Chapter 29 - Film Seleb Dadakan
Apa yang akan kalian pikirkan ketika mendengar kata Seleb? Pasti kalian akan berpikir hidup enak, banyak uang, terkenal banyak orang dan banyak fansnya. Apa kalian lupa kalau seleb juga punya haters. Bahkan haters akan lebih kejam dari pada penjahat sesungguhnya. Karena keirian dan kedengkian mereka yang di tumpuk semakin bertumbuh, menjadi dendam yang sangat membara.
Para haters selalu mencari informasi dari orang yang ia jadikan haters. Dari mulai info yang baik. Sampai info yang jelek. Dan di saat info jelek terkuak. Barulah si haters itu beraksi. Dimana ia akan menjatuhkan di seleb itu. Karena hati dan perasaannya belum puas, jika mereka belum terjatuh dan hancur. Ini adalah jenis haters yang sudah mendarah daging. Mereka akan mencari segala cara agar karir si seleb hancur.
Hubungan antara Merlin dan Fabio terlah terkuak. Para netizen habis-habisan menghujat Merlin. Baik di media sosial, maupun di lokasi shooting. Tidak hanya itu, Merlin juga sering mendapatkan teror dari orang yang tak di kenal. Sampai-samapai ada orang yang hampir menyiram Merlin dengan air keras. Netizen menghujat Merlin, karena tak pantas bersanding dengan Fabio. Mereka membandingkan kasta Fabio dan Merlin.
Fabio yang memang sudah kaya dari lahir. Mempunyai ibu sebagai model dan mempunyai wajah yang sangat tampan. Sedangkan Merlin dari kalangan rakyat biasa yang merangkak menjadi artis. Melalui nama Fabio. Mereka habis-habisan menghujat Merlin. Hingga semua ini berpengaruh pada karir mereka berdua.
"Fab, apa engga sebaiknya kita putus aja? Aku engga mau karena mereka tau kita pacaran beneran. Mereka malah membenci kamu. Dan kamu mulai kehilangan pekerjaan kamu sebagai aktor. Kalo aku sih engga apa-apa, Fab. Karena aku memang dari dulunya miskin. Dan engga akan pantas jadi artis seperti kamu," ujar Merlin sambil berkaca-kaca. Berat rasanya ia bicara ini pada Fabio. Namu hal ini harus Merlin lakukan untuk menyelamatkan karir Fabio sebagai aktor. Ia tidak mau karirnya hancur gara-gara memaksakan pacaran dengan Merlin.
"Kamu ngomong apa sih, Mer? Aku ini cinta kamu. Akan selamanya mencintai kamu. Aku engga perduli kalau sampai aku kehilangan karir aku. Asalkan aku enga kehilangan kamu dari hidup aku," tegas Fabio. Ia tidak mau gara-gara gosip tentang Merlin dan Fabio. Membuat hubungan mereka meregang. Kalau masalah haters. Semua seleb pasti punya haters. Dan kalau gosip. Itu pasti akan cepat berlalu. Asalkan kita sabar saja menunggu sampai semua itu mereda. Biasa, banyak netizen yang mencari sensasi dengan menyebarkan hoax demi menaikan populsritas. Dengan mencari kesalahan artis. Apa ada yang salah dengan hubungan Merlin dan Fabio? Toh mereka sudah sama-sama menjadi artis. Jadi hal yang wajar kalau mereka sampai cinlok. Karena memang mereka selalu bermain bersama.
Wajar saja jika cinta mulai bersemi di lokasi shooting. Apalagi ketika beracting harus total mendalami karakter yang di perankan. Agar nantinya hasil filmnya bagus. Karena ketika kita berperan dengan mendalami karakter si tokoh yang kita perankan. Tokoh itu akan serasa hidup di dalam diri kita. Itulah yang di lakukan Fabio dan Merlin. Makannya mereka bisa sampai jatuh cinta beneran.
Merlin hanya tidak mau jadi penghalang karir Fabio yang sedang bersinar. Merlin rela berkorban demi menyelamatkan karir Fabio. Bahkan jika harus dengan cara putus sekalipun.
"Engga Fab, mereka membenci aku. Aku tidak mau kamu lebih jatuh lagi. Angga saja aku angin lalu bagimu," Merlin mulai putus asa. Ia benar-benar ingin mengakhiri hubungannya dengan Fabio. Meski dalam hatinya Merlin menolak.
"Mer, masalah pekerjaan aku bisa cari kerjaan yang lain. Aku bisa bekerja sesuai dengan kemampuan aku. Dan meniti karir lagi dari nol. Rezeki itu masih bisa kita cari. Namun cinta sejati itu selalu di hati. Percaya sama aku, Mer. Kita bisa melewati semua cobaan ini. Kita pasti akan terus bersama. Jadi kamu sekarang jangan menyerah dulu. Karena aku sayang kamu," ucap Fabio tulus. Matanya sungguh sangat berninar. Ia benar-benar ingin memperjuangkan cintanya bersama Merlin. Karena ketulusan cinta akan mengubah semua. Mengubah presepsi salah tentang hubungan Fabio dan Merlin.
"CUT! Good job! Acting kalian benar-benar bagus! Fabio sama Merlin sangat menjiwai sekali peran ini," puji sutradara Yeni pada Fabio dan Merlin.
"Terimakasih mbak, berhubung namanya pake nama asli kita. Pastinya kita akan lebih menjiwai karakter tokoh dari film ini. Iya kan, Mer?" tanya Fabio untuk mendukung pendapatnya.
Merlin malah tidak menjawab pertanyaan dari Fabio. Ia malah melamun. Pasti ia masih terhanyut dalam cerita di film Seleb Dadakan. Merlin pasti memikirkan, bagaimana jika hal itu sampai terjadi pads dirinya. Apakah Merlin akan di bully juga oleh fansnya Fabio? Karena telah nekat pacaran sama Fabio. Ternyata jadi artis serba salah juga. Apa-apa harus sesuai dengan kemauan fans. Belok sedikt di hujat. Dududuh harusnya sebagai fans yang baik itu. Mereka seharusnya mendukung hal apapun yang di lakukan idolanya. Selama itu positif kenapa engga. Ini malah di caci maki, di hujat bahkan sampai di teror.
"Mer!" panggil Fabio.
"Eh iya, kita lanjut since lagi yah?" ucap Merlin ngaco. Karena baru tersadar dari lamunannya.
Fabio menggeleng-gelengkan kepalanya. Untungnya sudah tidak ada sutradara Yeni. Fabio membawa Merlin ke meja taman lokasi shooting. Sepertinya ada yang mau Fabio bicarakan.
Taman Lokasi Shooting.
"Kamu kenapa sih, Mer? Semenjak kamu shooting film ini, kamu jadi sering ngelamun. Kadang engga fokus juga. Kalau emang film ini berat buat kamu mainkan. Lebih baik kita berhenti saja sampai di sini. Sebelum lebih jauh lagi. Sebelum kita ke Jepang. Ini baru dua kali loh kita shooting. Tapi aku udah kaya engga kenal kamu. Karena Merlin yang sekarang lebih suka melamun dan menyendiri. Tidak seperti Merlin yang aku kenal dulu, Merlin yang dulu. Lebih bersemangat dan selalu ceria. Aku kangen itu, Mer," ucap Fabio mengeluarkan pendapatnya.
Fabio tidak mau, kalau sampai film ini menjadi beban pikirannya. Karena meskipun ini kisah aslinya Merlin. Tapi untuk apa di terus kan. Jika Merlin setengah hati memainkannya. Nantinya hasil filmnya tidak akan maksimal.
"Engga kok, Fab. Akunya aja yang terlalu baper. Nanti juga, kalo udah biasa. Aku bakalan kaya dulu kok," kilah Merlin. Mencoba berusaha ceria setelah tadi melamun dan terlihat murung. Tapi Fabio tidak akan mudah tertipu oleh wajahnya Merlin yang di buat ceria. Karena di balik senyum palsu Merlin. Mungkin ia menyimpan luka yang mendalam. Iya
"Dari mulai project ini di mulai. Aku memang udah baper. Karena film ini mengupas tentang kehidupan aku. Niatnya sih bagus untuk menjadi motivasi artis pendatang baru. Tapi kadang ada adegan. Dimana aku baper sendiri, Fab. Jadi kamu engga usah pikirkan hal itu. Aku akan baik-baik aja kok. Oh iya, dua hari lagi kita ke Jepang kan?" tanya Merlin mengalihkan topik pembicaraan.
"Iya, Mer. Janjia shooting berikutnya kamu jangan murung lagi. Kan kita mau ke Jepang. Negara impian kamu. Impian kamu yang pengen pergi ke Jepang. Akan segera terwujud, Mer. Ciee ciieee seneng dong," goda Fabio sambil menyenggol bahu Merlin.
"Assssikk! Entar anter aku beli baju-baju musim dingin yah. Kebetulan di Jepan bulan ini pasti musim salju," wajah Merlin kembali ceria setelah mendengar kata Jepang.
"Iya siap. Tau aja kalo bulan ini musim salju. Kaya yang penah kesana aja. Atau jangan jangan kamu cenayang. Yang bisa meramalkan cuaca. Hahahahha," goda Fabio sampai tertawa terpingkal-pingkal.
"Fabiiiiooo!" rengek Merlin manja. Akhirnya senyum Merlin bisa mengembang kembali.
Engga tau kenapa, penulis skenario seakan tau sekali kisahnya Merlin. Hampir sama persis. Saat ini memang Fabio dan Merlin sedang menyembunyikan status hubungan mereka di depan publik. Apa jadinya kalau benar-benar hal itu sampai terbongkar. Apa Merlin akan benar-benar di benci oleh netizen? Fabio takut hal itu sampai terjadi. Dan Fabio akan melakukan hal yang sama. Seperti Fabio di dalam film Seleb Dadakan.
"Ya udah yuk kita makan dulu. Kan udah happy lagi. Khusus hari ini kamu boleh makan sepuasnya. Aku yang bayar!" seru Fabio agar Merlin terus bersemangat.
"Aaasssikk!! Ayo! Perut aku udah keconcongan kaya gini. Aku pasti engga bisa nolak. Apalagi ini gratis. Cuma sama kamu, Fab. Aku bisa jadi diri aku sendiri. Aku bisa makan sepuas yang aku mau juga. Cuma di depan kamu. Terimakasih ya, Fab. Karena kamu menerima aku yang seperti ini. Tanpa ada niat untuk mengubahnya. Meskipun kamu mengubah sedikit penampilan aku. Tapi aku masih bisa jadi diri aku sendiri di dapan kamu. Tanpa perlu malu," cerocos Merlin panjang lebar.
Fabio mencubit kedua pipi Merlin dengan gemas. "Iya bawel. Ayo ah kita makan! Tar keburu shooting lagi. Engga keburu makan entar kita," ajak Fabio sambil menarik Merlin ke luar dari lokasi. Sepertinya Fabio akan mengajak Merlin makan di luar. Karena Fabio mebawa Merlin memakai mobilnya.
********
Mempunyai kekasih yang sesuai dengan keinginan kita. Itu akan membuat kita menjadi lebih senang. Apalagi kekasih yang penyayang dan pengertian. Tak hanya itu mempunyai kekasih yang setia juga itu bonusnya. Karena terkadang ada yang orang yang pengertian dan penyayang. Tapi tukang selingkuh. Kan percuma juga. Setiap orang punya tipe kekasih idealnya masing-masing. Ada yang bisa menerima apa adanya. Ada juga yang harus mengubahnya demi mendapatkan tipe ideal.
Seperti Fabio pada Merlin. Fabio tidak mentut Merlin, agar Merlin selalu tampil sempurna di depan matanya. Tapi Fabio malah lebih suka, kalau Merlin tampil seadanya. Menjadi diri sendiri dan tampil nyaman mungkin.
Merlin juga seperti itu, Merlin tidak perlu mengatur-atur Fabio. Merlin menerima sifat jail Fabio dan suka menggoda. Merlin juga suka dengan sifat romantis Fabio. Yang membuat Merlin lebih di spesialkan di antara yang lainnya.
"Kamu mau pesen apa, Mer?" tanya Fabio saat mereka masuk ke restoran seafood. Merlin pasti akan makan dengan lahap. Siapa sih yang nolak makan di restoran seafood yang sangat enak ini. Apalagi restoran ini sering menjadi tempat pencinta kuliner, untuk makan di sini. Selain itu karena cita rasa makanan di seafood ini sangat lezat. Banyak televisi swasta yang meliput tempat ini. Untuk mereview makanan di acara televisinya.
"Kamu serius mau terakhtir aku di sini?" tanya Merlin.
"Ya iya lah. Ayo pesen. Yang banyak yah. Pokoknya sampe kamu kenyang," ujar Fabio bersemangat.
"Oke kalo kaya gitu. Mas aku pesen kepiting besar asam manis, lobster bumbu ala-ala, ikan gurame sama nasi putihnya dua piring. Kalo kamu, Fab?" tanya Merlin setelah memesan makanan yang cukup banyak untuk ia makan.
Fabio meneguk salivanya. Itu baru pesanan Merlin saja loh. Belum dengan pesanan milik Fabio. Tidak salah Fabio mengajak Merlin ke sini. Merlin langsung bersemangat makan yang banyak. Fabio paling suka melihat Merlin makan dengan lahap seperti ini.
"Aku pesen nasi bakar, cumi goreng lobster bumbu ala ala sama jus lemon yah," pesan Fabio.
"Yakin cuma itu aja?" tanya Merlin. "Aku boleh nambah engga?" tanya Merlin lagi sambil nyengir kuda.
Fabio mengangguk, "Makan sepuasnya sampai kamu kenyang, Mer,"
"Assiikk, aku tambah cumi balado sama udang gorengnya yah," tambah Merlin. Porsi makan Merlin sudah seperti porsi makan untuk lima orang. Tapi tak apa yang penting Merlin senang. Fabio akan melakukan hal apapun.
"Kamu udah persiapin apa buat pergi ke Jepang?" tanya Fabio seusai menyelesaikan makan siangnya.
"Siapin mental," ucap Merlin ngasal. "Hahaha," Merlin tertawa lagi. Mungkin memang Merlin sedang happy karena ia mau pergi ke Jepang. Impiannya yang kedua akan segera terwujud. Dan semua itu Fabio yang mengabulkannya.
"Kamu itu lucu banget sih. Bikin aku gemes tau!" Fabio kembali mencubi kedua pipi Merlin.
"Auw! Sakit tau, Fab. Suka banget sih sekarang cubitin pipi aku. Apa aku tambah gendut yah?" tanya Merlin mulai parno. Pasalnya semenjak Fabio pulang dari Amerika. Nafsu makan Merlin bertambah berkali-kali lipat. Karena selama di samping Fabio, Merlin bebas memakan apa saja sampai kenyang.
"Apa pipi aku tambah besar aja?" tanya Merlin lagi.
"Engga kok Mer, kamu malah sangat kurus. Udah jangan dengerin kata orang. Kamu ini masih polos belum tau, mana yang benar mana yang salah. Jadi engga perlu diet diet segala, engga diet aja kamu udah sekurus ini. Apa lagi pakai acara di lem segala," tegur Fabio.
"Abisnya kamu doyan banget nyubit pipi aku," rengek Merlin. Semenjak jadi pacarnya Fabio. Merlin jadi mendadak manja pada Fabio. Rasanya ingin selalu di perhatikan oleh Fabio. Karena Fabio adalah pacar pertamanya. Meskipun Fabio bukan cinta pertama Merlin. Tapi bagi Merlin, Fabio itu tetap yang pertama.
"Aku belum ada persiapan apa-apa. Bingung juga apaa aja yang harus di bawa. Rencananya kan aku mau minta anter kamu cari baju musim dingin. Kayanya di Jepang kita akan kedinginan," ujar Merlin kembali pada pertanyaan yang awal Fabio ucapkan.
"Ayo! Pulang shooting kita mampir ke outlet dulu. Kita akan beli baju di sana. Sekalian beli yang couple. Hehehee aku biasa langganan ke sana. Ternyata baju-bajunya nyaman-nyaman. Harganya juga agak miring. Jadi kalau belanja di sana. Engga bikin dompet menjerit," jelas Fabio.
"Masa sih? Aku jadi pengen ke sana. Kalau memang murah-murah. Aku akan beli oleh-oleh khas Jepang buat adikku," mendengar kata gratis atau diskon semua orang pasti sangat senang. Dan langsung memburunya.
"Loh kenapa engga beli oleh-olehnya di Jepang? Aku tau kok tempat yang bagus dan murah di Jepang. Kalo kamu beli di Indonesia juga. Nanti kesan Jepangnya ilang dong," protes Fabio.
"Hahaaha biar sedikit hemat aja, Fab," Merlin tertawa dengan renyah. Meskipun Merlin sekarang sudah menjadi artis. Dan jadi orang kaya. Tapi jiwa hematnya terus ia tanamkan sampai sekarang. Hemat bukan berarti pelit. Kalau pelit itu serba tidak boleh. Smentara hemat. Ia akan mengeluarkan uangnua secukupnya semampu yang bisa Merlin keluarkan.
"Kamu tenang aja. Sekarang kan kamu udah banyak uang. Jangan terlalu berhemat. Kali-kali boros untuk memuaskan mata. Engga apa-apa kali, Mer. Jangan terlalu hemat. Kalau terlalu hemat nanti di bilang pelit loh!" saran Fabio. Karena boros dari uang hasil kita kerja. Akan akan terasa puas melihatnya. Beda lagi dengan kalau pemberian orang lain. Karena semua barang di beli dari hasil keringat kita. Akan jauh berarti di bandingkan yang pemberian orang lain.
"Iya, iya terserah kamu aja sih, Fab. Emangnya di sana nanti kita bakalan sempet jalan-jalan buat beli oleh-oleh? Bukannya kita ke sana karena kerjaan ya? Kayanya cuma bisa shooting aja," Merlin merasa kalau ia tidak akan mendapatkan waktu untuk jalan-jalan.
"Di sela jeda shooting. Kita bisa kok jalan-jalan barang sebentar saja," ujar Fabio. Karena ia lebih berpengalaman shooting di luar negeri. Karena kalau shooting di luar negeri. Engga harus terus-terusan shooting. Ada juga waktu break. Nah waktu break ini. Suka di manfaatkan para artis, crew dan semua yang ikut shooting ke luar negeri. Untuk jalan-jalan dan berbelanja.
********
Rumah yang sangat rapi dan bersih menggambarkan kepribadian pemiliknya. Rumah besar yang sangat terawat ini. Selalu terlihat kinclong dan rapih. Selain rapih dan bersih. Rumah ini juga selalu tampak segar dan wangi.
Elizhabeth membereskan kebun bunga miliknya di samping rumahnya. Semuanya tertata dengan manis. Semanis bunga yang berjajar sangat rapih di kebunnya. Setelah pindah ke Jepang dan kembali lagi ke Indonesia. Sepertinya Elizhabeth sangat perlu mengubah kebunnya. Meski ada tukang kebun. Tapi Elizhabeth perlu mengganti suasana baru di kebunnya. Elizhabeth ingin menanam benih bunga tulip di kebunnya. Semoga saja bunga itu akan tumbuh mekar seperti bunga lainnya.
"Bu, ibu!" panggil Leon sambil menghampiri Elizabeth yang berada di kebun samping rumahnya.
"Iya, Leon. Ada apa?" tanya Elizhabeth.
"Kebiasaan deh bu. Kalau udah di kebun sampe suka lupa waktu. Itu dari tadi ayah telepon ke hape ibu. Kenapa engga di angkat? Ayah cemas tuh. Engga biasanya ibu engga ngakat telepon dari ayah. Jadi tadi ayah telepon ke rumah. Ternyata bener aja dugaan Leon. Pasti ibu lagi asik di kebun," oceh Leon pada Elizhabeth panjang lebar. Pasalnya ia tadi ikut kesemprot juga sama Himoto. Himoto kesal karena teleponnya kepada Elizhabeth tidak di angkat.
Elizhabeth menepok jidatnya yang tidak bersalah. "Ya ampun. Ibu lupa ninggalin hape di kamar. Pantas saja telepon dari ayah kamu engga ke angkat. Ya udah ibu ke kamar dulu ya," Elizabeth langsung pergi ke kamarnya. Untuk segera mengambil ponselnya, kemudian dengan segera menghubungi Himoto. Pasti ada hal penting yang akan di sampaikan oleh Himoto.
Elizhabeth menekan nomor Himoto di layar ponselnya. Ia mencoba menelepon suaminya. Kenapa Himoto sampai menghubungi Elizhabeth sampai beberapa kali. Hanya ada lima belas panggilan tak terjawab. Tidak ada pesan atau WA. Harap-harap cemas Elizhabeth menunggu jawaban panggilan dari dirinya.
"Hallo sayang ada apa? Kok sampai telepon berkali-kali?" tanya Elizhabeth.
"Sayang, sekarang kamu ada di mana? Anak-anak baik-baik saja bukan?" tanya Himoto dengan nads cemas. Terdegar sekali suaranya yang tampak sangat khawatir.
"Ada apa sih, yah? Jangan buat ibu jadi panik juga. Anak-anak baik baik aja kok. Tadi ibu di kasih tau Leon ayah telepon ke rumah. Jadi ibu langsung ke kamar. Ngambil hape ibu, terus telepon ayah," jelas Elizhabeth jadi ikut panik.
"Terus Dewanti kemana?" tanya Himoto.
"Dewanti kan lagi kuliah, ayah. Ada apa sih sebenernya? Kok tiba-tiba nanyain kabar. Engga kaya biasanya ayah panik kaya gini," selidik Elizhabeth.
"Kamu tenang yah sayang. Aku lagi cari solusinya," ucap Himoto ngawur. Sudah jelas Elizhabeth semakin tidak mengerti.
"Ada apa? Solusi apa?" bentak Elizhabeth. Habisnya Elizhabeth biara apa, jawabnya apa. Malah ngalor ngidul.
"Sayang..." ucap Himoto seakan tenggorokannya seperti tercekik. Sangat sulit sekali sepertinya membicarakan yang sesungguhnya. "Sayang.. Orang yang ngebunuh ayahnya Dewanti, kabur dari penjara,"
Elizhabeth sangat terkejut dengan ucapan Himoto. Tangannya gemetar, wajahnya langsung berubah pucat pasi. Elizhabeth tidak sengaja menjatuhkan ponselnya ke lantai. Mulutnya masih menganga karena kaget. Setelah berapa detik kemudian. Elizhabeth tersadar dari kagetnya. Kemudian ia memungut kembali ponsel miliknya.
"Kamu lagi engga bercanda kan sayang? Kalo kamu bercanda. Ini engga lucu sayang," ucap Elizhabeth sambil mulai menangis. Kabar ini sangat mengejutkan bagi Elizhabeth.
"Ayah di kabari oleh polisi, bu. Masa iya, polisi berbohong. Polisi sedang mencari dia. Ayah sedang mencari solusinya. Cepat segera minta supir buat menjemput Dewanti. Semoga dia tidak kekampusnya Dewanti. Kabarkan ayah kalau ada apa-apa," pesan Himoto. Setelah itu ia menutup teleponnya.
Elizhabeth langsung menghampiri supir di kamarnya. "Pak, tolong segera jemput Dewanti. Apapun caranya jemput dia! Meskipun lagi belajar, tetap paksa buat pulang! Kslau bisa bapak juga harus cepet sampai di sana. Kalau perlu ngebut, ngebut sekalian!" perintah Elizhabeth. Pak supir yang menerima perintah dadakan dari Elizhabeth sontak kaget.
"Baik, nyonya," pak supir langsung bergegas mengambil mobil di garasi. Kemudian pergi melesat dengan mobilnya.
"Ada apa si bu? Kok pak supir sampe..." Leon tidak menyelesaikan pembicaraannya. Leon melihat ibunya sudah bersimbah air mata. Apa yang terjadi pada ibunya? Padahal tadi di kebun bunga. Ibunya masih tersenyum bahagia.
Jantung Leon mulai berdegup kencang. Iya tidak pernah melihat Elizhabeth menangis sampai sesegukan seperti ini. Elizhabeth memang pernah menangis saat Leon sakit. Tapi kali ini sangat berbeda. Apa ada kabar dari Himoto yang membuat Elizhabeth menangis? Pertanyaan itu terus berputar di kepala Leon.
"I.. Ibu kenapa menangis?" tanya Leon tergagap.
Buru-buru Elizhabeth menghapus air matanya. Namun sepertinya terlambat. Karena Leon sudah terlanjur melihatnya. Apa Elizhabeth harus kasih tau soal ini pada Leon? Elizhabeth takut, kalau sampai Leon kambuh dan sakit lagi. Lalu Elizhabeth harus berbicara apa pada Leon?
"Ibu engga apa-apa Leon," kilah Elizhabeth. Sudah jelas Leon melihat Elizhabeth menangis. Itu artinya ada apa-apa. Ada hal yang terjadi saat Elizhabeth telepon Himoto.
"Ada apa bu? Engga mungkin, kalau sampe engga ada apa-apa. Ibu sampe nangis. Terus kenapa ibu sampe nyuruh pak supir ngejemput kak Dewanti? Di suruh buru-buru lagi. Seakan ada bahaya yang akan terjadi di depan mata," selidik Leon tidak mau menyerah, untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.
"Leon.. Benar tidak ada apa-apa,"
"Ibu pasti bohong! Ayo cepet kasih tau Leon. Apa yang sedang terjadi?" bentak Leon akhirnya. Leon kesal karena Elizhabeth terus-terusan menyembunyikan hal yang baru saja terjadi.
"Baiklah. Kamu harus tetap tenang. Jadi.. Jadi.. Orang yang membunuh orang tuanya Dewanti.. Dia.. Dia.. Tadi kabur dari penjara. Makannya tadi mama minta pak supir cepat-cepat. Untuk menjemput kakak kamu," ceplos Elizhabeth akhirnya memberitahu kan apa yang baru saja terjadi.
Deg! Jantung Leon seakan melompat. Leon langsung merasakan sesak di dadanya. Jantungnya seakan di remas-remas. Kabar buruk itu membuat jantung Leon berkerja lebih keras dari sebelumnya. Leon melemas. Ia mulai terjatuh ke lantai. Elizhabeth yang melihat kejadian itu, ia langsung menghampiri Leon. Sudah Elizhabeth duga. Pasti Leon tidak akan kuat mendengarkan kabar ini. Tapi mau bagaimana lagi. Situasinya sangat darurat. Dan Leon memaksa untuk memberitahu hal yang sedang terjadi.
"Sayang.. Leon kamu engga apa-apa kan? Leon!" teriak Elizhabeth sambil mengguncang-guncangkan tubuh lemasnya Leon. Leon ingin berbicara. Tapi rasanya tidak sanggup. Tenggorokannya seperti di cekik. Dadanya seperti di tiban ribuan batu besar. Sangat sesak sekali. Apalagi jantungnya, seperti ingin keluar dari tempatnya. Seperti seakan akan meledak, karena terlalu hebat berdetak.
Elizhabeth tidak berpikir panjang lagi. Ia langsung mengenong Leon menuju mobilnya. Kemudian Elizhabeth langsung membawa Leon ke rumah sakit.