Found You

1548 Words
I’m at a payphone trying to call home All of my change I spent on you Where have the times gone Baby, it’s all wrong Where are the plans we made for two? Dering musik familiar dari band Maroon 5 memecah kesunyian di sebuah kamar kosan itu tepat tengah malam. Pemilik ponselnya menggeliat nampak terganggu dengan suara itu namun matanya masih terlalu berat untuk terbuka dan tubuhnya terlalu malas untuk bergerak. Mengumpulkan nyawanya sembari diiringi suara Adam Levine, Vina tahu bahwa lagu dengan judul Payphone itu tidak akan berhenti dengan sendirinya. If “Happy Ever After did exist I would still be holding you like this All those fairy tales are full of shit One more f*****g love song, I’ll be sick Meregangkan otot-ototnya barulah Vina meraih ponselnya tepat sebelum part rapp Wiz Khalifa menyapanya. Menatap silau layar ponselnya dan mengucek kasar pandangannya untuk melihat jelas tulisan di sana. Arrrghhh s**l sedikit melempar ponselnya ke sisi lain kasurnya akhirnya kesadaran gadis itu kembali seutuhnya. Ternyata alarm pengingat pergantian hari menuju tanggal 13 Juni. Salahkan Vina yang masih saja memasang alarm itu padahal ini sudah tahun kedua orang yang ia peringati hari ulang tahunnya tidak ada lagi di hidupnya. Entah di mana? Vina tidak mengetahui kabarnya dan tidak mau tahu (mungkin). “Selamat ulang tahun manusia paling unik sealam semesta” Vina menatap langit-langit kamarnya membatin penuh khidmat. Kepalanya masih pening karena terbangun tengah malam padahal seingatnya dia baru beranjak tidur setelah lewat pukul sebelas. Dia nampak beringsut mencari di mana letak ponselnya tadi terlempar. Melihat sekali lagi kalender di dalamnya. Lima tahun berlalu sejak dia memutuskan menyalakan penanda tahunan itu. Sebelum sama-sama loss contact, dulu saat di bangku sekolah menengah atas saat hari ini datang Vina masih bisa duduk berdua dengan pemilik hari ini di perpustakaan. Bukan untuk merayakan hari lahir pria itu tapi seperti hari biasanya menikmati momen berdua dengan Vina. Tidak ada pembahasan tentang hari spesial itu tapi di hari itu Vina lebih banyak membumbungkan doa tulus dalam hati saat bersama dia. Doa kesehatannya, kebahagiannya, dan mimpi mereka berdua yang harus terwujud. Doa tulus yang dia sematkan untuk orang yang ia sukai sejak kali pertama dia memandang dengan senyuman ke arah Vina dari kursi paling belakang ruang kelas mereka. Tatapan yang Vina rindukan, penuh keyakinan bahwa apapun yang Vina lakukan dia menjadi pendukung nomor satunya yang selalu percaya akan kemampuan Vina. Terhanyut dengan kenangan masa lalunya membuat Vina tidak lagi mengantuk. Sekali lagi mengambil ponselnya kemudian menghapus penanda itu. Menggigit bibir tampak ragu begitu melihat bahwa penanda itu dia set selama hampir sepuluh tahun. Gila Vina tidak seharusnya terlalu bergantung dengan harapan semu seperti ini dan mungkin cara-cara seperti ini akan mulai dia lakukan agar cepat menghilangkan bayangan laki-laki itu dari hidupnya. Beranjak dari tempat tidurnya Vina menuju ke kamar mandi namun pandangannya segera tertuju pada tumpukan piring juga peralatan masak yang kotor di bak cuci piringnya. Itu adalah hasil kegiatannya dengan Dean sejak sore yang tiba-tiba datang ke kosannya membawa bahan-bahan membuat soto. Semenjak mereka berdua tahu bahwa bertetangga, Dean menjadi sering ke kosan Vina dengan berbagai alasan random seperti menumpang wifi karena ibu kosnya lupa membayar atau lebih parahnya meminta Vina membantu tugasnya seperti meresum atau membuat paper. Akhirnya Vina menjadi dekat dengan Dean apalagi kehadirannya juga membantu Vina dalam pekerjaan yang biasanya cukup menyusahkan seperti mengangkat galon, memasang gas, juga mengganti lampu. Sebenarnya Vina juga biasa melakukannya tapi jika ada Dean maka sayang rasanya jika tidak dimanfaatkan tenaganya. Hehehe. Belum lagi Dean ini memang orang yang menyenangkan untuk diajak ngobrol bertukar pikiran. Sore itu Dean datang ke kosan Vina setelah beberapa hari yang lalu berpamitan kepadanya untuk pulang ke rumah karena ada acara keluarga. Rumah Dean memang hanya berbeda kota kabupaten dengan kampus tempatnya kuliah. Hal itu pula yang membuat Dean menitipkan si Beng Beng kucing kesayangannya ke Vina untuk dirawat. Tak disangka bahwa Dean si komdis galak yang selalu jahil itu seorang cat lovers. Jadi untuk berterima kasih kepada Vina (katanya) dia membawakan bahan membuat soto. Hanya bahan karena ujung-ujungnya Vina harus berkutat dengan resep untuk membuat soto itu. Soto bukan makanan kesukaannya tapi merupakan makanan favorit Dean jadi sebenarnya rugi juga permintaan terima kasih ini untuk Vina. Belum lagi Dean yang berkata akan membantu justru mengundang emosi Vina karena tingkahnya yang berpotensi merusak resep soto yang beruntungnya berakhir lumayan bisa dimakan. Satu hal lagi yang menguntungkan dari kehadiran Dean tentu saja kebiasaan laki-laki itu yang sering membeli makanan yang beruntungnya Vina selalu mendapat bagian. Makanan gratis dan enak selalu mendapat tempat di hati anak kosan tentu saja. Menggulung lengan bajunya Vina segera mencuci piring-piring kotor itu dan membersihkan kekacauan di dapur kosannya juga menyimpan kuah soto yang masih banyak tersisa. Belum juga selesai membilas piring-piring itu Vina sudah menguap lebar. Setiap kali Dean datang ke kosannya maka Vina akan berakhir tidur lebih lambat karena betah sekali laki-laki itu meramaikan suasana kosannya. Menjelang pukul tiga pagi Vina baru selesai membereskan dapurnya, gadis itu segera terkapar karena rasa kantuk yang tidak dapat ia tahan lagi. Cuaca siang itu benar-benar terik dan Vina menggerutu di bawah sinar matahari saat berjalan menuju basecamp clubnya. Dia bangun kesiangan, tentu saja karena baru kembali tertidur menjelang pagi dan lupa menyalakan alarm. Vina sebal sendiri dengan dirinya meski sempat menyalahkan Dean tetapi jika dipikir-pikir bukan salah laki-laki itu hingga berujung umpatannya menyasar alarm penanda tanggal 13 Juni miliknya. Memang seharusnya Vina tidak perlu selalu merasa dibayang-bayangi oleh masa lalunya. Dia harus berhenti menyiksanya dengan kenangan tentang orang itu. Tetapi meskipun gadis itu bisa menahan untuk tidak lagi melihat orang itu nyatanya tidak ada yang bisa mengontrol hatinya untuk tetap menyimpan perasaan suka ini hingga bertahun-tahun lamannya. Tadi pagi Vina tidak sempat sarapan karena sudah mepet dengan jam pertama kelasnya kemudian terburu-buru segera berangkat ke kampus . Padahal soto masakannya dengan Dean masih banyak meskipun ia tidak suka soto tapi pagi hari sarapan soto yang hangat tentu sangat nikmat di perut kosong. Vina sampai di basecamp clubnya dengan badan lemas apalagi letak ruangan itu di lantai atas jadi perut laparnya semakin meronta saat diajak naik tangga. Sebuah kebetulan yang memang didambakan Vina saat itu menghampirinya. “Udah makan belum? mau ikut?” itu suara Hanan yang berpapasan dengannya di lorong menuju basecamp club. Mendengar itu Vina segera mengangguk antusias segera meletakkan barang-barangnya di ruangan dan bergegas bersama Hanan ke salah satu warung makan dekat kampus. Vina yang memang paling tidak suka makan sendirian merasa tidak harus berpikir ulang saat diajak oleh Hanan belum lagi perutnya harus segera diisi makanan. Padahal tadi dia baru berniat akan mengajak siapa saja yang ada di dalam basecamp untuk makan siang ternyata bersamaan dengan Hanan yang sendirian akan makan karena anak-anak yang ada di basecamp sudah makan siang semua jadilah saat melihat Vina, laki-laki itu mengajaknya. Mereka berdua harus menyeberang jalan dan berjalan sebentar di trotoar untuk menuju warung itu. Masih di jam-jam makan siang jadi jalanan cukup ramai orang-orang mencari menu makan siang mereka. Vina dan Hanan menunggu kendaraan yang berlalu lalang untuk dapat menyeberang. Saat bersiap menyeberang Hanan memegang pundak Vina dan menggeser gadis itu di sisi kirinya. Sebenarnya tidak terasa seperti disentuh karena Hanan seolah hanya menarik ujung baju Vina, tipis dan pelan sekali. Hal yang sama selalu dilakukan laki-laki itu yaitu menempatkan Vina disisi yang jauh dari jalan dan arah kendaraan. Diperlakukan seperti itu tentu saja Vina tersanjung. Perempuan mana yang tidak senang saat dihadapkan dengan laki-laki yang memahami basic manners seperti Hanan. Hehehe Vina pernah punya satu yang seperti ini. Warung mie ayam menjadi pilihan mereka berdua siang itu. Hanan selalu membuka topik yang Vina rasa lebih seperti brainstorming untuk klub mereka juga pembahasan seputar kuliah atau isu-isu serius lain yang sedang berkembang. Rasanya dari situ semakin wajar bila Hanan adalah sosok idola kampus, pengetahuannya luas dan dia sangat baik memperlakukan orang lain. Pesanan mereka sudah tiba yaitu dua porsi mie ayam dengan minum es teh untuk Hanan dan es jeruk untuk Vina. Menyusun hidangan di meja Vina pun mengambil botol saus untuk dipindahkan ke meja kosong di belakangnya. “Eh mau dikemanain?” tegur Hanan “Hah?” “Botol sausnya. Kamu ga suka ya?” Tersadar yang dilakukannya, Vina tidak jadi membawa botol saus itu “Hehhe refleks kak, kebiasaan ga pernah pake soalnya hehe” Tidak itu bukan kebiasaan Vina, bahkan gadis itu terkejut dengan yang dilakukannya. Rasa lapar yang membuat nafsu makannya meningkat begitu melihat mie ayam yang siap ia santap menjadi hilang entah kemana. Pikirannya tidak lagi ada di tempat makan itu, bukan lagi tengah makan dengan Hanan. Suara Hanan yang mulai membuka lagi obrolan menyadarkan Vina untuk kembali ke kenyataan dan mulai memakan mie ayamnya. “Kamu kenapa ga pernah mau kalau aku anterin pulang?” “Oh ya kan gedung basecamp klub kita deket ke pintu belakang kampus kak, jadi makin deket kalau aku mau balik ke kosan” “Bukan karena takut aku jatuhin dari motor pas bonceng kan?” “Uhuuk uhuuk” Vina tersedak kuah mie ayam dan dengan cekatan Hanan memberikan kotak tisu juga minum untuk gadis itu. “Engga lah kak mana mungkin” “Ya siapa tahu Sarah kasih tahu kamu kalau aku pernah jatuhin ibukku pas aku bonceng” SH*T  Satu hal yang muncul dikepala Vina mendengar pengakuan Hanan adalah dia yang ingin berteriak ke laki-laki dihadapannya “APAKAH KAMU SEBENARNYA ALVIN???”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD