Enam

1418 Words
Monika tidak sempat bertanya ataupun menolak saat Adam menyeretnya kekamar lelaki itu. ''Maaf Monika, tapi saya rasa kamu lebih aman tidur di sini sama saya, daripada sama Kenan. Saya nggak akan melakukan hal yang tidak-tidak sama kamu,'' ucap Adam memberikan penjelasan, takut Monika salah pahan dan mengira dia menginginkan tubuh wanita itu seperti Kenan. ''Tapi Mas.....?'' ''Kenapa, apa malah sebenarnya kamu menginginkannya? Saya bisa bayar kamu lebih mahal dari dia kalau saya mau,'' ucap Adam kesal melihat Monika terlihat keberatan saat dia pisahkan dari Kenan. ''Bu...bukan begitu, urusan saya sama dia belum selesai Mas. Ada yang ingin saya bicarakan.'' ''Bicarakan sama saya aja, Kenan nggak akan bisa bawa kamu kemana-mana,'' jawab Adam. ''Kenapa Mas?'' tanya Monika bingung. ''Nggak kenapa-kenapa,'' jawab Adam. ''Tapi saya masih ada hutang sama dia Mas, kalau saya nggak ngelakuin apa yang seharusnya saya lakukan,'' jelas Monika. ''Ck, kamu benar-benar pengin banget nglakuin itu sama Kenan?'' geram Adam. ''Saya udah gantiin uang yang dia pakai buat bayar kamu, kalau kamu pengin banget begituan, lakukan sama saya. Ayo!'' Adam geli sendiri dengan ajakannya, tapi dia juga ingin memastikan sebenarnya perempuan seperti apa Monika ini. Monika bingung sekaligus terkejut, dengan ucapan dan ajakan lelaki yang tengah berdiri di hadapannya ini. Monika menjadi merasa rendah diri sekali saat ini, dirinya seperti barang yang mudah di berikan kepada siapa saja. Adam memperhatikan raut wajah dari Monika yang terlihat lesu dan putus asa. ''Ayo, atau kamu mau balikin uangnya aja?'' tanya Adam memberikan penawaran. ''Tapi saya nggak punya uang sebanyak itu Mas.'' ''Ya udah lakuin aja, apa yang kamu bilang tadi seharusnya kamu lakukan biar nggak ada hutang lagi,'' perintah Adam. Tangan Monika berkeringat dingin, dia maju mendekati Adam yang tengah duduk di ranjang. ''A...aku harus mulai dari mana Mas?" tanya Monika dengan wajah menunduk. ''Terserah kamu,'' jawab Adam. Lalu Adam mendekat, dan mengangkat dagu wanita itu. Di lihatnya mata wanita itu yang sudah berkaca-kaca oleh air mata. Adam membuat gerakan seolah mau mencium wanita itu, yang membuat tubuh Monika seketika kaku. Monika mencengkeram lengan Adam, tetapi Adam kemudian melepasnya. ''Kerjaan yang halal dan lebih baik banyak, kenapa kamu harus pilih cara seperti ini?'' tanya Adam dengan suara sedikit serak. ''Itu bukan pekerjaan saya. Kalau saya bilang melakukan ini dengan terpaksa karena di jebak, apa Mas percaya?'' tanya Monika menahan sesak di d**a. ''Percaya, kamu terlihat tidak menguasai jobdesk kamu itu,'' jawab Adam. ''Tapi saya nggak ada pilihan lain buat mengganti uang seratus juta itu," ucap Monika. ''Banyak kok cara lain kalau kamu mau, nggak perlu melakukan hal rendah seperti itu untuk mendapatkan uang, asal kamu sabar dan mau bekerja keras.'' ''Saya bukan orang yang suka nganggur Mas,'' ucap Monika sedikit kesal, demi apapun dia bukan pemalas. ''Sebelumnya kamu sudah mempunyai pekerjaan?" tanya Adam serius. ''Iya, sebagai pelayan di sebuah kafe, karena hanya pekerjaan itu yang bisa saya dapatkan dengan hanya menggunakan ijazah SMA saya.'' jawab Monika. ''Usia kamu berapa?'' tanya Adam kemudian. ''Delapan belas tahun Mas.'' jawab Monika jujur. ''Saya punya dua pilihan buat kamu lunasin uang yang sudah saya keluarkan, lanjutkan yang tadi atau saya kasih kamu pekerjaan di kantor?'' tanya Adam memberikan pilihan. ''Kalau boleh saya pilih opsi yang kedua, saya janji akan bayar ganti rugi uang itu sampai lunas walaupun mungkin butuh waktu lama. Potong gaji juga nggak apa-apa Mas,'' ucap Monika dengan wajah secerah matahari. Diam-diam Adam tersenyum melihat perubahan wajah Monika yang begitu drastis. Cantik, Adam terpaku pada senyum di wajah itu, entah mengapa dia merasa senang ternyata wanita di depannya tidaklah semurah itu. ''Ya sudah, kita lanjutkan pembicaraan ini besok. Ini udah malam kamu tidur duluan, saya masih ada sedikit pekerjaan yang harus di selesaikan,'' ucap Adam. "Saya harus tidur di mana Mas?" "Di ranjang saja, biar saya yang tidur di sofa," jawab Adam. "Tapi Mas?" "Kenapa?'' tanya Adam sambil membuka lemari mengambil selimut baru. "Apa badan Mas nggak sakit kalau tidur di sana?" tanya Monika, melihat postur tubuh Adam sepertinya sulit untuk tidur nyaman di atas sofa. ''Nggak apa-apa, daripada saya harus tidur satu ranjang sama Kenan,'' jawab Adam. "Maaf ya Mas, saya jadi ngerepotin banget. Maaf juga kalau nanti nggak sengaja bantal Mas kena iler saya.'' ''Hmmm.'' Adam berjalan menuju sofa setelah membawa satu bantal dan satu selimut di tangannya. Dan tak lupa mengambil laptop yang tergeletak di ranjangnya. Setelah beberapa menit Adam mulai sibuk dengan laptopnya. Tiba-tiba pintu kamar di ketuk dari luar. Tok tok tok..... Monika yang sudah mulai memejamkan mata terbangun mendengar pintu yang di ketuk tapi tak kunjung Adam buka. "Mas?" tanya Monika. "Kamu belum tidur?" tanya Adam tanpa mengalihkan fokusnya pada laptop. "Itu pintunya?'' "Biarin, nanti juga berhenti sendiri kalau udah capek," jawab Adam tak peduli. Sayup-sayup dia mendengar seseorang memanggil namanya juga Adam bergantian, saat Monika menutup telinganya dengan tangan, karena berisik, dan Adam sepertinya kekeuh untuk tidak membuka pintu itu, bahkan lelaki itu terlihat mulai berbaring di sofa dan tidur. Dan Monikapun akhirnya tertidur saat kantuk mulai menyerangnya, di temani dengan dengkuran halus dari Adam. *** Pagi harinya Monika terbangun lebih dulu, dia kekamar mandi untuk mencuci muka dan kemudian menuju ke dapur untuk membuat sarapan karena biasanya Adam pergi kekantor pagi sekali, akhirnya Monika membuat sarapan yang sederhana saja. Kopi hitam dan roti panggang. Takut waktunya tidak cukup kalau untuk memasak sesuatu yang ribet. Tidak lama kemudian Kenan keluar dari kamar dengan wajah masih kusut dan rambut berantakan. Dan langsung saja menyeruput kopi yang masih panas. "Adam apain lo Mon?" tanya Kenan penasaran, ini adalah pertamakali sahabatnya itu tidur satu kamar bersama seorang wanita yang bukan keluarganya. Monika diam tidak tahu mau menjawab apa. "Coba lo jalan sampai depan pintu kamar Mon,'' perintah Kenan pada Monika. Tepat saat Monika hampir sampai di depan pintu kamar, Adam keluar dengan setelan baju kantor yang sudah rapi dengan aroma segar yang menguar dari tubuh lelaki itu, berbanding terbalik dengan penampilan Kenan. "Kenapa?'' tanya Adam heran saat melihat Monika berada di depan pintu kamarnya. "Ng..nggak apa-apa Mas, itu saya sudah bikin sarapan," jawab Monika tergagap. ''Ya sudah terimakasih, ayo kamu juga belum sarapan kan?'' Monika mengangguk mengikuti langkah lebar Adam menuju meja makan. ''Kok lo bisa si Dam?" tanya Kenan tiba-tiba saat Adam dan Monika sudah duduk di kursi masing-masing. "Bisa apa?" tanya Adam sambil meminum air putih yang sudah Monika siapkan sebelum menyantap sarapan pagi juga kopinya. "Nggak ngapain-ngapain, padahal ada cewek cantik di kamar lo," jawab Kenan. "Nggak semua laki-laki tidak bisa mengendalikan nafsunya kayak lo Ken," jawab Adam. "Ah b*****t lo, nggak asyik. Padahal gue semaleman nggak bisa tidur, takut lo berbuat yang iya-iya dan nyesel. Gue sampe capek ketuk-ketuk pintu kamar lo, kirain nggak bisa buka pintu karena lagi nanggung." "Bukan karena lagi nanggung, tapi lagi males aja." "Asw lo Dam," umpat Kenan. "Udah cepetan mandi sana, gue tunggu udah siang. Hari ini kita ada meeting pagi." "Siap Boss, tapi gue bawa mobil, lo berangkat duluan aja." "Gue tunggu," kekeuh Adam. Monika membereskan alat makan begitu mereka selesai sarapan. "Monika, kalau kamu mau hari senin sudah bisa mulai kerja di kantor. Tapi maaf, saya cuma bisa kasih pekerjaan kamu buat bantu-bantu kita aja di kantor, mungkin akan sedikit melelahkan dan gajinya juga tidak terlalu besar, sesuai kebijakan kantor,'' ucap Adam saat sudah tidak ada Kenan di ruang makan. "Nggak apa-apa Mas, terimakasih. Saya lebih senang kerja yang bikin capek daripada yang kebanyakan mikir," jawab Monika jujur. ''Ya sudah kamu nanti isi biodata seperlunya aja, nggak usah buat surat lamaran. Saya yang akan bicara langsung nanti ke pihak HRD." "Iya Mas, ehm... tapi apa saya boleh keluar apartemen sebentar saya mau membeli baju dan keperluan lainnya?" tanya Monika ragu. "Ya sudah nanti saya beritahu padsword unit ini. Monika, sebelumnya maaf, saya tidak bisa membiarkan kamu menginap terlalu lama di sini, apa rumahmu terlalu jauh?" tanya Adam. "I..iya Mas, saya anak rantau," jawab Monika. "Ok, sebelumnya kamu tinggal di mana?" lanjut Adam. "Saya ngekost Mas, tapi untuk saat ini saya tidak mau kembali kesana. Saya malas bertemu orang yang sudah menipu saya. Saya janji akan mencari kost baru secepatnya Mas, dan kalau Mas keberatan nunggu, saya bisa pergi dari sini sekarang juga kok Mas," ucap Monika benar-benar merasa tidak enak. "Nggak perlu kamu tinggal di sini saja dulu, orang tua saya kebetulan sedang berada di luar kota, jadi tidak akan berkunjung kesini beberapa hari, nanti saya coba bantu cari tempat kost yang dekat sama kantor." "Terimakasih banyak Mas. Saya banyak berhutang sama Mas Adam." Monika merasa sangat beruntung bertemu dengan seorang Adam, laki-laki itu bagaikan malaikat yang mengulurkan tangan dan menariknya dari jurang yang gelap. Semoga suatu hari nanti dia bisa membalas kebaikan Adam padanya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD