Chapter 28 - Dia Adalah Sahabatku
Sahabat itu merupakan teman saat kita sedang galau. Bisa memahami dan mengerti perasaan kita. Sahabat itu adalah tempat berbagi. Dimana tak ada satu hal pun yang di sebunyikan oleh sang sahabat. Sahabat itu, terus berdiri di samping kita. Meskipun semua orang menjauhi kita. Sahabat itu, akan merangkul kita. Ketika kita mulai terjatuh. Sahabat itu, mampu membela kita. Disaat semua orang malah memfitah kita. Sahabat itu melindungi kita saat kita dalam bahaya. Sahabat itu akan selalu mengingatkan kita ke dalam jalan yang benar, saat kita mulai salah arah. Sahabat itu, tidak pernah lelah memberikan semangat, meskipun dirinya juga sedang membutuhkan semangat. Sahabat itu adalah segalanya. Karena dia adalah sahabatku.
Fabio tau ini hal yang aneh. Karena ia bisa bertemu lagi dengan Leon sahabat lamanya. Padahal tadinya setelah waktu itu di Amerika video callan, Fabio bermaksud untuk mencari Leon. Dan ternyata tidak usah di cari. Karena Leon sudah ada di depan matanya. Bahkan satu almumater bersama Fabio.
"Maafin aku yah. Gara-gara aku. Kamu jadi di keluarkan dari sekolah," sesal Fabio pada Leon. Sekarang mereka sedang berada di sebuah cafe. Fabio meminta Leon untuk menemuinya di cafe Aulia. Karena ada hal yang Fabio ingin bicarakan. Sudah lama juga ia tidak berbincang dengan Leon sahabatnya.
"Loh kok malah elo yang minta maaf. Gue yang salah Fab, gue yang makin dorong-dorongan. Sampe elo jatoh kaya gitu. Tapi elo sekarang engga apa kan? Gue takut lo geger otak waktu itu. Gue pengen nengok lo. Eh malah di larang nyokap lo," cerocos Leon bercerita tentang kejadian waktu itu. Padahal semua ini sering sekali mereka bahas. Tapi tetap saja saling minta maaf. Dan saling menyalahkan diri sendiri. Karena sebetulnya engga ada yang salah. Semua itu murni kecelakaan. Yang tidak bisa Fabio hindari.
"Maaf yah Leon. Mama emang super over protective sama aku. Dia engga mau sampai aku kenapa-napa. Makanya dia bertindak seperti itu. Aku sebenernya dari dulu ingin cari kamu. Tapi mamah lagi-lagi kasih aku segudang kesibukan di dunia entertainment. Sampai aku engga bisa nyari kamu," cerita Fabio panjang lebar.
"Gue engga perlu di cari kok. Gue kan ada di sini. Hahaha," Leon mulai bercanda. Ia ingin mencairkan suasana yang sikit cangung ini. Menjadi sedikit rilex.
"Hahaa iya, iya. Takdir emang kadang lucu yah. Engga usah di cari, tapi malah dateng duluan," Fabio ikut tertawa bersama Leon. Akhirnya suasana canggung mereka berakhir juga.
"Selamat yah, Fab. Elo udah jadi aktor terkenal kaya gini. Gue salut sama lo. Gue jadi bangga punya sahabat aktor kaya lo. Karena elo multitalenta banget. Serba bisa deh pokoknya elo," puji Leon terus-terusan. Karena belum tentu Leon bisa seperti Fabio. Yang di sibukan dengan segudang shooting. Sampai kadang lupa untuk istirahat. Meskipun barang sejenak saja. Karena kesibukannya yang tidak mengenal waktu. Kelihatanya enak jadi artis, bisa cepet kaya raya. Tapi semua hal itu tidak seindah yang terlihat.
Setelah kita sukses jadi artis atau aktor. Kita juga harus siap dengan bullyan dari netizen tentang kita. Karena mulut netizen itu lebih tajam dari pada pisau. Padahal mulut tidak di asah. Tapi bisa lebih tajam yah. Hehe.
"Jangan terlalu memuji aku. Aku belum sehebat yang kamu pikir kok. Jam terbang aku masih kalah sama artis senior lainnya," Fabio merendah. Padahal kualitas acting Fabio sudah mahir seperti aktor seniornya. Bisa di bilang, boleh di adu deh.
"Oh iya. Elo udah kenal berapa lama sama Merlin. Gue tau kok. Film pertama Merlin sama lo itu judulnya Lexi kan? Tentang super hiro itu," selidik Leon. Ia mulai kepo tentang kedekatannya dengan Merlin. Bisa saja kan mereka sampai cinlok. Jadi Leon berusaha mengorek informasi sebanyak-banyaknya.
"Iya, Leon. Pertama aku main film bareng Merlin itu di film Lexi. Tapi sebelumnya aku memang kenal Merlin di sekolah ini. Kebetulan kan aku murid baru di sini. Aku tau Merlin selalu ikut jadi figuran. Makannya aku nyaranin Merlin ke sutradara Yeni. Dan mbak Yeni mau langsung liat Merlin beracting. Eh mbak Yeni langsung setuju, kalau Merlin jadi Debora di film Lexi," terang Fabio tentang pertemuannya dengan Merlin.
"Oh gitu. Wah sekarang dua sahabat gue. Artis dan aktor terkenal nih. Kalian jangan minder yah temenan sama gue," ujar Leon.
"Kenapa harus minder? Leon semua orang di mata Allah sama kok. Allah tidaj membeda-bedakan kasta kita. Yang terpenting bagi Allah adalah amal dan ibadah kita. Sudah kan kita memperbaikinya hari ini?" ucap Fabio bagaikan ustad yang sedang berceramah.
"Siap pak ustad. Ya abis kalian berdua itu kan aktor dan artis. Kalian berdua punya bakat yang luar biasa. Eh kalo engga salah sekarang kalian satu project lagi kan? Lo sama Merlin maen bareng lagi dalam satu film. Apa yah gue lupa nama filmnya?" Leon mencoba mengingat-ingat judul film yang sedang shooting baru-baru ini. "Seleb Dadakan, kalo engga salah. Bener ga?"
Belum juga Fabio menjawab. Leon sendiri yang sudah menjawabnya. Dasar aneh. Bertanya sendiri, jawab juga sendirian.
"Iya, judulnya Seleb Dadakan. Sebetulnya film itu di angkat dari kisah nyatanya Merlin. Jadi film Seleb Dadakan ini, menceritakan Merlin dari awal ingin menjadi artis, berjuang demi meraih impianya meskipun harus melewati rintangan setiap harinya. Dari mulai chastting di tolak sampai cuma dapet peran sebagai pemain figuran saja," jelas Fabio soal film Seleb Dadakan. Yang baru-baru ini Fabio dan Merlin garap.
"Wah berarti gue bisa menyaksikan perjuangan Merlin dari awal sampe sekarang ini. Buat jadi artis. Dari film Seleb Dadakan ini. Ini berarti kisah nyatanya Merlin. Apa dia setuju kisahnya di angkat jadi film?" tanya Leon penasaran.
"Tentu dong Merlin setuju. Malah dia senang karena kisahnya di angkat jadi film. Malah sutradara Yeni percayakan semuanya sama Merlin. Katanya kalau ada yang engga sesuai dengan Merlin. Merlin bisa protes dan menolaknya," terang Fabio tentang persetujuannya di garapnya film ini.
"Waaah film Seleb Dadakan ini pasti akan menginspirasi bagi para artis pendatang baru. Mereka akan termotivasi melalui film ini. Keren! Sukses deh buat film Seleb Dadakan ini!" seru Leon berapi-api. Ia senang karena dua sahabatnya bisa ada dalam satu film.
"Kamu sama Merlin cuma sahabatan aja kan?" selidik Fabio. Ia harus tau, ada hubungan apa antara Leon dan Merlin. Fabio ini kan pacar Merlin jadi ia berhak tau. Meskipun memang Fabio dan Merlin masih pacaran sembunyi-sembunyian.
"Iya, dia adalah sahabat gue kok. Kalo lo sama Merlin ada hubungan apa? Apa bener lo pacaran sama Merlin? Apa cuma dalam film aja?" sekarang giliran Leon yang mulai kepo.
"Dia adalah sahabatku. Sama kaya kamu. Menganggap Merlin hanya sebagai sahabat saja," cetus Fabio. Sakit sebetulnya Fabio mengatakan hal ini. Sudah jelas-jelas kalau Merlin ini pacarnya. Fabio malah bilang Merlin itu sahabatnya Fabio ke Leon. Duh, sampai kapan mereka harus sembunyikan status mereka di dalam publik? Rasanya Fabio ingin sekali mengumumkan, kalau Merlin adalah kekasihnya. Tapi Fabio masih takut Merlin di bully. Apalagi setelah kejadian malam itu. Tentang fansnya Fabio yang mencoba menyiram Merlin, dengan air keras. Itu baru tau, kalau Merlin dan Fabio dekat. Bagaimana kalau netizen sampai tau. Kalau Merlin dan Fabio beneran pacaran. Akan ada hal nekat yang lainnya. Untung saja Fabio sudah menyewa satu body guard untuk mengawasi Merin. Tanpa sepengetahuan Merlin. Ini semua Fabio lakukan untuk berjaga-jaga. Agar Merlin tetap aman, jika berada jauh dari Fabio.
Syukurlah Leon sedikit lega, karena tau Merlin hanya bersahabat dengan Fabio. Tidak berpacaran seperti gosip yang mulai tersebar di infotaiment. Fabio juga lega, ternyata Leon tidak menyimpan rasa pada kekasihnya. Mereka berdua adalah sabahatnya Fabio. Jadi Fabio tidak khawatir, kalau Merlin sampai di rebut orang lain. Apalagi sahabatnya sendiri.
"Selama ini kamu memang berada di Jepang atau memang lama di Indonesia?" tanya Fabio memulai topik pembicaraannya yang baru.
"Gue emang sempet pindah ke Jepang. Niatnya mau ikut bokap nyokap. Eh sekarang malah bokap nyokap balik lagi ke Indonesia. Jadi ya sekarang gue di sini," jelas Leon.
"Kak Dewanti apa kabar Leon?" tanya Fabio lagi.
"Kak Dewanti baik kok, Fab. Malah rencananya sekitar bulan depan dia, mau nikah. Kemarin baru aja tunangan sama pacarnya. Gue seneng akhirnya dia mau nikah juga. Hehhe," jawab Leon. "Kabar Niyya gimana? Dia masih LDRan sama pacarnya?" tanya Leon lagi.
"Iya tuh dia masih betah aja LDRan. Lagian pacarnya juga engga ada niatan serius. Padahal pacaran udah lama banget. Harusnya ya tinggal di lamar aja. Toh juga nanti kalau udah nikah rezekinya bakalan ngalir kok," komentar Fabio tentang pacarnya Niyya. Fabio geregetan karena sampai detik ini pacarnya Niyya belum juga melamarnya. Pacarnya Niyya terlalu santai dalam menjalin suatu hubungan. Engga mau di buru-buru sama nikah. Sementara Niyya di sini. Di Indonesian, ia ingin segera menikah. Karena memang seorang cewek itu butuh kepastian. Kepastian dalam status hubungan mereka. Memang status mereka sudah pacaran. Tapi kan ingin segera serius, mengubahnya dari pacaran jadi suami istri.
"Harusnya sih gitu. Kata nyokap. Kalo udah saling sayang. Apa lagi udah lama pacarannya. Ya tinggal lamar aja cewek itu. Karena yah buat apa nunggu lama lagi? Toh sudah jelas, karena cewek butuh kepastian. Kasian banget Niyya malah di gantungin kaya gitu," oceh Leon. Dulu saat Leon masih bersahabat dengan Fabio. Masih satu sekolahan. Ia pernah sekali bertemu dengan pacarnya Niyya. Gaya pacarannya masih seperti anak remaja yang baru mengenal pacaran. Padahal usia mereka sudah cukup matang. Untuk menjalin ke jenjang yang lebih serius.
Hanya saja si cowoknya belum menginginkan hal itu. Katanya masih perlu menjajaki diri dulu. Untuk apa? Bukankan selama mereka pacar sudah saling menjajaki diri. Mengenal satu sama lain. Memahami karakter dia antara mereka berdua. Terus apa lagi yang perlu di jajaki? Saat di tanya Niyya kapan mau nikah. Cowoknya selalu ngelak dan mengalihkan ke topik lain. Kan kasian Niyya di gantungkan tanpa kepastian terus sampai sekarang. Pake di tinggal kerja ke Australia lagi. Kan kalo mereka sudah suami istri. Niyya bisa ikut dan bisa sambil mengurusi keperluan suaminya selama di Australia. Tapi ya sudah, mungkin memang perlu memantapkan hati. Untuk memutuskan ke jenjang yang lebih serius. Karena memang tanggung jawabnya sangat besar.
"Ya udah. Semoga aja ada kabar baik dari pacarnya Niyya. Segara di halalkan. Hehehe. Eh iya entar kalo kak Dewanti nikah undang-undang aku yah. Awas kalau sampai lupa!" ujar Fabio.
"Tenang aja. Gue pasti ngundang lo kok. Awas aja elo yang engga dateng gara-gara sibuk shooting entar alesannya," sindir Leon.
"Engga dong. Gue pasti bakalan sempetin datang ke acara nikahan kak Dewanti. Asal udangannya engga dadakan aja.. Hehehe," Fabio terkekeh.
Sudah lama sekali mereka tidak saling ngobrol sambil bercanda seperti ini. Mungkin kurang lebih sudah dua tahun lamanya, mereka tidak bertemu. Semenjak insiden Fabio jatuh dari tangga. Akhirnya mereka bisa bertemu lagi. Masih dalam keadaan sehat dan masih dalam keadaan bersahabat.
Karena sahabat itu segalanya. Maka sahabat itu adalah kamu.
********
Pagi ini Merlin sengaja datang ke sekolah agak siang. Karena sekolah mulai santai. Soalnya ujian nasional dan ujian sekolah telah berakhir. Mereka ke sekolah hanya memantau nilai mereka. Apa ada yang harus di remedial atau harus bagaimana. Biasanya kalau ujian sekolah ada yang di remedial. Guru akan memberikan tugas pada siswanya, agar mengerjakan tugas dari guru yang berasangkutan.
Merlin sedang duduk di taman. Di temani satu cakir plastik kopi ekspreso yang ia beli tadi di caffetaria. Ia lagi ingin sendiri dulu. Pasti Gloria, Novia, Fabio dan Leon sedang mencarinya. Entah kenapa kali Ini Merlin benar-benar ingin sendirian. Kebetulan taman sekolah tidak begitu ramai. Jadi pas untuk Merlin yang ingin sendirian dulu.
Ada yang memeluk Merlin dari belakang. Dari postur tubuhnya sudah jelas. Kalau itu adalah Fabio. Pasti dia sudah mencari Merlin ke mana-mana. Akhirnya dia menemukan Merlin juga.
"Engga apa-apa nih, Fab. Kita di posisi kaya gini?" posisi pelukan mereka sekarang. Pasti akan menundang banyak mata. Karena sekarang Merlin juga adalah publik figur sama seperti Fabio.
Fabio perlahan melepaskan pelukannya. "Sebentar aja kok. Lagian kamu kemana aja? Kok aku telepon engga di angkat. Aku WA engga kamu bales. Jadi bikin ku khawatir kan. Untuk aja ikatan batin kita kuat. Jadi aku bisa menemukan kamu," cerocos Fabio. Sejak tadi pagi memang Fabio kesana kemari mencari Merlin. Sudah ia tanyakan pada Gloria dan Novia. Tak ada satupun yang tau, di mana Merlin. Fabio juga sudah tanya pada Leon. Dan jawabannya juga sama. Tidak ada yang tau Merlin di mana. Ponselnya juga mati. Sehingga sulit untuk menghubungi Merlin. Untungnya Fabio masih punya body guard yang mengawasi Merlin dari jauh. Jadi Fabio bisa tau tempat Merlin berada. Ternyata berguna juga itu body guard. Hehehe.
"Kamu kenapa sih? Kok akhir-akhir ini menyendiri terus. Kamu lagi ada masalah? Kamu bisa kok cerita sama aku. Siapa tau aku bisa cari solusinya," tanya Fabio. Karena memang Merlin tidak seperti biasanya. Biasanya ia selalu ceria dan penuh semangat. Tapi akhir-akhir ini selalu ingin sendirian dan murung.
"Aku engga apa-apa kok, Fab. Cuma kadang aku masih berpikir engga nyangka aja aku bisa jadi seorang artis. Padahal dulu aku miskin banget. Tinggal saja di rusun kontrakan yang butut. Punya bapak pengangguran dan tukang mabok. Sekarang bapak masih di penjara. Cepat atau lambat pasti media akan tau hal itu. Dan membuat nama aju sedikit tercoreng. Belum lagi dulu, ibu aku hanya seorang buruh pabrik. Kami berempat hanya mengandalan keuangan dari hasil kerja ibu saja. Kebutuhan ekonomi harus kami cukupi dengan cara berhemat. Kadang aku bantu-bantu juga sih dari hasil shooting sebagai figuran. Tapi itu tidak seberapa. Malah kadang nombok. Biaya ke lokasi berapa di bayar berapa. Kadang engga sesuai dengan apa yang kita udah keluarkan," curhat Merlin panjang lebar. Ternyata hal ini yang membuat Merlin kepikiran dari kemarin.
Mungkin karena cerita di film Seleb Dadakan sama persis dengan kehidupannya jadi membuat Merlin sedikit galau seperti ini. Karena memerankan suatu tokoh sesuai apa yang terjadi di kehidupan pribadi kita. Feelingnya pasti dapat sekali. Kita bisa dengan mudahnya masuk ke dalam cerita yang di buat.
"Mer, kamu pantes kok dapetin semua ini. Karena ini jerih payah kamu. Bukan kamu aja kok yang berjuang dari nol. Banyak banget. Berhenti minder kaya gini. Kamu harus tetap semangat. Karena ada aku, ibu kamu, adik kamu dan fans kamu yang selalu mendukung kamu. Jadi kamu harus tetap percaya diri. Kalau soal haters kemaren. Aku punya usul. Gimana kalau kita sewa body guard?" usul Fabio. Tadinya sih pengen nyusulin hal ini dari pas kejadian malam itu. Tapi sayangnya Fabio belum mendapatkam timing yang tepat. Baru bisa sekarang lah Fabio usulkan. Padahal secara sembunyi-sembunyi, Fabio sudah Menyew body guard diam-diam. Untuk merlindungi Merlin dari jauh.
"Idea bagus. Kamu ada remomen ga? Aku bisa sih pake jurus karate ku. Tapi tetep aja kan aku ini cewek. Masih butuh badan yang lebih kekar dan jago bela diri lebih dari aku. Barang kali body guard kamu. Mau di bagi ke aku. Hehehe. Kamu kan punya tiga," Merlin malah tertawa.
"Haha mereka bertiga? Mereka mah bisa di kibulin sama aku. Aku sering lolos kabur dari mereka. Mendingan aku rekomendasiin yang lain aja. Nanti pulang sekolah aku langsung minta dia jaga kamu," saran Fabio. Mengingat ketiga body guardnya itu memang kadang teledor dalam menjaga Fabio. Mereka mudah di kelabui oleh Fabio. Ia tidak mau kalau Merlin di jaga oleh tiga body guardnya itu. Mending cari yang lain aja. Yang sudah lebih berpengalaman di bidangnya.
"Kamu kenal body guard, body guard itu dari mana sih? Kamu mantan mafia yah? Sampe kamu tau mereka. Ahahha," canda Merlin rasanya lucu saja orang lemah lembut aktor seperti Fabio. Kenal dengan cowok-cowok berbadan besar dan bewajah sangar.
"Hahaha aku kan detektive, polisi sekaligus agen rahasia di Amerika. Hahaha," Fabio tertawa terbahak-bahak.
"Ada-ada aja kamu, Fab. Itu kan Albert. Bukan kamu," sanggah Merlin.
"Albert kan aku. Sama aja.. Hahah. Ya sudah, kamu tenang aja. Kualitas body guard yang aku sewa buat kamu cukup bagus kok buat ngelindungi kamu. Aku di kenalin crew tentang agen penyewaan body guard yang bagus. Salah satu crew ngerekomendasiin tiga body guard itu. Eh mama langsung setuju aja. Mereka pada kuat sih. Tapi b**o juga. Hahaha," cerita Fabio soal tiga body guard itu.
"Meskipun mereka bodoh tapi tetap aja kan. Mereka orang kepercayaan mama kamu. Oh ya, aku boleh tanya soal Fellysa ke kamu?" dengan hati-hati Merlin menanyakan hal ini. Karena itu mungkin sudah masuk kedalam masalah pribadinya. Fabio terdiam saat di tanya soal Fellysa. Mungkin ia tidak mau meceritakan hal itu.
"Eh sorry deh, Fab. Aku terlalu kepo. Kalo kamu engga mau cerita juga engga apa-apa," ralat Merlin buru-buru. Takutnya malah Fabio tersinggung dengan ucapannya.
"Fellysa itu adik kandung aku. Dia ikut papah saat mama resmi bercerai dengan papah. Papah dan mama bercerai saat aku usia tiga tahun. Sementara Fellysa masih sangat bayi. Papahku berna Gunawan Wiratamaja. Beliau adalah seorang dokter di sebuah rumah sakit. Awalnya aku ingin menjadi dokter seperti paaph. Karena melihat papah yang selalu senang ketika menolong nyawa pasiennya. Kayanya ada kebanggan tersendiri saja, kalau bisa menyelamatkan nyawa orang lain. Tapi mama mentangnya. Aku engga boleh jadi dokter seperti papah. Mama meminta aku, untuk mengikuti jejaknya seperti beliau. Menjadi artis. Menyelami dunia entertainment. Meskipun awalnya aku agak ragu dan risih. Tapi aku semuanya di niatkan, untuk kebahagiaan mama. Dan beginilah aku sekarang. Bisa sampai posisi ini," cerita Fabio panjang lebar. Tidak ada satupun yang ia lewati.
Cuma yang Fabio sampai saat ini bingung, adalah penyebab mama dan papahnya bercerai. Dan kenapa mama harus membenci Fellysa. Dan papah malah membenci Fabio. Dulu Fabio sering ke rumah sakit dimana dokter Gunawan praktek. Tapi dokter Guanwan malah cuek. Pura-pura tidak kenal pada Fabio. Padahal Fabio adalah anak kandungnya, darah dagingnya juga. Kenapa harus di beda-bedakan antara Fabio dan Fellysa. Hal itu masih menjadi misteri di keluarganya Fabio. Sampai detik ini pun Fabio tidak mengetahui apa penyebabnya. Ingin sekali Fabio mencari tau soal itu. Tapi Mitha selalu menghindar dan melarangnya. Agar Fabio tidak tau lebih dalam lagi soal masa lalunya.
"Oh gitu. Maaf yah, Fab. Aku udah lancang nanyain hal itu," sesal Merlin yang melihat Fabio sedikit berkaca-kaca bercerita soal Fellysa dan papahnya. Merlin tau bagaimana perasaan Fabio. Pasti sangat sulit sekali. Hidup dengan paksaan dari mamahnya. Di tambah papahnya yang menelantarkannya. Karena dokter Gunawan lebih memilih adiknya Fellysa di banding Fabio anak sulungnya.
"Engga apa-apa kok, Mer. Kamu berhak tau masalalu aku. Begitulah aku dulu. Sampai sekarang media tidak tahu soal Fellysa. Yang mereka tau mama hanya mempunyai satu anak dari papah. Aku juga kasian sama Felly. Kalau dia main ke rumah suka di usir oleh mama. Sampai sekarang aku engga tau. Apa sebabnya mama membenci Felly. Dan papa membenci aku,"Jelas Fabio lagi. Fabio bercerita pada Merlin sejujur-jujurnya. Tidak ada satu halpun yang Fabio sembunyikan. Kecuali tentang penyakitnya Fabio belum siap dengan reakasi Merlin.
Apakah Merlin akan meninggalkan Fabio setelah Merlin tau, kalau Fabio punya pemyakit yang belum ada obatnya. Bahkan bisa mengancam nyawa Fabio kapan saja. Jika sampai terjadi pendarahan pada Fabio. Fabio masih mencari waktu yang tepat untuk membicarakan semua ini. Karena hal ini sangat rahasia bagi Fabio.
"Mer, Leon itu siapanya kamu sih sebenernya?" cetus Fabio. Ia ingin mendengar jawaban versi Merlin. Kemarin sudah versi Leon. Sekarang Fabio ingin dengar langsung dari mulut Merlin.
"Aku sama Leon..."Merlin menjeda kalimatnya. "Dia itu adalah sahabatku, Fab. Dulu Leon lah yang suka anter ku cahstting, shooting sampe dia sendiri yang nyariin aku job," jawab Merlin jujur. Memang benar kok Leon seperti itu dulu. Hanya saja Merlin tidak memberitahu. Bahwa ia pernah jatuh cinta pada Leon. Jatuh cinta pada cowok misterius. Yang sekarang kembali lagi. Membuat hati Merlin galau lagi. Semoga saja hatinya tetap terpatri hanya untuk Fabio seorang saja.
"Oh jadi cuma sahabat kamj aja kan? Engga pernah lebih dari itu?" selidik Fabio belum puas atas jawaban dari Merlin.
"Iya, Fabio. Aku sama dia sahabatan aja sama Leon. Kalo kamu engga percaya bisa kamu tanyain Gloria sama Novia. Karena mereka juga tau, kalo aku cuma sahabatan sama Leon," tegas Merlin pada Fabio. Ia merasa sedikit terintimidasi. Pasalnya Merlin juga tak mau, kalau sampai keceplosan. Kalau Leon adalah mantan kecengan Merlin. Yang dulu sempat ragu, untuk menjadikan Fabio sebagai kekasihnya.
"Oh gitu. Dunia ternyata benar-benar sempitnya. Leon ternyata adalah sahabat kita berdua. Dan kamu adalah pacarku," ujar Fabio sambil ngecup kening Merlin. Fabio sudah memperhatikan sekitarnya dulu. Sebelum ia bertindak untuk mengecup keningnya Merlin. Karena ia juga tidak mau cari penyakit. Kalau sampai ada yang tau, Fabio berani mengecup Merlin di depan umum. Untungnya taman sekolah sepi siang ini. Jadi hanya rumput yang bergoyang dan burung-burung yang hinggap di pohon saja. Yang menjadi saksi kemesraan mereka berdua.
Sontak hal itu langsung mendapatkan protes dari Merlin. "Fabio! Ini tempat umum pake cium-cium segala. Kan bahaya, kalau ada orang yang lihat," protes Merlin dengam wajah cemberut. Fabio paling suka dengan ekspresi wajah Merlin yang cemberut seperti itu. Pipinya mengembung seperti balon.
"Hahaha santai aja Merlin sayang. Kita cuma berdua kok. Jadi masih aman. Tuh cuma burung yang ngintipin kita tadi," Fabio menunjuk ke arah burung yang sedang hinggap di pohon taman. Tepat di mana di bawanya sedang ada Merlin dan Fabio. Mereka seakan cemburu melihat kemesraan dua insan yang sedang jatuh cinta ini.