanting dia ni atlet judo” “Aku kira tadi kamu Na, niatnya mau ngagetin. Abisnya dia pake hoodie kamu sih” “Sorry sorry, lagi pula ga salah dong self-defense ku. Aku pikir tadi orang gila yang suka peluk gitu” “Kamu kalik yang gila, gilak kuat banget. Ni kalau patah awas ya!” “Yeee ga mungkin patah, enak aja aku ga sembarangan tadi bantingnya. Pake teknik kalik” “Udah dong jangan berantem, ini Kak Dean mau dikompres ga punggungnya?” Vina mencoba melerai perdebatan Dean dan Resti. “Ga perlu selebay itu juga kalik Na. Ga bakal kenapa-napa ituuu” Resti menyela sebelum Dean menjawab. “Ehhh yang ngrasain sakit itu aku yaa” Dean tak mau kalah “Hih aneeh buat pelajaran juga jangan asal meluk orang, lagi pula ada hubungan apa sama Vina? ga ada kan? gausah peluk-peluk, cowok prik” omel Resti. “Stop Res! Kak Dean aku bantuin balik masuk kos aja yuk” Resti masih mencibir ke arah Dean yang dipapah Vina menjauh dari gerbang kosannya hingga ke kamar milik laki-laki itu. “Temen kamu barbar banget sih Na” “Jangan ngledek nanti dibanting lagi” “Ga bakal mau ketemu temenmu lagi aku” “Hahaha ada es ga? aku bantu kompresin” “Gausah udah ga terlalu sakit kok. Kayaknya emang beneran ga papa” “Cieee udah setuju sekarang sama yang diomongin Resti” “Hmmm bentar Na” ucap Dean kemudian membalik badannya hingga berhadapan dengan Vina lalu merengkuh tubuh gadis itu lebih erat “Rasanya agak nyess gitu yaa soalnya yang diomongin temenmu ada benernya” “Hah?” “Sssstttt maaf ya Na” ucap Dean tiba-tiba. “Hah apaan sih Kak Dean ga jelas banget. Otaknya ga kenapa-napa kan?” “Udah sana kasihan temenmu sendiri” bukannya menjawab justru Dean mendorong tubuh Vina perlahan untuk keluar dari area kosannya dan meski dengan muka kebingungannya Vina menurut saja. “Asli Kak Dean aneh dah” Vina tak habis pikir dengan kelakuan Dean yang akhir-akhir ini memang agak berbeda dari biasanya. Sampai di dalam kamarnya tentu saja tatapan Resti menajam seolah sudah dapat Vina dengar omelan dari sahabatnya itu. Tentu saja tentang Dean yang cari gara-gara ke Resti juga interogasi ke Vina tentang hubungannya dengan laki-laki itu. Terkadang perhatiannya itu lebih mirip ke jiwa kepo yag tidak tertahan sih. Beruntung Resti tidak mengungkit-ungit masalah dengan Dean terlalu lama karena dia katanya juga malas membahas laki-laki yang menurutnya menyebalkan itu. “Besok anterin ke halte beneran ya beb” pinta Resti. “Iyaaa tapi kenapa harus pagi sih?” “Kalau sore aku takut kecapean banget abis perjalanan jauh dalem bus” “Ya tapi awas yaa kalau bangun kesiangan terus nanti nyalahin aku” “Siaaap ntar pasang alarm deh pokoknya on time, kita nanti skincare an yuk” “Asli ni kamu kesini niat staycation ya buuk” “Emang hahahahahaaha” Sahabat sepantaran itu menghabiskan malam kedua momen girls time mereka dengan melakukan perawatan tubuh dan wajah. Mulai dari luluran, memasang masker wajah, juga m**i pedicure ala-ala yang sengaja mereka siapkan sebagai salah satu list kegiatan yang harus mereka lakukan berdua. Di antara rangkaian kegiatan yang dilakukan dua orang itu rasanya sesi makan-makan harus selalu ada. Bahkan meski waktu sudah menunjukkan larut malam dua perempuan dengan tubuh ramping itu santai saja memakan mie instan yang mereka masak dengan banyak topping. Rencana tidur tepat waktu setelah sesi merawat diri akhirnya gagal karena ujung-ujungnya mereka makan curhat makan curhat hingga begadang juga. …….. Pagi menjelang saat Vina merasakan tubuhnya digoyang-goyang. Hingga satu suara cempreng mengganggu pendengarannya. Mencoba memfokuskan pandangannya yang masih lengket tertutup hingga dapat Vina lihat bahwa Restilah yang membangunkannya dan sahabatnya itu mengenakan handuk yang digulung di kepala. Nampaknya ia sudah selesai mandi pagi. “Beneran bangun pagi?” Vina menggeliat. “Ya beneran aku mau naik bus pagi ya Na, jadi ayok cepetan bangun!” Dirasa kesadarannya sudah terkumpul Vina pun beranjak menuju kamar mandi. Saat keluar dari kamar mandi Vina sudah menemukan Resti yang asyik mengunyah roti dengan selai cokelat bahkan sahabatnya itu sudah berpakaian rapi. Rasanya Resti jauh lebih excited saat pulang ketimbang kemarin sampai di kosannya. Vina menyeduh air putih hangat dalam mug, perutnya sedang tidak terasa nyaman karena beberapa malam ini makan malamnya mendekati waktu tidur atau memang dianya ketiduran padahal baru saja menghabiskan semangkuk mie juga keasyikan mengobrol dengan Resti, jadilah sekarang asam lambungnya naik.   “Jangan lemes gitu dong Na. Ayok semangat semangat semangaaaat!!!!” Resti berjingkrak-jingkrak tak karuan. “Bukannya ini ekspresiku bener ya Res, kan mau pisah sama sahabat acuuuuuu” “Najiiiiiiissssss” Resti mendorong Vina yang hendak bergelayut manja. Motor berwarna abu-abu milik Vina sudah melaju di jalanan. Resti bersenandung di jok belakang. Membuat Vina semakin terheran-heran. “Res kamu ga suka ya ke kosan aku?” “Heh ngomong apa?? coba kita satu kampus Na udah pasti aku minta satu kosan sama kamu” “Kamu lebih riang gembira pas mau pulang lho tapi” “Mang napa sieee???? ga boleh?” Resti dan Vina saling melotot lewat pantulan kaca spion motor. “Kamu ga lagi kena marah bunda kan?” “Apasih Pinoi??? Udah go go go!!! keburu siang” Vina tahu kebiasaan Resti yang akan jauh lebih aktif bila sedang gugup atau memang kepribadiannya saja yang memang terlampau aktif. Sampai di halte tempat Resti akan menunggu busnya Vina segera memarkirkan motornya di swalayan dekat halte. Suasana masih sepi karena memang ini adalah keberangkatan pertama untuk rute bus yang akan ditumpangi Resti. “Sumpah Res ini pagi banget” komentar Vina yang digandeng Resti. “Jangan balik dulu lho Na, tunggu bentar” “Ya ampun Restiii aku ga bakal sejahat itu ninggalin kamu sendiri, pasti aku tungguin sampai busnya dateng” “AAAAA makasih beb” “NAjiiiiiis” ucap Vina membalas ucapan Resti saat di kosannya tadi. Resti celingak-celinguk seperti mencari sesuatu “Duh mana sih? awas aja sampai telat” “Apa sih Res? Bus kamu tu arahnya dari sana datengnya” ucap Vina memutar tubuh Resti mengarah tempat bus yang akan datang. “Aaaaarrrrggggghh bodo lah yang penting aku udah lakuin bagianku” Resti mengacak rambutnya yang hanya ditatap aneh Vina karena merasa kelakuan sahabatnya itu semakin random. “Alvina...” Itu bukan Resti yang memanggil tapi Vina juga enggan segera menoleh ke orang itu. Tubuhnya seolah membeku dan otaknya riuh dengan kelebatan kejadian-kejadian. Bus yang ditunggu Resti datang, sahabatnya itu melepas pegangannya di lengan Vina. Sorot wajah Resti tampak bersalah membuat Vina akhirnya tahu bahwa sikap gugup Resti karena sahabatnya itu tahu tentang semua ini “Sorry” lirih Resti kemudian memeluk perlahan Vina hingga dia pun harus segera masuk ke busnya. Vina tidak habis pikir bahwa dirinya masih menghafal suara orang itu dan pengaruhnya tak pernah terbayangkan akan seperti ini. Vina menunduk mencoba mengumpulkan keberaniannya menghadapi seseorang itu. Pertanyaan-pertanyaan yang mulai memenuhi pikirannya harus dia tahan agar tidak gegabah langsung dia lontarkan. Dia pernah membayangkan momen ini akan terjadi tetapi saat benar-benar terjadi Vina tidak tahu apa yang harus dia lakukan? Perlahan Vina berbalik bersamaan dengan bus yang ada Resti di dalamnya bergerak pergi. Resti menatap sahabatnya dari jendela bus, merasa tambah bersalah karena Vina beradu tatap dengan orang yang telah menghilang dari hidup sahabatnya itu dua tahun lebih mungkin sudah hampir tiga tahun ini. Jatuh cinta terlama Vina. “Hello”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD