Empat

1052 Words
Pagi harinya Monika terbangun karena tenggorokannya terasa sangat kering dan haus padahal dia baru tidur selama kurang lebih satu jam. Selain haus sebenarnya dia juga lapar karena tak sempat makan malam. Dia keluar kamar berharap lelaki itu sudah bangun dari tidurnya. Sayangnya nihil, ruangan di luar kamar masih gelap dan laki-laki itu belum keluar dari kamar tidurnya, itu yang Monika kira. Monika berjalan menuju dapur, dia hendak mengambil air minum dan akan mengatakannya nanti saat laki-laki itu telah bangun tidur dan keluar kamar. Tetapi begitu sampai dapur, Monika melihat sebuah punggung tegap tengah sibuk membuat sesuatu di dapur. Adam terkejut saat berbalik badan hendak membawa cangkir kopinya keluar dapur, menelisik pakaian yang di pakai wanita itu Adam sedikit risih. Tubuh wanita itu hanya berbalut kaos kebesaran tanpa celana panjang dan di dalamnya Adam yakin yang menempel di tubuh wanita itu hanyalan celana dalam miliknya Adam menatapnya tetapi bukan tatapan tergoda, justru dia sangat tidak ingin melihatnya. Karena tubuh mulus itu pasti sudah tidak spesial lagi karena banyak yang sudah menikmati. Bahkan di depan laki-laki yang tak di kenal saja tak malu berpakaian seperti itu. Walaupun Adam sedikit terkejut dengan perubahan wajah wanita itu setelah bersih dari riasan wajah. Selera Kenan sekali, yaitu wanita yang masih terbilang abg atau memang mempunyai wajah awet muda. Adam paham seperti apa Kenan, dan juga kebiasaannya pada wanita, jangan terkecoh dengan untaian huruf pada namanya yang terdengar kalem, nyatanya sifat dan kelakuannya tidak ada kalemnya sama sekali. Bahkan beberapa kali Adam pernah menyarankan Kenan untuk berganti nama saja yang lebih cocok dengan gaya hidupnya. Klub malam, wanita cantik, dan minuman beralkohol adalah teman hidup Kenan sejak kehilangan seseorang. ''Kamu mau ngapain?'' tanya Adam judes yang membuat Monika sedikit tersentak saat wanita itu sudah berada di jarak dekat dengan Adam. ''Saya mau minta air Minum Mas,'' jawab Monika dengan sedikit ragu. ''Ya udah ambil aja, ucap lelaki itu sambil berlalu dari dapur membawa cangkirnya. Monika mengambil air minum secukupnya lalu meneguknya hingga tandas. Saat hendak kembali ke kamar, laki-laki itu bertanya pada Monika. ''Kenan mau jemput kamu jam berapa?'' tanya Adam. ''Saya nggak tahu Mas,'' ucap Monika jujur. ''Kamu sudah hubungi dia?'' ''Belum.... dan saya juga tidak menyimpan nomor ponsel dia.'' ''Ck, ya sudah di tunggu saja. Tapi sebentar lagi saya berangkat bekerja, kalau Kenan datang, saya mohon dengan sangat kalian jangan sampai melakukannya di sini.'' ucap Adam seolah memberi peringatan. ''Kalau ada pilihan bahkan saya lebih memilih untuk tidak melakukannya,''ucap Monika tanpa sadar. ''Mas, apa boleh saya pinjam ponselnya untuk menghubungi dia,'' tanya Monika dengan ragu. ''Kamu nggak ada ponsel?'' tanya Adam, dia paling tidak suka barang pribadinya di sentuh orang lain, salah satunya ponsel. Adiknya saja tidak pernah dia perbolehkan memegang ponselnya. ''Punya Mas, tetapi daya baterainya sudah habis dari semalam,'' jawab Monika. Adam lalu mendial nomor ponsel Kenan, tapi beberapa kali Adam menghubunginya tetap tak ada jawaban. ''Sudah bisa tersambung tapi Kenan tidak menjawabnya,'' ucap Adam. ''Ya sudah mas, terimakasih.'' *** ''Kamu nggak sarapan?'' tanya Adam saat sudah siap dengan pakaian kantornya dan Monika sedang menyapu lantai. ''Nanti saja saya beli di luar.'' ''Kalau kamu beli makan di luar nggak akan bisa masuk kesini lagi. Dan saya tidak berniat memberi kamu nomor pin rumah saya, di kulkas ada banyak bahan kalau kamu bisa masak. Dan nggak usah ngerjain apapun di rumah ini, kamu di bayar bukan untuk bersih-bersih kan. '' ''Memang bukan tapi saya bingung harus ngapain. Maaf ya Mas, saya jadi merepotkan dan mungkin membuat Mas jadi kurang nyaman dirumah sendiri.'' Adam tertegun mendengar wanita itu meminta maaf padanya, terdengar tulus dan ada nada tidak enak pada suara itu. Benarkah wanita ini wanita penghibur yang Kenan bayar? Belum pernah dirinya menemui teman kencan wanita Kenan yang bertingkah seperti ini. Dari penampilan pun tidak mencolok sama sekali, wanita ini juga tak menggodanya, biasanya wanita penghibur yang Kenan bawa tak akan segan menggoda lelaki lain walaupun itu teman kencannya sendiri bila di lihat lebih potensial, dan tentu saja tak mau berkotor-kotor membersihkan rumah seperti wanita di depannya ini. Tetapi bila wanita muda di depannya bukan orang seperti itu, lantas kenapa sampai bisa bersama Kenan. Dia akan nenanyakannya nanti. Adam jadi tak enak sendiri sudah bersikap kurang baik pada wanita itu. "Ya sudah, kalau begitu saya pergi. Di dekat televisi ada kabel pengisi daya ponsel kalau kamu membutuhkannya," ucap Adam. "Iya Mas, terimakasih." *** Di kantor Adam harus bekerja sendirian di ruangan yang seharusnya dia tempati bersama Kenan. Anak itu benar-benar keterlaluan, setelah tak kunjung menjawab panggilannya, dia juga tak berangkat ke kantor tanpa izin yang jelas. Karyawan macam apa itu? Tok tok tok.... Seseorang mengetuk pintu ruangan Adam dari luar. "Ada apa Nay?" tanya Adam pada Naya yang bisa di bilang sekertaris Kenan, memang permintaan sahabatnya itu sedikit aneh, dia meminta menjadi sekertaris dirinya, tetapi Kenan juga membutuhkan sekertaris tambahan. Adam hanya bisa menurut karena dia juga tak lupa siapa Kenan di sini yang penting urusan pekerjaan beres. "Pak Kenan menghubungi saya, katanya beliau izin dua hari Pak," jawab Naya. "Dia telpon kamu, kapan?" tanya Adam heran, pasalnya beberapa menit yang lalu dia juga menghubungi sahabatnya itu tapi tak juga di respon. "Barusan." "Sini ponsel kamu mana, saya pinjam." Pinta Adam. "Buat apa Pak?" tanya Naya bingung. "Hubungi Kenan, saya mau bicara," jawab Adam. "Ponsel Bapak?" tanya Naya. "Dia nggak mau angkat panggilan saya." "Kalian berantem?" tanya Naya tak lagi formal. Adam menggeleng. "Terus kenapa, dia nggak mau angkat telpon kamu Dam?" "Dia nipu gue Mbak," jawab Adam. "Nipu apa, duit?" Adam mengangguk. "Banyak?" tanya Naya sedikit merasa aneh, pasalnya Kenan tidak mungkin kekurangan uang. "Seratus." "M"? tanya Naya penasaran. "Juta Nay," jawab Adam. "Segitu doang kamu bilang dia nipu Dam?" "Bukan masalah nominalnya Nay, tapi barang yang dia taruh di tempat gue dengan harga seratus juta itu," ucap Adam dengan nada kesal pada Kakak sepupunya. "Emang barang apaan sih?" tanya Naya penasaran. "Cewek." Jawab Adam. "Cewek malam?" tanya Naya, dan Adam mengangguk. "Itu namanya orang bukan barang Dam." "Kenan bilang barang," jawab Adam. "Terus sekarang cewek itu ada di mana?" tanya Naya penasaran. "Di apartemen gue, nginep." "Hah... kok bisa?" "Bisa apa?" tanya Adam bingung. "Kok bisa sampai lewatin pintu suci kamu dan bisa masuk kesana Dam?" "Ck, apaan si?" Tapi tunggu! Kenapa semalam Adam sampai lupa sama kebiasaannya memberi uang untuk cewek-cewek Kenan dan hanya mengusirnya begitu saja? Pantas wanita itu tidak mau pergi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD