"Masuk!" Ucap Adam dingin setelah membangunkan wanita yang tidur di dekat pintu unit apartemennya dengan posisi meringkuk beralaskan jas. Pakaian yang di kenakan wanita itu membuat auratnya terlihat hampir delapan puluh persen, Adam sampai bingung saat akan membangunkannya.
Dengan nyawa yang belum terkumpul sepenuhnya Monika menuruti perintah Adam untuk masuk ke dalam apartemen pria itu.
"Silahkan kamu tidur di kamar itu, saya akan hubungi Kenan secepatnya," ucap Adam menunjukan kamar tamu di sebelah kamarnya.
Monika tidak menjawab masih mencoba mencerna ucapan lelaki itu.
"Terimakasih," ucap Monika setelah dia sadar sepenuhnya dari rasa kantuk, walaupun kata itu tak mungkin bisa Adam dengar karena lelaki itu sudah masuk kembali kekemarnya.
Monika memasuki kamar itu lalu mencoba mencari sakelar lampu untuk memberi penerangan. Monika menghembuskan nafas lega setelah melihat pintu lain di kamar ini yang kemungkinan besar adalah kamar mandi. Kandung kemihnya sudah terasa penuh, dia juga akan mandi dan berganti pakaian. Badannya terasa lengket, apalagi make up di wajahnya yang telah berantakan, sangat-sangat terasa menggangu kenyamanan wajahnya. Setelah masuk ke kamar mandi dan melepas seluruh pakaianya ada yang Monika lupa, dia tidak membawa pakaian dalam untuk ganti tentunya, hendak dia pakai lagi setelah mandi tentu saja dia tak bisa. Dia segera menyambar handuk putih yang tersedia di kamar mandi itu.
Dengan mengenyahkan sejuta rasa malu di hati dan otak Monika dia pergi keluar kamar dan mengetuk pintu kamar sebelah.
Setelah beberapa kali ketukan laki-laki itu membuka pintunya dan terlihat terkejut saat melihat tubuh Monika yang hanya berbalut handuk di atas lutut.
"Saya mengizinkan kamu masuk bukan karena saya tertarik dengan tubuh kamu dan berubah pikiran untuk mau tidur sama kamu, saya bukan Kenan, saya bisa tidur sendiri, dan saya tekankan sekali lagi sama kamu bahwa saya tidak tertarik, silahkan kembali kekamar sebelah, sebelum kamu benar-benar saya usir dari sini." Ucap Adam penuh penekanan.
"Tunggu sebentar Mas," ucap Monika panik saat Adam hendak menutup pintu lagi.
Mata Adam melotot saat tangan Monika yang hendak di gunakan untuk menahan pintu justru berlabuh di dadanya.
"Ma...maaf Mas, tapi saya kesini bukan karena mau minta Mas tidurin, tetapi mau pinjam pakaian dalam," ucap Monika cepat sebelum Adam memaksa menutup pintu.
"Kamu punya fetish aneh seperti itu?" tanya Adam curiga.
Monika menggeleng.
"Tidak usah aneh-aneh silahkan kembali kekamar sebelah."
"Saya tidak berfikiran aneh-aneh Mas, saya serius mau pinjam itu, saya mau numpang mandi tapi pakaian ganti saya tidak lengkap."
"Dan saya tidak punya sesuatu yang hendak kamu pinjam itu, saya laki-laki. Semua barang yang saya punya adalah barang-barang khusus untuk laki-laki," jawab Adam menegaskan.
"Nggak apa-apa Mas, saya pinjam punya Mas satu, dari pada saya tidak pakai sama sekali."
"Kamu gila."
"Maaf kalau saya terkesan tidak sopan sama Mas, tapi saya serius dan bersumpah tidak akan berbuat aneh-aneh, celana ganti saya berbahan jeans dengan model yang lumayan ketat jadi tidak mungkin saya memakainya tanpa....."
" Sudah stop, saya ambilkan kalau kamu memang benar-benar membutuhkan. Tunggu di sini jangan coba-coba maksa buat masuk," ucap Adam tajam.
Monika sedikit terkejut saat tiba-tiba Adam menutup pintu kamar, dan tak lama kemudian membukanya kembali dengan sebuah benda berwarna abu-abu gelap di tangannya. Adam lalu mengangsurkan benda itu pada Monika.
"Tidak usah berfikiran aneh-aneh, itu masih baru, belum pernah saya pakai dan tidak perlu kamu kembalikan, cukup buang setelah kamu tidak memerlukannya lagi," ucap Adam saat melihat Monika menatap benda itu sedikit lama.
Monika lalu tersenyum tulus.
"Terimakasih Mas."
Setelah sedikit membungkukan badan dan mengucap kata permisi Monika segera masuk kekamar tempat laki-laki itu memberinya tumpangan tidur untuk malam ini.
Monika segera masuk kekamar mandi lalu mengguyur tubuhnya dengan air hangat, beruntung apartmen ini kamar mandinya di lengkapi dengan air panas jadi dia tidak sampai menggigil mandi di jam yang tak lazim seperti ini.
Monika menghempaskan tubuh ke atas ranjang empuk yang ada di kamar itu. Tubuhnya hanya berbalut kaos oversize dan pakaian dalam hasil pinjamannya pada sang pemilik apartemen, dia tidak bisa tidur menggunakan celana jeans. Tetapi matanya tak kunjung terpejam, isi kepalanya melanglang buana mengingat dirinya bisa sampai terdampar di tempat ini. Di mana dia tidak mengenal orang yang namanya dia curi dengar dari seorang lelaki bernama Kenan yang membawanya dari tempat yang tak ingin lagi Monika injak seumur hidupnya. Seorang lelaki bernama Adam yang memberi tumpangan tempat tidur malam ini. Monika akan mengucapkan beribu terimakasih pada laki-laki itu. Dia laki-laki yang baik, Monika bisa menilai itu karena tak sedikitpun Adam melecehkannya secara seksual dengan pakaian yang ia gunakan. Walaupun tatapan matanya membuat getir hati Monika, yaitu tatapan jijik saat memandang tubuhnya. Monika berusaha tak memikirkan itu, dia tidak perduli pandangan orang lain padanya, dia juga merasa tak perlu menjelaskan siapa dirinya pada orang yang tak ia kenal sebelumnya. Yang Monika pikirkan saat ini adalah, akan bagaimana hidup dia kedepannya? Saat ini sudah dapat ia pastikan akan kehilangan pekerjaan juga tempat tinggalnya, bahkan seluruh barang-barangnya. Yang tersisa saat ini hanyalah ponsel, dompet yang berisi kartu identitas dan uang yang tak seberapa, beserta pakaian yang ia bawa. Monika tidak akan kembali ke tempat tinggalnya yang berupa kamar kost, dia sudah malas bila harus bertemu dengan orang yang sudah tega membuatnya berada di tempat penjajaan wanita malam yang terlihat mewah itu, peragaan busana ternyata hanyalah sebuah kamuflase untuk menjalankan bisnis ilegal itu.
Monika berusaha memejamkan mata, tetapi justru wajah kedua adik cantiknyalah yang terlihat tengah tersenyum padanya. Senyum penuh harapan yang terlihat di kedua bibir mereka saat Monika meninggalkannya beberapa bulan lalu. Lalu bagaimana dia bisa mewujudkan harapan-harapan itu saat pekerjaan saja dia sudah tak punya? Monika tak bisa menahan laju air matanya, dia menangis sampai kantuk menyerang dan kemudian tertidur di saat hari sudah menjelang pagi.
***
Adam yang terbangun tiba-tiba tadi sudah tak bisa lagi memejamkan mata. Akhirnya dia membuka laptop untuk mengerjakan beberapa pekerjaan yang masih tertunda sambil menunggu pagi tiba. Dia juga beberapa kali memegang ponsel untuk mencoba menghubungi Kenan yang telah menipunya, sayangnya ponsel Kenan tak kunjung aktif. Adam kira Kenan benar-benar membeli barang secara harfiah sehingga dia mau-mau saja menggantinya. Berada satu atap yang sama dengan seorang wanita, terlebih wanita yang tidak Adam kenal, membuatnya tidak nyaman sama sekali. Seumur dia tinggal di apartemen ini baru kali ini wanita selain ibunya masuk kedalam bahkan sampai menginap. Memang beberapa kali Kenan pernah hampir menitip wanita padanya tetapi berhasil dia hadang di depan pintu dan setelah Adam memberikan uang dengan jumlah yang yang tak sedikit mereka segera pergi dengan gembira, tidak tidur di depan pintu seperti wanita tadi dengan posisi dan pakaian yang sangat-sangat mengganggu penglihatan Adam.
Adam segera menutup laptopnya mengingat wanita dengan pakaian tak senonoh itu saat ini justru tengah berada di sebelah kamarnya. Adam keluar kamar dan berjalan menuju dapur untuk membuat kopi. Setelahnya dia kembali di kejutkan oleh seseorang yang berjalan menuju dapurnya.