Rumor Tentang Grand Duke

1552 Words
Angeline terbangun sambil memegang kepalanya yang berdetak. Ia semalam tidur larut karena berbincang dengan Viola sampai lupa waktu. Kepalanya seperti mau lepas dari lehernya, tapi hal itu sepadan dengan informasi yang ia dapat dari Viola yang banyak bicara. Grand Duke Sunset adalah pria dengan segudang rahasia. Begitu kata Viola di awal. Yah, segudang rahasia dan segudang harta tentunya. Pria itu adalah keturunan satu-satunya dari keluarga bangsawan Sunset dan hampir tidak pernah kelihatan berjalan-jalan dengan gadis dari kalangan manapun. Tapi kata Viola ia pernah satu kali melihat Grand Duke Sunset sedang berciuman dengan seorang gadis di bawah pohon di taman belakang. Yang membuat Viola terkejut adalah gadis itu berpakaian sama dengannya. Itu artinya gadis itu adalah seorang pelayan sama sepertinya! Grand duke mencium seorang gadis pelayan, itu yang Viola lihat. Gadis itu terlalu terkejut untuk menoleh kembali dan menangkap barang sekilas wajah dari gadis yang dicium grand duke. Angeline mengangkat kedua alisnya mendengar kisah drama itu. Ia sebenarnya lebih tertarik dengan informasi kekayaan dan kekuasaan yang dimiliki grand duke tapi ia yakin Viola tidak tahu banyak soal itu. Jadi ia membiarkan gadis itu melanjutkan kisahnya tentang grand duke dan gadis pelayan yang diciumnya itu. "Seperti kisah dongeng, nona!" Kata Viola dengan wajah yang berbinar, antusias. "Pria yang punya kuasa jatuh cinta dengan gadis pelayan yang miskin dan lemah." Angeline terkekeh lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, "kamu benar-benar sedang menjahiliku ya, Viola." Kata Angeline. "Kamu 'kan tahu mengapa aku dibawa kesini." Katanya lagi. Viola mengatupkan mulutnya dan menarik kembali tangan yang ia angkat ke udara, "Maafkan saya, nona. Saya hanya tidak pernah bisa menceritakan soal ini ke sesama pelayan." Katanya sambil menundukkan kepalanya. "Tidak apa-apa. Tolong lanjutkan." "Setelah kejadian itu, grand duke kelihatan resah tiap harinya. Ia tidak pernah keluar kamar untuk waktu yang lama dan tidak membiarkan gadis pelayan masuk ke kamarnya, harus yang pria katanya. Ia juga tidak mau para gadis pelayan berlama-lama di satu ruangan dengannya jadi setelah kami selesai melayani kami segera disuruh menunggu di luar. Teman-temanku yang lain mengira tuan membenci perempuan dan suka pria. Tapi aku lebih yakin itu karena salah satu diantara kami ada disana. Si gadis pelayan yang ia cium dibawah pohon itu." "Apa kamu punya ide siapa yang jadi si gadis pelayan itu?" Viola memutar bola matanya sejenak selagi ia berpikir. "Aku punya beberapa yang terbesit di benak untuk saat ini tapi aku juga kurang yakin. Tidak ada yang benar-benar berteman dengan siapapun disini. Membuka rahasia seriskan itu sama saja seperti membuka kulit kita sendiri agar semua orang bisa mengambil organ tubuh kita dari kita." "Ew, itu analogi yang menjijikan tapi baiklah, lanjutkan." "Tapi sepertinya antara Kanista dan Tiana." "Siapa?" "Kanista itu datang dari keluarga pedagang yang tidak begitu kaya. Ia kelihatannya saja sudah menaruh hati pada grand duke sejak lama. Caranya menatap tuan lalu wajahnya yang memerah setiap kali tuan mengajaknya bicara. Aku menduga gadis yang waktu itu dia karena Kanista pernah masuk ke kamar grand duke sambil melihat kanan dan kiri, seperti sedang mengawasi sekitarnya dulu. Lalu Tiana.. Hm.. gadis itu memang aneh sejak awal bekerja disini. Tapi ia kelihatan sangat teramat dekat dengan grand duke. Ia juga sering diperbolehkan masuk ke kamar grand duke bahkan setelah ada larangan untuk para gadis pelayan." Angeline benar-benar tidak tertarik dengan obrolan semacam ini. Dan ia tidak bisa menutupi kenyataan itu. Gadis itu menyeruput s**u yang dibawakan Viola dalam diam selama gadis itu melanjutkan laporan tentang penelitiannya. Angeline sedari tadi berpikir jauh dari tempat tubuhnya berada saat ini. "Um, nona Archeness?" Viola memanggil dengan suara pelan. Angeline segera mengangkat pandangannya pada Viola yang tersenyum sambil tersipu malu. "Maafkan saya karena saya terus berbicara. Saya selalu mengagumi Anda dan melihat dari tengah keramaian. Jadi saat ini saya merasa seperti sedang bermimpi." Angeline mengerjapkan matanya sambil menatap Viola yang semakin tersipu malu karena tatapan Angeline. Kemudian Angeline tertawa. "Aku selalu bertanya dari awal sampai kesini. Kalian para gadis pelayan, kenapa selalu kelihatan tegang?" Kata Angeline dengan nada suara ringan dan senyuman di wajah. Seakan cahaya turun kepermukaan wajah Viola ketika ia melihat senyum lebar Angeline. Gadis Archeness ini tentu mendapat banyak kasih sayang dari siapapun yang berkuasa di balik langit sana. Viola ikut tersenyum lalu ia menghela napasnya. "Semua rumor tentang Grand Duke Sunset benar adanya." Katanya. Gadis itu kelihatan ragu dan Angeline bisa melihat keraguan itu tercetak jelas di wajah Viola. "Nona.. Apa yang akan Viscount Archeness lakukan ketika seorang pelayan berbuat kesalahan?" Kata Viola ketika ia menengadah kepada Angeline. Gadis itu berpikir sejenak. "Biasanya kalau ayahku yang menanganinya ia hanya akan memberikan peringatan untuk pertama, lalu yang kedua dan seterusnya potongan gaji. Kalau ibuku, oh ibuku tidak akan melakukan apapun. Ia hanya akan tersenyum lalu mencubit pelan pipi yang buat salah." "..Begitu." "Kenapa? Ada apa?" Wajah Viola kembali memyiratkan keraguan yang tak kentara. Seakan yang akan diberitahunya kepada Angeline itu telah jadi masalah besar yang menganggu untuknya selama ini. Lalu sesuatu mencerahkan pikiran Angeline, tentang hal apa yang membuat Viola ragu. "Apa yang Grand Duke Sunset akan lakukan ketika kalian melakukan salah?" Tanya Angeline. "..Hu..Hukuman cambuk untuk yang salah meletakkan urutan sendok makan. Hukuman puasa dua hari untuk yang salah meletakkan buku yang sesuai dengan abjad. Um.. Hukuman lempar batu untuk yang tak cukup bersih menggosok lantai..-" Suara Viola tercekat ketika Angeline mengangkat tangannya ke depan wajah Viola. Perut Angeline berputar mendengar kekejian hukuman yang sanggup dijatuhkan grand duke pada kesalahan kecil sekalipun. Puasa dua hari karena tidak bisa menyusun buku sesuai abjad? Bagaimana kalau pelayan yang ditugaskan menyusun buku adalah seseorang yang buta huruf. Dan yang Angeline tahu adalah setengah dari pelayan yang bekerja di kediaman manapun semenjak mereka datang dari keluarga miskin dan pendidikan adalah pengeluaran yang terlalu mahal untuk rakyat menengah ke bawah. Lalu Angeline menguatkan perutnya lagi ketika teringat akan sebuah pertanyaan. Lalu, apa ada lagi? Sekeji apa grand duke pada semua anak-anak pelayan ini? "Lanjutkan. Apa saja yang dia lakukan pada kalian?" Lalu begitulah kira-kira Angeline mengaduk perutnya semalaman mendengar semua kisah kelam dari rumah tangga yang diatur sang grand duke. Karena itu juga kira-kira kepala Angeline berdetak pagi itu. Apa ayah dan ibunya, viscount dan viscountess Archeness terlalu baik kepada para pelayan yang ada di rumah mereka? Atau grand duke yang terlalu kejam pada pekerjanya? Angeline mengingat senyum gadis-gadis pelayan yang bekerja mengurusnha dan keperluannya. Setiap keturunan Archeness punya sedikitnya dua orang pelayan yang mengurus mereka. Tak pernah sekalipun mereka menamppakkan keresahan pada wajah mereka kepada gadis itu. Tentu karena di keluarganya para pelayan dianggap sebagai manusia yang berharga. Diberi kesempatan terus menerus untuk jadi benar. "Ada yang mengganggu pikiranmu?" Suara sang grand duke tiba-tiba membangunkan Angeline dari lamunan yang dialaminya semenjak ia bangun tadi pagi. Angeline menengadah lalu tersenyum tipis. Wajahnya pucat dan warna bibirnya sedikit pudar. "Lalu kenapa kamu terlihat sangat pucat?" Tanya sang grand duke. Viola yang mendengar itu mengalihkan perhatiannya dari sup yang sedang ia tuangkan ke mangkuk kepada wajah Angeline. Alhasil Viola menuangkan sup panas sedikit meleset dari mangkuk yang ada di hadapan Angeline. Angeline memekik kaget karena merasakan percikan yang panas di kulitnya sambil refleks berdiri lalu menjauh. "Ma.. Maafkan saya, nona!" Kata Viola dengan cepat sambol terjatuh dan membersihkan ujung gaung Angeline yang terkena sup tomat yang panas dengan celemeknya. Ia terus meminta maaf dengan kedua tangan yang bergerak cepat dan mulai keringat dingin. Beberapa pelayan yang lain ikut tersungkur dan mulai berusaha membersihkan gaun dan kulit tangan Angeline yang terkena ciprata sup tomat yang panas itu. Angeline tersenyum gugup sambil minta Viola berdiri dan berhenti menghiraukan ujung bajunya. Ia takut keributan ini membuat sang grand duke kesal. Pada Viola, terutama pada dirinya sendiri. "Aku tidak apa-apa. Tidak apa-apa." Bisiknya kepada Viola yang terus mengusap celemeknya. "Viola." Suara sang grand duke menggelegar, menghentikan semua keributan di ujung meja Angeline. Mereka semua menengadah kepada sang grand duke yang sudah melipat tangannya di depan mulutnya sendiri. Suara Viola tercekat lalu ia segera menerima takdirnya. Apa ini? Hukuman? Pikir Angeline. Apakah akan jadi hukuman cambuk? Apakah puasa dua hari? Angeline duduk dengan tegang mengamati apa yang akan dilakukan sang grand duke pada pelayan yang ditugaskan untuk melayani Angeline selama ia disini. Tidak sopan adanya untuk Angeline bertanya telalu banyak meski dalam keadaan panik, apalagi ketika berada di meja makan. Dan lagi ia pun tahu setakut apa ia saat ini ketika berada di hadapan sang grand duke yang punya kekuasaan sebesar kekuatan keluarga kerajaan yang berada di istana. Bibir Angeline bergetar ketika ia melihat beberapa pelayan lain mulai membuka tali pengikat korset baju Viola dan seorang lainnya datang dengan sebuah cambuk dari ruang yang lain. Grand duke akan mencambuk Viola? Disini? Di hadapan tamunya? Angeline duduk semakin lurus di bangkunya ketika ia melihat sang grand duke mengangkat tangannya yang menggenggam cambuk ke udara. Lalu suara tali cambuk bergesekan dengan kulit punggung Viola menggelegar diikuti suara ringkihan kesakitan dari Viola yang dipegang untuk bertahan di lantai. Lalu cambuk yang kedua datang secepat yang ketiga dan keempat. Perut Angeline teraduk. Lagi-lagi teraduk. Kepalanya mulai berputar mendengar suara teriakan tangisan Viola yang kesakitan. Sang grand duke melayangkan cambuknya dua belas kali untuk menghukum Viola yang tak sengaja menumpahkan sup tomat kepada gaun Angeline. Kenyataan itu membuat Angeline semakin mual. Ia tak tidur cukup dan pagi segera diberikan tamparan ketika menghadapi kenyataan bahwa ia akan dipinang pria yang k**i seperi Grand Duke Sunset. Badan Angeline menyerah. Angeline pingsan setelah suara teriakan yang mengiiringi setiap cambukan berhenti dan tergantikan jadi tangisan dan isakan kecil.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD