Duabelas

1078 Words
"Apa saya perlu menghubungi keluarga kamu untuk memberitahu kamu berada di sini?" tanya Adam menyadarkan Monika dari rasa terkejut dan malu dengan apa yang Adam berikan padanya di tas kertas belanja itu. "Tidak perlu Pak, saya tidak apa-apa di sini sendiri, kalau ada apa-apa saya bisa pencet tombol buat panggil suster atau perawat kok Pak, dan Bapak juga seharusnya tidak perlu repot-repot mengurusi kebutuhan saya seperti ini," jawab Monika. "Saya tidak akan memberi pinjaman pakaian dalam lagi sama kamu jadi saya belikan, karena tidak mungkin saya mengobrak-abrik isi lemari di kamar kost kamu. Dan kalau kamu merasa tidak enak karena sudah merepotkan saya seharusnya kamu hubungi keluarga kamu buat jaga kamu di sini," ucap Adam sambil mengeluarkan laptop dan memangkunya di sofa rumah sakit. "Maaf," hanya itu jawaban yang Monika berikan. Adam diam tak lagi bicara, dia fokus dengan pekerjaan di dalam laptopnya. Dia juga tidak mau banyak bertanya perihal keluarga Monika, itu bukan ranahnya. Dan Adam merasa Monika selalu tak nyaman bila ada yang bertanya perihal keluarganya. "Pak." "Hmm." "Hutang saya nambah berapa, buat bayar rumah sakit ini?" tanya Monika. "Di tanggung kantor," jawab Adam berbohong. "Apa besok saya sudah bisa pulang?" tanya Monika lagi. "Tergantung kondisi badan kamu, kalau sudah sembuh ya pasti bisa pulang," jawab Adam. Monika mendesah lega, dia akan berusaha terlihat sehat dan bugar besok pagi agar bisa cepat pulang. Dia sudah meninggalkan pekerjaan barunya tanpa kabar selama dua malam, semoga saja dia tidak di pecat . "Ini sudah malam Pak lebih baik Bapak pulang," ucap Monika setelah melihat jam di dinding rumah sakit sudah menunjukan pukul sepuluh malam. "Kamu ngusir saya?" tanya Adam tak terima. "Bu...bukan seperti itu Pak, tapi ini sudah malam sudah seharusnya Bapak pulang istirahat," jawab Monika. "Saya bisa beristirahat di sini," ucap Adam. "Kita tidak sedekat itu sampai Bapak harus merelakan waktu istirahat Bapak buat menjaga saya di sini." "Kamu karyawan saya, jadi menjadi tanggung jawab saya. Kamu juga tidak keberatan waktu menjaga saya di sini, bahkan mungkin sakitnya kamu karena tertular saya," jawab Adam. "Tapi waktu itu saya di bayar, kan saya jadi nggak enak Pak." "Nggak usah terlalu di pikirin, dan kalau kamu masih banyak ngmong saya pecat," ancam Adam tak nyambung. "Apa kalau misalnya Sita atau yang lain Bapak juga akan melakukan ini?" tanya Monika tiba-tiba. Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibirnya saat membayangkan betapa repotnya Adam bila harus menjaga karyawan-karyawannya bila tengah dalam keadaan sakit. Sedikit tidak masuk akal. Pertanyaan Monika menyadarkan Adam akan posisinya, dia mempunyai banyak alasan yang tidak bisa dia ungkapkan mengapa mau dan merasa harus ada di sini untuk menjaga Monika, dia tentu saja dia tidak akan mau melakukan ini pada karyawan lain. Tetapi tentu saja itu membuat Monika bingung, hingga dengan berat hati Adam memutuskan untuk mengemasi barangnya dan berpamitan pulang. "Ck kamu benar-benar minta di pecat karena banyak tanya. Ya sudah, saya pulang jaga diri baik-baik." Sebelum benar-benar pulang Adam menemui seseorang untuk meminta seorang perawat atau suster untuk menjaga Monika di kamar inap wanita itu. *** Setelah berada di rumah sakit hampir dua hari akhirnya Monika sudah bisa pulang pada siang harinya. Sekali lagi Adam sudah berada di sana untuk mengurus segala administrasi rumah sakit. "Saya siang ini ada meeting di luar kantor, apa kamu keberatan kalau saya antar kamu beristirahat di apatremen saya dulu biar searah sama tempat saya meeting nanti?" tanya Adam setelah Monika selesai berganti pakaian. Sebenarnya Monika ingin menolak tapi dia merasa tidak enak, rasanya tidak tahu diri sekali. Mereka akhirnya keluar dari rumah sakit dan segera masuk ke mobil menuju apartemen Adam. *** Monika kembali menginjakan kaki di tempat ini setelah dua tahun. Masih sama tidak banyak perubahan, walau ada beberapa barang baru terapi memiliki warna yang hampir serupa. "Kamu istirahat di kamar saya saja, kamar sebelah belum saya bereskan bekas Kenan menginap," perintah Adam. "Tapi Pak...." "Kenapa?" tanya Adam. "Rasanya kurang sopan kalau saya sampai masuk kamar pribadi Bapak," jawab Monika. "Ya sudah kamu siap-siap aja buat di pecat kalau masih banyak omong." "Ih Bapak kenapa si ancamannya serem banget dan terdengar tidak nyambung sama sekali." Ucap Monika membuat Adam sedikit tersenyum. "Ya sudah kalau kamu nggak nyaman saya bereskan dulu kamar sebelah," ucap Adam. Adam tidak berbohong beberapa hari lalu sebelum Kenan berangkat ke Kalimantan memang laki-laki itu menginap di apartemennya setelah puas mencari hiburan di klub malam. Karena takut rindu suasana itu nanti katanya , padahal dia berada di sana hanya kurang dari dua minggu saja. Dan entah mengapa Adam merasa tidak rela kalau Monika tidur di bekas tempat yang telah Kenan tempati. Dan apa jadinya kalau suatu hari nanti Adam tahu bahwa Kenan sudah pernah menyentuh sedikit bagian tubuh Monika dengan bibirnya. "Nggak usah Pak, nanti Bapak telat," ucap Monika akhirnya. "Ya sudah, saya pergi, kamu tidak perlu mengerjakan apapun, nanti saya pesankan makanan karena ponsel kamu tidak sempat saya ambil di tempat kost," ujar Adam yang di angguki oleh Monika. "Bapak nanti bisa pulang cepat kan?" tanya Monika tiba-tiba yang membuat jantung Adam berdetak lebih cepat tanpa alasan, dan tanpa sadar menghadirkan senyuman di bibir laki-itu. "Saya usahakan." "Terimakasih," ucap Monika diiringi senyuman pula. Hanya saja senyuman yang terukir di bibir mereka mempunyai alasan yang berbeda, bila Adam tersenyum karena hatinya yang menghangat mendengar pertanyaan Monika yang terdengar mengharapkan kepulangannya segera dari pekerjaan, Monika tersenyum karena malam ini dia hendak pergi ketempat pekerjaan barunya untuk mencari tahu dia masih bisa bekerja di sana atau tidak karena sudah dua malam absen tanpa kejelasan. Monika masih sangat berharap pada pekerjaan itu, di mana dia langsung mendapat bayaran setelah selesai bekerja. Uang itu sangat-sangat membantu kebutuhan sehari-harinya hingga nanti gaji dari kantor masih bisa utuh dan bisa di pakai untuk kebutuhan dua orang kesayangannya. *** Adam segera pulang saat pertemuan dengan klien bisnisnya. Kata-kata Monika yang mengharapkan dirinya kembali lebih cepat terus terngiang-ngiang di otaknya. Mungkin ini terdengar berlebihan bila mengingat usia Adam yang sudah bukan abg lagi. Tetapi dirinya tak mampu membendung detak jantung serta debar hangat di hatinya untuk wanita itu. Padahal makanan yang Adam kirimkan pun mungkin saat ini masih hangat bila belum perempuan itu makan. Tetapi Adam sudah akan pulang dan kembali membawakan makanan sebagai alasan bila nanti Monika tak menyukai makanan yang telah dia kirimkan. Jatuh cinta memang membuat seseorang menjadi melakukan hal-hal yang tak biasanya. *** Saat telah sampai di apartemen Adam justru lupa bahwa Monika tengah berada di dalam kamarnya dan membuat Monika yang baru saja mandi dan masih memakai handuk terkejut dan berteriak saat tiba-tiba pintu kamar itu terbuka dari luar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD