Bab 16

1042 Words
Acara amal dimulai, seorang wanita mengenakan gaun biru panjang menaiki panggung di hadapan sekuat orang, tangannya memegang sebuah mikrofon dan sebuah tablet. "Selamat malam untuk seluruh tamu undangan, terima kasih karena sudah menyempatkan waktu untuk datang pada acara amal malam hari ini. Selaku pembawa acara saya akan menjelaskan sedikit mengenai tahapan acara ...." Wanita yang mengenalkan diri sebagai Lani itu menyebutkan satu persatu acara yang akan dilaksanakan, mulai dari sambutan sampai dengan acara utama, yaitu ungkapan terimakasih terhadap 20 teratas perusahaan yang telah menyumbang. "Kita memasuki acara yang pertama, sambutan dari tuan kota. Untuk tuan kota, saya persilakan." Lani mengarahkan tangannya yang terjulur ke tempat duduk tuan kota. Gerrard - Tuan Kota Levanya itu berdiri dan disambut oleh tepuk tangan semua orang yang ada di ruangan. "Ehem... " Gerrard membenahi kerahasiaan pakaiannya, dia kemudian meraih mikrofon yang disodorkan kepadanya. "Terima kasih, tidak ada kata lain yang bisa saya ucapkan selain kata itu. Kota Guaye saat ini dalam keadaan pasif, mungkin dengan dukungan saudara sekalian, saudara kita yang berada di sana bisa kembali bangkit seperti sedia kala ...." "Pada acara amal ini, kami telah mengumpulkan lebih dari tiga triliun. Sekali lagi, terima kasih kepada perusahaan yang telah bersedia mengulurkan bantuan." Setelah beberapa waktu berdiri di hadapan semua orang, Gerrard mengakhiri sambutannya dan kembali ke tempat duduknya. . *** . "Kita memasuki acara utama, pasti semua ingin tahu siapa dua puluh nama yang menjadi penyumbang teratas pada acara amal kali ini." Lani menyaksikan wajah wajah penasaran beberapa orang. Senyum di wajah cantiknya mengembang, sambil mempertahankan senyum dia mulai membuka tablet di tangannya. Di atas panggung, tiba tiba muncul slide yang memunculkan nama 'perusahaan Aditama'. "Yang menempati posisi ke 20, perusahaan Aditama, dengan nilai nominal sepuluh milyar. Untuk perwakilan dari perusahaan Aditama, dipersilahkan untuk maju ke depan." Lani berkata dan seorang pria yang diketahui adalah kepala keluarga Aditama, keluarga tingkat kedua berjalan menaiki panggung utama. Tepuk tangan mengiring perjalanan pria tua yang mengenakan jas putih tersebut, beberapa orang berkomentar tentangnya. "Perusahaan Aditama menyumbangkan sepuluh milyar, sebagai perusahaan tingkat kedua, mereka cukup dermawan." "Beberapa tahun terakhir perusahaan Aditama mengalami kenaikan yang signifikan, terlebih setelah menjalin beberapa proyek dengan perusahaan JR group." Pada kursi baris kelima sangat ramai dengan percakapan beberapa orang yang masih begitu berminat terhadap perusahaan Aditama. Sekar yang berada di baris kelima pun tak tahan untuk tak mengungkapkan ketidakpuasannya. "Bukankah sudah aku bilang, keluarkan sedikit lebih banyak, hanya lima milyar itu tidak akan masuk ke dalam jajaran dua puluh besar. Sekarang uang lika milyar itu akan sia sia." Tujuan kebanyakan perusahaan menyumbangkan uang mereka tentu saja sebagai sarana promosi, terlebih acara amal disiarkan sera langsung di TV lokal dan media sosial. Banyak yang akan menyaksikan, jika nama perusahaan masuk dan disebutkan, bukan tidak mungkin nama perusahaan itu akan terkenal dan melejit hingga menarik investor untuk datang. Tantri menghela nafas berat. "Ibu, jika aku tahu akan begini, aku juga tidak akan menyumbang lima milyar." Sekar mendengus. "Mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi." Kepala keluarga Aditama menuruni panggung, menyisakan Pani yang masih berdiri sambil nilai menggeser layar tablet nya. Satu persatu nama perusahaan ataupun kelompok bisnis maju ke depan, sepuluh nama pertama yang menempati posisi sebelah hingga dia puluh, menyumbang dengan nominal yang sama yakni sepuluh milyar. Sekarang semua orang menanti siapa yang akan menempati daftar peringkat sepuluh teratas. Mereka sudah yakin jika lima keluarga besar, seperti keluarga Wiguna, keluarga Gunawan, keluarga Arayan, keluarga Buana serta Keluarga Sanjaya akan menempati lima tempat sari sepuluh yang tersisa. Selain itu ada nama perusahaan JR group yang namanya sudah semakin harum di Kota Levanya. "Peringkat sepuluh, Silver Stone dengan nilai nominal lima belas milyar. Untuk perwakilan, dipersilakan menaiki panggung utama." Jason berdiri, merapikan pakaian dan perlahan berjalan. Semua mata memandangnya, dia bagai magnet yang mampu menarik ratusan pasang mata. "Silver Stone? Apakah itu adalah Bar Silver Stone, yang berdiri di distrik selatan? Aku tak percaya mereka memiliki banyak sekali kekayaan." "Lima belas milyar, sangat dermawan. Padahal hanya sebuah bar, tapi menyumbang lebih banyak dari perusahaan tingkat kedua, benar benar sesuatu." "Jason, apa yang akan kamu lakukan? Apakah kamu akan maju dan mengatakan kamu adalah bos dari Bar Silver Stone?" Arya yang melihat Jason melangkah maju tak tahan untuk menertawakan. Tidak hanya dia, Sekar yang melihat siapa pria yang berjalan hendak naik panggung pun mengerutkan kening. "Apakah dia Jason, mantan suami Renata? Mengapa bisa dia ada di sini, dan apakah dia bos dari Bar Silver Stone?" Tantri juga mengerutkan kening, dia sama sekali tidak tahu masalah ini. Tomi yang duduk di samping ibunya berkata. "Tidak mungkin, dia pasti hanya berlagak. Jika dia benar benar bos dari Bar Silver Stone apakah perlu dia menjadi seorang menantu yang tinggal di rumah istri? Meski bukan merupakan perusahaan tingkat pertama, itu masih lebih baik dari pada perusahaan tingkat kedua. Nama Bar Silver Stone sudah sangat melejit dalam beberapa tahun terakhir. Sekar sependapat dengan Tomi, begitu pun dengan Septian yang juga ikut bersama mereka. Namun Tantri masih sedikit ragu dengan pendapat putranya. Dalam acara seperti ini apakah seseorang memiliki begitu banyak keberanian sampai berniat berbuat onar, tidak mungkin. Jason tak menghiraukan ucapan ucapan yang diarahkan kepadanya ataupun Bar Silver Stone, dia dengan yakin menaiki panggung dan berdiri di samping Lani. Hal ini membuat ekspresi wajah Arya sedikit buruk. Dia tidak bisa percaya jika Jason merupakan bos Bar Silver Stone. Begitupun dengan keluarga Wijaya, mereka terperangah dan hanya bisa menatap bingung kejadian di depan. Jason, menantu yang masuk ke dalam keluarga istri, sekarang berdiri di hadapan semua orang dengan odeng tas tak biasa. Tidak hanya mereka, Renata yang duduk di samping Arya menyipitkan mata melihat Jason berdiri sambil memegang mikrofon. "Tuan, apa alasan anda menyumbang lima belas milyar untuk acara amal Kota Guaye?" Lani bertanya dengan senyuman di wajahnya. Jason rusak langsung menjawab, dia diam untuk beberapa waktu, membuat semua orang di bawah menyipitkan mata menunggu jawabannya. "Alasan? Aku rasa selain kemanusiaan tidak ada hal lain yang dapat dikatakan. Sebagai seorang yang memiliki hati, tidak mungkin hanya diam ketika melihat saudara kita di Kota Guaye yang tengah menghadapi kemalangan." Lani bertepuk tangan, menyulut tepuk tangan dari semua orang yang ada dalam ruangan. "Saya sangat terpukau akan jawaban Tuan Jason. Memang, kemanusiaan terkadang dapat membuat hari tergerak untuk melakukan perbuatan mulia." Lani kemudian melanjutkan ke nama peringkat sembilan, sementara Jason sudah meninggalkan panggung tepat setelah memberikan jawaban.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD