Jawab Jujur, Angeline

1056 Words
"Bagaimana dengan saya, Yang Mulia?" Ulang Angeline. Grand duke mengangguk kecil. Angeline berdehem sejenak lalu memperbaiki cara duduknya. Ia tentu tidak tahu harus mengatakan apa. "Apa yang ingin anda dengar, tuan?" Pertanyaan itu meluncur dari bibir Angeline yang menyunggingkan sebuah senyum tipis. Wajah grand duke tak berubah tapi kedua matanya memandang Angeline tanpa jeda. Angeline pun tak mengeluarkan kata-kata lagi, menunggu jawaban grand duke untuk pertanyaan yang ia berikan sebelumnya. "Jawaban jujurmu." Kata grand duke yang kemudian bersandar pada bangku. "Tanpa memikirkan posisimu. Atau posisiku. Sejujur yang kamu bisa." Kata grand duke. Angeline tersenyum kecut mendengar kalimat itu. Pernyataan yang menjebak, pikirnya. Karena meski grand duke kelihatan tidak memikirkan kedudukannya ataupun Angeline di taman itu saat itu, Angeline sedang berada di balik dinding milik keluarganya yang punya kuasa hampir sama dengan keluarga raja saat ini. Bagaimana tidak. Grand Duke Sunset adalah sekutu paling kuat di kelas aristokrat saat ini mengingat raja yang belum memiliki keturunan itu jatuh sakit dan sedang sekarat. Ratunya yang diambil dari negeri asing pun tidak punya sekutu di wilayah ini dan tidak akan bisa mempertahankan takhtanya kalau grand duke merebutnya dari wanita itu. Kesempatan untuk jadi penguasa wilayah itu mulai terbit untuk grand duke. Ia bisa mengklaim takhta kapanpun ia mau. Dan dengan semua kekuasaan yang dimilikinya saat ini, tidak ada alasan bagi grand duke untuk tidak menggulingkan nama baik Archeness untuk kedua kalinya di sosial aristokrat kalau ia tidak suka dengan jawaban yang akan diberikan Angeline. Apa Angeline saat ini harus berbohong saja? Sambil lanjut merancang pelariannya? Ia bahkan sudah lupa apa yang harus dibalasnya! "Saya juga begitu, yang mulia." Kata Angeline sambil tersenyum setulus yang ia bisa saat ini. Entah perkataan apa dari grand duke yang seharusnya ia balas. Untuk saat ini sepertinya Angeline sebaiknya membenarkan semua yang dikatakan grand duke. Grand duke kemudian tersenyum lalu kembali meneguk teh yang ada di cangkirnya. Mereka tidak berbicara lagi setelah itu. Yah, sebenarnya. Angeline punya banyak pertanyaan yang ingin ditanyakannya kepada grand duke. Kebanyakan mengenai kekuatan yang dimilliki keluarganya dan keuntungan macam apa yang dimiliki pertambangan berlian keluarganya. Tapi sepertinya pertanyaan-pertanyaan itu bukan pertanyaan yang bisa di tanyakan pada pertama kali mereka bisa duduk bersama seperti ini. "Apa kamu suka kain yang aku kirimkan kemarin?" Tanya grand duke tiba-tba. Angeline terpikirkan lagi soal kiriman yang diberikan grand duke tanpa henti selama seminggu sebelum hari itu. Salah satu kirimannya adalah dua peti penuh kain-kain impor yang mahal, didatangkan grand duke dari berbagai wilayah lain yang punya kain terbaik. Angeline mengangguk sambil tersenyum kecil. Sejak ia mengambil kelas melukis di akademi, ia juga mulai belajar warna dan jatuh hati dengan pelajaran itu, jadi kain dengan warna-warna yang indah adalah kiriman terbaik yang dapat grand duke berikan selama tujuh hari itu. "Ya, syukurlah. Aku dengar dari kepala pelayanku kamu memang paling suka kiriman kain itu." Katanya. Angeline hanya tersenyum lalu hening kembali menyelimuti mereka. Sampai waktu minum teh selesai dan mereka sudah kembali ke rumah utama. Grand duke berterima kasih kepada Angeline karena telah menemaninya minum teh dan berharap Angeline esok pagi bisa berbincang lagi dengannya, membahas bagaimana pernikahan yang gadis itu inginkan. Angeline mengangguk lalu berkata kalau ia akan meluangkan waktu untuk berdiskusi dengan sang grand duke. Ia bahkan tidak punya niat untuk bertanya tentang keluarganya lagi kepada sang grand duke karena mendengar ajakan diskusi itu. Gadis itu saat ini semakin tertarik untuk melarikan diri daripada mengetahui kondisi orangtua dan saudarinya. Rencana pelariannya itu yang mengitari pikirannya selama ia diantarkan ke kamarnya. Ketika sampai di kamarnya, Angeline membuka salah satu koper yang ia bawa bersamanya. Koper itu berisi beberapa buku bacaan dan sebuah jurnal yang ia isi dengan perkiraan keberhasilan langkah yang dia ambil untuk selanjutnya. Gadiss itu membuka halaman demi halaman yang ia telah isi dengan semua kemungkinan dari setiap kesempatannya. Sejauh ini Angeline hanya yakin akan dua kesempatan. Yang pertama adalah ketika semua orang di rumah itu terlelap, dan yang kedua dengan berpura-pura ingin berjalan-jalan di pasar. Tapi selain dua rencana itu, Angeline punya sekitar seribu ide lagi yang ia biarkan ada di pikirannya selama ini. Secara garis besar, Angeline hanya mencari tahu tentang bagaimana ia bisa melarikan diri dari sayap kiri gedung itu. Tapi kemudian ia terpikirkan dengan keselamatannya dan keluarganya kalau gadis itu menghilang terlalu lama dari pandangan sang grand duke. Pria itu bisa melakukan apa saja. Angeline tidak mungkin menyusahkan orangtuanya untuk ketiga kalinya semenjak ia bersikeras ingin belajar di akademi dan nyaris tidak menerima lamaran apapun. Sebelum Angeline lanjut memikirkan rencana lain yang mungkin bisa ia pakai, seorang pelayan mengetuk pintu ke kamar Angeline dengan pelan. Gadis itu menoleh pada seorang gadis seumurannya yang membawakan senampan s**u hangat dan biskuit selai yang kelihatan baru dipanggang. "Mohon maaf atas kelancangan saya tapi saya penggemar berat karya-karya nona." Katanya sambil berlutut di lantai setelah meletakkan nampan di meja yang kosong. "Tanpa sadar saya sudah berjalan kesini dan mengetuk pintu kamar nona." Angeline sedikit kaget dengan pelayan muda di hadapannya yang tak berani mengangkat wajahnya untuk menatap Angeline. Banyak sekali orang meminta maaf sambil malu-malu hari ini. Gadis itu segera berdiri dan berjalan kepada gadis pelayan yang menyadari Angeline yang mengikis jarak antara dirinya dan Angeline. Angeline tidak pernah diperlakukan seagung ini sebelumnya. Rumah kediaman Archeness tidak punya ketegangan antara hamba dan tuan. Dan lagi Angeline menghabiskan hampir setengah waktu hidupnnya sejauh ini di belakang dinding akademi dan di akademi murid dari kelas sosial manapun tidak diperbolehkan membawa pelayan di akademi. Itu artinya Angeline melakukan banyak hal sendirian. Jadi semua kehormatan yang sedang diletakkan pada kakinya saat ini adalah hal yang baru untuknya. "Siapa namamu?" "Viola, nona." "Ikut sini, duduklah." Kata Angeline sambil berjalan kepada sofa mungil di depan perapian yang tak dinyalakan sore itu. Gadis pelayan itu menurut meski sedikit ragu. Angeline meraih biskuit dan segelas s**u hangat itu lalu mulai mencelupkan biskuit itu ke s**u. "Kamu suka karya yang mana?" Sejenak, gadis pelayan itu kelihatan tidak percaya dengan apa yang Angeline katakan. Ia telah dirundung ketakutan dahulu sebelum menghadap kepada Angeline yang ternyata seorang nona yang baik dan ramah. Lalu bak matahari yang muncul setelah hujan yang membuat gemetar, seperti itu senyum gadis itu merekah sebelum ia memulai semua pujiannya kepada setiap karya Angeline yang ia kagumi. Mungkin Angeline harus mengulang pertimbangannya untuk pergi dari kastil itu setelah bertemu Viola. Tapi itu pertimbangan untuk nanti, kapan-kapan. Saat ini Angeline harus fokus mendengarkan Viola mengutarakan semua pendapatnya tentang karya Angeline.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD