"Baiklah, Iza tolong antar Hime bersama Tomoe ya. Kami orang tua akan berbincang lebih lama," ucap Zika saat kedua keluarga itu sudah berada di depan restoran. "Baik, ibu," jawab Iza. Setelah itu Hime dan Tomoe langsung duduk di kursi penumpang yang ada di belakang dan Iza yang mengemudikan mobil.
Selama perjalanan, tidak ada yang berbicara. Iza sedang fokus mengemudi sedangkan Tomoe hanya menatap keluar jendela. Hime yang duduk di sebelah Tomoe beberapa kali melirik Tomoe dengan bingung. Setelah pulang dari sekolah lagi sampai bertemu sekarang. Tomoe hanya diam, berbeda dengan saat mereka bertemu di gerbang sekolah.
Sebenarnya kenapa suasana hati Tomoe menjadi kesal?
"Nona Shirayuki, saya ada pertanyaan," ucap Iza yang memecahkan keheningan. "Eh? Ya, sialakan. Tuan Shiroima bisa memanggil saya Hime," ucap Hime. "Baiklah, Hime. Panggil saja aku Kak Iza seperti Tomoe dan Akira," ucap Akira. "Baik," jawab Hime.
"Hime, apa sebenarnya kau sudah tahu kalau kami mempunyai kekuatan?" tanya Iza langsung. Membuat Tomoe terkejut dan langsung melirik Hime. "Eh? Apa maksud kak Iza?" tanya Hime bingung. "Sepertinya Akira menceritakan soal kami, maksudku soal manusia yang mempunyai kekuatan di luar nalar manusia seperti elemen," jawab Iza.
Hime hanya diam dengan ekspresi bingung. Iza tersenyum kecil melihat wajah Hime dari kaca de dekat pengemudi. "Ternyata benar. Tenang saja, kami tidak akan melakukan apapun kepadamu Hime. Justru seharusnya kamu harus tahu karena kamu akan menjadi bagian dari keluarga Suzukawa," ucap Iza.
"Ah, em ... benar, sebenarnya Akira sudah menceritakan kepadaku sampai kondisi Suzukawa, saat kak Iza dan Suzukawa sedang memperbaiki keadaan rumah sakit yang kacanya tiba-tiba pecah semua," jelas Hime. "Hm ... jadi Akira sudah menceritakanmu sampai keadaan Tomoe. Kalau begitu, ini akan mudah," ucap Iza.
"Apa maksud kak Iza?" tanya Hime. "Kau pasti tahu jika Tomoe adalah satu-satunya penerus keluarga Suzukawa yang bisa mengendalikan semua elemen, tapi memiliki tubuh yang lemah sehingga tidak bisa menahan besar kekuatannya? Itulah kenapa kami membutuhkan bantuanmu untuk menahan kekuatan Tomoe agar tidak akan membahayakannya," jawab Iza.
"Tapi, aku kan tidak mempunyai kekuatan yang bisa menahan kekuatan Suzukawa," ucap Hime. "Kekuatanmu hanya belum bangkit saja," ucap Tomoe. "Eh? Kekuatan?" tanya Hime bingung. "Keluarga Shirayuki adalah satu-satunya keluarga yang selalu melahirkan anak dengan kekuatan yang di sebut Holy Maiden, dengan kekuatan itu bisa di gunakan untuk menyegel atau menahan kekuatan yang berbahaya," jelas Tomoe.
"Eh? Tapi, aku belum pernah mendengar soal itu?" tanya Hime bingung. "Itu karena sudah lima puluh tahun keturuna keluarga Shirayuki tidak terlahir dengan kekuatan Holy Maiden, jadi mereka berpikir jika keluarga Shirayuki sudah berakhir. Tapi, ayahmu berhasil membawa kembali nama keluarga Shirayuki dalam bidang bisnis, bukan spiritual," jelas Tomoe.
"Benar. Tapi, kau lahir. Kau adalah satu-satunya keturunan keluarga Shirayuki yang terlahir dengan kekuatan Holy Maiden, itulah sebabnya kau akan menjadi incaran orang-orang yang memiliki kekuatan spiritual tinggi. Itulah kenapa, orang tuamu mau menjodohkanmu dengan Tomoe. Orang tuamu yang takut akan membawamu dalam bahaya karena memiliki kekuatan itu, sedangkan keluarga Suzukawa yang membutuhkan kekuatan Holy Maiden untuk menahan kekuatan Tomoe. Kami bisa memberikan perlindungan kepadamu dan keluargamu jika kamu menjadi bagian dari kami. Tapi, jika saat itu kau menolak, kami tidak bisa memberikan perlindungan kepadamu dan keluargamu," ucap Iza.
"Jadi, kalau aku menolak..."
"Tenang saja. Sepertinya, kalau kau menolak atau tidak, Tomoe dan Akira pasti akan membantu dan melindungimu," ucap Iza sambil tersenyum ceria. "Huh ... diamlah kak," ucap Tomoe kesal. Hime yang melihat itu langsung tersenyum kecil.
Namun, senyuman itu tidak bertahan lama. Ia langsung menundukkan kepala dengan sedih. "Tenang saja, Hime. Selama kekuatanmu belum terbangkitkan, kau akan aman. Jadi, kau tidak perlu khawatir," ucap Iza. Tapi, bukan berarti kekuatanku tidak akan pernah bangkit kan? Bukankah itu berarti aku akan membahayakan ayah dan ibu lalu bagaimana dengan Suzukawa nanti? batin Hime sambil menatap Tomoe yang sedang menatap keluar jendela.
***
Akira sedang duduk di depan komputer yang memiliki enam layar , ia berada di ruangan yang gelap dan hanya terdapat cahaya dari layar komputernya. Jari-jarinya tidak ada hentinya menari diatas keyboard hingga terdengar suara ketukan pintu. Akira meninggalkan mejanya untuk membukakan pintu. "Ada apa ibu?" tanya Akira. "Kau ini, sudah mengurung diri di ruangan kontrol dari pulang sekolah. Apa kau tidak ingin makan malam? Ayo makan malam, ayahmu sudah menunggu di bawah," ucap Yuki.
"Oh, baiklah. Aku akan segera turun," ucap Akira. Yuki mengangukkan kepala lalu berjalan meninggalkan Akira. "Hm ... aku lanjutkan nanti lagi deh," ucap Akira sambil menatap komputernya. Setelah itu, ia berjalan menyusul Yuki menuju ruang makan. Begitu sampai di ruang makan, terlihat pria berambut hitam yang sedang menikmati kopi sambil memainkan phonselnya.
"Jarang sekali melihat Ayah pulang secepat ini," ucap Akira sambil duduk di sebelah ayahnya, Yamamoto Kakeru. "Kau ini, memang ayah tidak boleh pulang cepat?" tanya Kakeru. "Hehe ... kan memang benar jika ayah jarang pulang jam segini. Biasanya tengah malam ayah baru pulang," ucap Akira santai.
"Ya, karena pekerjaan ayah lebih sedikit dari biasanya," ucap Kakeru. "Ada apa? Apa ada masalah di kantor?" tanya Akira bingung. "Sudah-sudah, jangan membahas masalah kantor saat makan. Kau juga Kakeru, jangan sampai membuat Akira mengerjakan tugasmu, dia masih harus fokus belajar," ucap Yuki menghentikan pembicaraan ayah dan anak itu.
"Haha ... baiklah, sayang," ucap Kakeru sambil tertawa kaku. Setelah itu mereka menikmati makan malam bersama dengan tenang.
~~~
Setelah makan malam, Akira langsung kembali ke kamarnya dan mengunci diri di ruang kendali, ia kembali melanjutkan aktivitasnya di komputer. "Hm ... apa yang sedang kau kerjakan? Sampai setelah makan malam langsung mengunci diri di sini?" tanya Kakeru yang tiba-tiba mucul di bibir pintu. "Eh? Ayah, bagaimana bisa masuk?" tanya Akira bingung.
"Ya, tentu saja menggunakan ini," ucap Kakeru sambil menunjukkan master key yang biasanya di bawa Makoto yang menjadi kepala pelayan di rumah Yamamoto. "Hah ... ada apa ayah?" tanya Akira setelah menghembuskan napas berat.
"Ayah hanya penasaran dengan apa yang sedang kau lakukan. Setelah makan malam kau langsung pergi ke kamarmu, ayah pikir kau sedang mengerjakan tugas, ternyata bermain," ucap Kakeru. "Ish ... aku tidak sedang bermain. Aku sedang mencari informasi," ucap Akira kesal.
"Hm? Informasi?" tanya Kakeru sambil berjalan mendekati Akira dan menatap keenam layar komputer yang ada di hadapannya. "Oh ... kau sedang mencari informasi mengenai pergerakan BIIJ ya? Memang ada apa?" tanya Kakeru.
"Mereka sudah mulai bergerak lagi. Mereka berani dengan terang-terangan menyerang Tomoe dan tunangannya saat perjalanan pulang," jawab Akira. "Hah? Benarkah? Sepertinya dia suka sekali bermusuhan dengan keluarga Suzukawa dan keluarga kita," ucap Kakeru.
"Itulah sebabnya, aku ingin mencari tahu informasi mengenai pergerakan BIIJ, karena saat aku sedang menjaga tunangan Tomoe di rumah sakit Suzukawa. Iku muncul dan ingin melakukan kontak dengan tunangannya Tomoe," jelas Akira.
"Dan dia masih hidup?" tanya Kakeru terkejut. "Tentu saja dia masih hidup. Karena saat itu Tomoe sedang kembali ke rumahnya untuk mengambil sesuatu," ucap Akira. "Hm ... entah dia itu hebat atau karena dia itu keras kepala, setelah terluka cukup parah akibat melawan Iza dan Toki. Dia masih berani menggangguk keluarga Suzukawa," ucap Kakeru.
"Tentu saja pertahanan tubuhnya kini semakin kuat. Apalagi dia sudah menjadi kepala BIIJ, tentu saja itu sudah menandakan jika dia sudah menjadi semakin kuat, dan aku pikir dia dari SMP terlalu terobsesi dengan Tomoe," ucap Akira.
"Ya, bagaimanapun, ini juga menjadi masalah kita. Akira, jika kau membutuhkan sesuatu, kau bisa bilang kepada ayah," ucap Kakeru. "Baik, ayah," ucap Akira. Setelah itu, Kakeru berjalan meninggalkan Akira yang kembali sibuk dengan komputernya.
***
Seorang pria bermabut hitam tengah duduk di kantornya sambil bersandar di kursi kerja yang nyaman lalu menatap pemandangan bulan purnama yang terlihat indah sambil tersenyum kecil. "Tuan, kami kembali," ucap seorang pria berambut biru tua yang muncul bersama seorang wanita berambut pria yang diikat pony tail sambil berlutut di hadapan pria itu.
"Bagaimana misi kalian?" tanya pria berambut hitam itu. "Kami telah menemukan peta menuju keempat batu permata sihir itu," ucap pria berambut biru tua. "Bagus, berikan kepadaku," ucap pria berambut hitam yang ternyata adalah Shimamura Iku. Pria yang menjadi pemimpin anggota BIIJ dan menjadi musuh dari keluarga Yamamoto dan Suzukawa setelah apa yang ia lakukan kepada Tomoe saat SMP.
Pria berambut biru tua itu menyerahkan gulungan yang terbuat kertas yang sudah tua sehingga terlihat warna kecokelatannya. Iku membuka gulungan itu dan terlihat peta yang menggambarkan Jepang dengan tanda 'X' di empat bagian. "Hm ... jadi keempat permata di simpan di tempat yang berbeda. Osaka, Kyoto, Yokohama, dan Kobe. Kyoto berarti di jaga oleh keluarga Suzukawa, Osaka di jaga keluarga Yamamoto, Yokohama di jaga keluarga Kazesawa, sedangkan Kobe tidak ada yang menjaga karena tidak ada yang mengetahui keberadaan permata itu," ucap Iku.
"Benar tuanku. Kami sudah mencari tahu mengenai keberadaan permata keempat. Tapi, kami tidak bisa menemukannya. Tolong maafkan kami," ucap pria berambut biru tua. "Sudahlah, kalian sudah berhasil menemukan peta ini. Jadi akan aku maafkan. Kalian bisa pergi sekarang," ucap Iku. "Baik, tuan." Setelah itu, kedua orang itu langsung menghilang dari hadapan Iku.
"Setidaknya aku sudah menemukan peta in. Dengan begitu, aku bisa memulai kehancuran keluarga Suzukawa, dan aku yakin Tomoe pasti akan bergabung denganku," ucap Iku lalu tertawa lepas.
***
Tomoe baru saja sampai di kamarnya. Ia langsung menjatuhkan diri di tempat tidur, entah mengapa hari ini dia merasa begitu lelah dan kesal. Terutama saat melihat Hime yang berbicara dengan senang kepada dua gadis dari kelasnya. Terutama ucapa mereka saat meninggalkan kelas tadi.
"Aku sungguh ingin membunuh mereka," ucap Tomoe lalu mengambil phonselnya di saku celana untuk menghubungi Akira.
"Aku ingin kau menyelidiki dua gadis yang tadi berbicara dengan Shirayuki."
"Aku tidak ingat siapa nama mereka."
"Lakukan saja apa yang aku minta."
"Bukan itu maksudku. Aku hanya curiga dengan kedua anak itu. Tapi, aku membutuhkan bukti yang pasti sebelum menceritakannya kepadamu. Itulah kenapa aku ingin kau menyelidiki mereka dulu. Aku tunggu informasi itu besok."
"Hah ... baiklah, akan aku beriwaktu beberapa waktu. Karena aku juga harus mengawasi mereka."
Setelah itu, Tomoe memutuskan hubungan teleponnya lalu meletakkan phonselnya di meja kecil yang ada di samping tempat tidur lalu berjalan menuju kamar mandi.
***
Hari demi hari berganti, sudah dua minggu Tomoe mengawasi pergerakan Yui dan Ena, dan Akira yang sibuk dengan penyelidikannya mengenai kedua gadis itu. Hime yang tidak menyadari aktivitas yang dilakukan Tomoe dan Akira, menganggap mereka seperti biasa.
Bel tanda sekolah telah berakhir berbunyi. Yui dan Ena seperti biasa langsung menghampiri Hime setelah guru meninggalkan kelas. "Hime, ayo kita pulang bersama," ucap Yui. "Benar, kita kan tidak pernah pulang bersama. Bagaimana jika kita pulang bersama hari ini?" tanya Ena sambil memeluk lengan Hime.
Hime yang terlihat bingung langsung menatap Tomoe dan Akira. "Pergilah, kami tidak masalah," ucap Akira. Hime menatap Tomoe, namu seperti biasa pemuda itu mengalihkan pandangannya seperti tidak peduli. "Kalau begitu, aku pulang dulu," ucap Hime. "Hati-hati," ucap Akira. Setelah itu, Ena dan Yui langsung menarik Hime meninggalkan Akira dan Tomoe yang masih di kelas sendirian.
"Ternyata mereka mulai bergerak hari ini," ucap Tomoe saat Hime dan kedua temannya sudah menjauh dari kelas. "Kau benar. Hah ... aku tidak menyangkah jika anggota BIIJ sampai menyamar menjadi murid di sekolah ini untuk mengawasimu," ucap Akira. "Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?" tanyanya.
"Apa lagi? Membunuh mereka," jawab Tomoe dengan dingin lalu berjalan meninggalkan Akira. "Hah ... mereka suka sekali membuat Tomoe kesal," ucap Akira lalu berlari kecil menyusul Tomoe.
***
Hime, Ena, dan Yui berjalan dengan berbicara ceria di tempat yang sepi. Hime mulai merasakan kejanggalan yang terjadi disekitarnya. Entah mengapa, ia merasa jika mereka sedang diawasi. "Bagaimana jika kita berjalan di tempat yang lain? Entah kenapa tempat ini sangat sepi," ucap Hime. "Tenang saja, kami biasa lewat sini, dan tempat ini sangat aman," ucap Yui ceria.
"Hm ... tapi, tempat ini bukankah semakin menjauh dari jalan ke rumahku?" tanya Hime. Benar. Meskipun Hime tidak pernah mengetahui jalan karena ia selalu di antar atau di jemput supir dari rumahnya. Tapi, ia mengingat jalan yang biasa dilewatinya. Tempat ini berbeda dengan jalan yang biasa dia lewati untuk pulang.
"Ck ... ini tidak akan berhasil, ternyata kau pintar juga," decak Ena lalu mendorong Hime hingga terjatuh. Hime menjadi bingung dengan keadaannya saat ini. Apa yang sebenarnya terjadi? batin Hime. "Ena, Yui. Ada apa?" tanya Hime bingung.
"Biar kami bilang ya. Kami tidak pernah menyukaimu dari awal karena terlalu dekat dengan tuan Suzukawa dan tuan Yamamoto. Beruntung kami mendapatkan misi untuk menghabisimu dari markas," ucap Yui sambil menyeringai. "A-apa maksud kalian?" tanya Hime bingung.
"Ternyata kau masih berpura-pura bodoh dalam keadaan seperti ini ya?" tanya Yui. Hime hanya bisa merangkak mundur karena Yui dan Ena yang berjalan pelahan mendekatinya sambil menyeringai. Angin tiba-tiba berembut kuat di sekitar Hime. Membuat Hime harus melindungi matanya dari debu-debu yang bertererbangan, samar-samar Hime dapat melihat di kedua tangan Ena muncul asap berwarna hitam.
Ia menjadi bingung dengan keadaannya sekarang. Suzukawa, Akira. Tolong aku! batin Hime berteriak. "Mati kau wanita sialan!" teriak Ena dan meloncat menyerang Hime. Hime hanya bisa menutup matanya dan siap menatah sakit. Namun, rasa sakit itu tidak kunjung datang. "Kau bisa membuka matamu." Bukan rasa sakit yang ia rasakan.
Ia merasakan tangan yang hangat memeluknya dan suara yang terdengar lembut dan sangat ia kenal. Hime membuka matanya dan terkejut dengan pemandangan yang ada di bawahnya. Aku terbang? tanyanya bingung. "Hati-hati agar kau tidak jatuh." Hime langsung mengangkat wajahnya dan bertatapan langsung dengan pria bermata hitam yang sangat ia kenal.
"Suzukawa!" ucap Hime terkejut. "Kau bisa memanggilku, Tomoe. Hime," ucap Tomoe sambil tersenyum kecil. "To,Tomoe," ucap Hime dengan wajah yang panas dan langsung menundukkan kepalanya karena terlalalu malu jika bertatapan langsung dengan Tomoe dengan sangat dekat.
"Pegang yang kencang," ucap Tomoe. "Ba,baik," ucap Hime lalu memeluk Tomoe dengan erat. "Kalian pikir kami tidak tahu jika kalian berasal dari BIIJ?" tanya Tomoe tajam menatap Ena dan Yui yang masih terdiam karena terlalu terkejut.
"Kalian telah berani ingin membunuh Hime dan membuat Tomoe marah. Berarti kalian harus siap menerima konsekuensinya," ucap Akira yang tiba-tiba muncul di depan Ena dan Yui sambil bersandar di salah satu pertokoan yang tutup. "Serang!" teriak Ena panik ke jam tangan hitam yang ada di tangan kanannya. "Percuma," ucap Akira sambil mengeluarkan pistol dari sakunya dan mengayunkannya sambil tersenyum kecil.
"Aku sudah membunuh semua para sniper yang tidak memiliki kemampuan khusus itu," ucap Akira santai. "E,Ena. Bagaimana ini?" tanya Yui sambil bersembunyi di belakang Ena sambil gemetar ketakutan. "Tenang saja, lawan kalian bukanlah aku. Kalian telah berani ingin melukai tunangan keluarga Suzukawa, jadi kalian akan berhadapan langsung dengan Tomoe," ucap Akira santai.
Ena dan Yui yang mendengar itu menjadi sangat terkejut lalu menatap Hime dan Tomoe yang masih berada di udara. "Bagaimanapun, kita harus tetap melawan mereka, Yui," ucap Ema. Yui menganggukkan kepala, lalu mereka langsung berlari dengan cepat menyerang Akira.
Namun, dengan cepat Akira menghindar lalu meloncat ke gedung pertokoan yang hanya satu lantai. "Kan aku sudah bilang, lawan kalian adalah Tomoe. Kenapa kalian menyerangku?" tanya Akira. "Akira jaga Hime," ucap Tomoe lalu menurunkan Hime di samping Akira. "Oh, baiklah," ucap Akira. Setelah itu. Tomoe langsung mendarat dan menatap tajam kedua gadis yang ada di hadapannya. "Ck!" Ena berdecak lalu mereka langsung berlari menyerang Tomoe.
"Wind Element: Tornado!"
Angin berembus sangat kencang di sekitar Tomoe hingga membentuk tornado yang mengurungnya di dalam. "Dark Element: Shadow Step!" Ena dengan cepat berlari tanpa mengeluarkan suara, lalu mengeluarkan dua pedang pendek. Begitu tornado yang dibuat Yui menghilang, Ena langsung menyerang Tomoe dari belakang.
Tomoe hanya diam, membiarkan pedang Ena yang semakin dekat. "Tomoe, awas!" teriak Hime panik. Tiba-tiba pedang Ena yang akan menancap di leher belakang Tomoe terhenti di udara. Membuat Ena menjadi sangat terkejut. "Tenang saja Hime. Orang-orang seperti mereka tidak akan mudah mengalahkan Tomoe," jelas Akira.
Meskipun Akira bilang begitu, Hime tidak pernah bisa merasa lega, ia selalu khawatir akan terjadi sesuatu yang buruk kepada Tomoe. Ena langsung menarik kembali pedangnya dan menjauh dari Tomoe. "Apa hanya itu kemampuan dari anggota BIIJ?" tanya Tomoe.
"Wind Element..."
"Dark Element..."
"Element Combination: Dark Wind!" teriak Ena dan Yui bersamaan sambil mengarahkan kedua tangannya ke Tomoe dari sisi depan dan belakang. Tornadi kembali terbentuk, dan mengurung Tomoe lalu muncul sebuah anak panah berwarna hitam yang berukuran cukup besar lalu menancap di tornado hingga mengakibatkan ledakan.
Ena dan Yui terlihat mulai kelelahan, Hime menjadi sangat khawatir dengan keadaan Tomoe. Tapi, Akira hanya diam saja lalu menyeringai. "Tomoe, bagaimana jika kau segera selesaikan ini agar tidak membuat Hime khawatir!" teriak Akira. Membuat ketiga gadis itu menjadi sangat terkejut. Tidak mungkin manusia bisa lolos dari serangan kombinasi mereka.
Asap yang di sebabkan oleh ledakan sebelumnya terlihat mulai menipis, hingga terlihat sosok Tomoe yang masih berdiri dengan tenang tanpa tergores sedikit pun.
"Untuk orang-orang yang sama-sama dari SMP yang sama, kalian sungguh mengecewakan nama baik sekolahan," ucap Tomoe dengan dingin. Tiba-tiba udara menjadi begitu dingin lalu mulai turun salju. Membuat Hime menjadi bingung dan terkejut. Di musim semi seperti saat ini, bagaimana bisa turun salju.
"Pertama kau," ucap Tomoe sambil berjalan mendekati Yui yang ada di hadapannya. Setiap langkah yang diambil Tomoe membekukan jalan. Ena yang terkejut melihat itu berusaha menyerang Tomoe. Namun, ia langsung terpukul mundur hingga menabrak dinding dan langsung pingsan. Tomoe menjentikkan jarinya dan membuat Yui seketika langsung terkejut dan membeku.
Setelah itu ia juga membekukan Ena yang tidak sadarkan diri. Tomoe menjentikkan jarinya sekali lagi dan terlihat seperti sebuah cahaya yang melintas dengan cepat di Yui dan Ena. Membuat Akira langsung menutupi wajah Hime. Membuat Hime tidak tahu dengan pemandangan mengerikan yang terjadi.
Pemandangan saat tubuh Yui dan Ena terpotong menjadi bongkaha-bongkahan es. Saat Akira menyingkirkan tangannya dari mata Hime. Pemandangan mengerikan itu sudah menghilang. Hime tidak melihat Yui dan Ena. Ia hanya melihat Tomoe yang berdiri sendirian di jalan yang sepi.
Setelah itu, Akira membawa Hime mendekati Tomoe. "Syukurlah kami datang tepat waktu," ucap Akira sambil menurunkan Hime. "Terima kasih sudah datang. Tapi, kemana Yui dan Ena?" tanya Hime bingung. "Mereka ada di rumah mereka. Sebenarnya, dari awal gadis bernama Shiratori Yui dan Kobayashi Ena yang kau kenal adalah orang-orang BIIJ yang menyamar. Jadi, besok saat kau bertemu dengan mereka. Kemungkinan mereka tidak akan mengetahui apa yang selama ini kalian lakukan. Karena dari awal itu bukanlah mereka," jelas Tomoe.
"Jadi..." Hime menjadi sangat sedih mendengar apa yang di jelaskan Tomoe. "Kami akan menjelaskan selanjutnya nanti saat kau sudah sepenuhnya menjadi bagian dari Suzukawa. Sekarnag belum saatnya untuk kau mengerti," ucap Tomoe. Hime hanya bisa menganggukkan kepala. Namun ia masih merasa sedih jika mengingat kenangan selama dua minggu ini.
Setelah itu, Tomoe membawa Hime pulang bersama Akira dengan Yuu yang sudah menunggu mereka tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
Bersambung...