Part 2

1594 Words
"Terlambat ya? Apakah bapak ibu ada masalah rumah tangga?" Yap, sebuah kalimat berlogat khas batak yang mampu membinasakan Ana dalam hitungan detik.Dipikirannya sudah terbayang akan bagaimana dirinya nanti. Menghormat tiang bendera,membersihkan toilet cewek dan hal yang menyeramkan lagi yaitu mendengar kan pencerahan jiwa sebanyak 100 pasal. "Ahhhh ibu bisa aja,maaf ya bu kami terlambat. Soalnya saya murid baru dan tidak tau alamat sekolah ini,jadi saya meminta Ana untuk mengantarkan saya." Bram memecahkan keheningan, ia tersenyum sampai membuat ibu Farida sedikit luluh. Tak menunggu beberapa detik, ibu Farida langsung mengubah raut wajahnya. "Oohhh,kau murid yang baru pindah dari Bandung itu ya. Mari sini,biar ibu antar ke tata usaha sekalian ibu cari ruangan untuk kau." Seketika itu juga Ana melongok keheranan. Sungguh hal yang sangat impossible . Seorang ibu Farida tidak jadi meledak hanya karena senyuman gila dari seorang murid baru? Itulah yang terjadi. Ibu Farida berjalan sambil merangkul Bram dan meninggalkan Ana yang masih mematung. Tunggu! Gue ditinggalin sendiri?. Kurang asem nih hidup.. "Eehhh,ngapai kau disitu Ana?masuk! berdiri-diri kau kayak patung. Gak mau kau belajar? Cepat masuk kekelasmu!" Ibu Farida berpaling dan malah membentak Ana. Sebenarnya ia tidak membentak,hanya saja logat Batak itu tak pernah luntur dari ibu Farida. "Iya,iya Bu,"Ana berlari menunduk dan meninggalkan mereka. Bram hanya bisa melihatnya dengan tersenyum. Masih dalam pikiran kacau dan tatapan kosong,Ana berlari ke arah kelasnya. Tiba-tiba ia menabrak seseorang yang mengkin tidak diperhatikannya. "Aduh,maaf saya buru-buru"Ana menunduk dan hendak meninggalkan orang itu. Tetapi orang itu malah menarik lengan kanannya. "Elo kenapa Na? Elo terlambat?" Orang itu,dengan suara basnya yang paling super duper cool membuat Ana mendongakkan kepalanya. "Eh,Revan. Sorry ya,gue terburu-buru banget. Iya gue terlambat. Udah dulu yah,gue mau masuk kelas dulu," Revan melepaskan tangan Ana dan membiarkannya berlari dengan membawa banyak buku dan sebuah kotak makan siang. Manis,lucu dan cantik. Ana sampai didepan kelasnya. Tapi ia tidak langsung masuk,malahan duduk di kursi panjang dikoridor dan mengatur nafasnya yang tidak teratur. Ia masih mencoba menenangkan pikirannya akan apa yang terjadi pagi ini. Tiba-tiba suara seorang lelaki menyadarkannya. "Mau apa cari kak?" Kini orang tersebut menepuk pundak Ana.Membuatnya.. "Huaaaaahh,jantung copot, jantung copot" Ana terkejut bukan main. Ia mengelus dadanya dan mendongakkan kepalanya keatas. "Oohhh ternyata bapak? Maaf ya pak. Saya tadi terlambat. Tapi saya enggak dihukum kok,tadi ada murid baru yang..." "Sudah,masuklah bapak tau kamu orang baik-baik" bapak itu,maksudnya pak Tresno menyuruh Ana masuk. Sebuah kebahagiaan yang tak bisa terungkapkan. Ana hanya tersenyum sambil menunduk. Ia masuk dan duduk paling depan,yah bangku yang berhadapan langsung dengan meja guru. *** "Kamu berasal dari SMA mana?" Pegawai tata usaha bernama Inem itu menanyai Bram untuk yang kesekian kalinya. "Hmmmm,SMA Nusa Bangsa Bandung ibu."Bram mencoba tersenyum meskipun ia sudah mulai gelisah. Namun, ia sadar kalau yang ada di tata usaha itu hanyalah seorang wanita tua yang sudah lamban dalam mengetik. "Kamu mau masuk jurusan mana tadi?" Tanya ibu Inem lagi. Untuk kesekian kalinya Bram mendengus kesal. " Mau masuk IPA Bu,IPA." Inem kembali mengetik. "Kenapa orang tua gak ikut mendaftarkan atau wali?" Tanyanya untuk yang kesekian kali juga. Bram tampak mulai frustasi. Andai saja ia tidak beriman,mungkin dari tadi ia sudah membantingkan kepalanya ke dinding. Tetapi ia mencoba sabar,karna yang sedang dihadapinya sekarang adalah seorang wanita tua dan suasana yang terbilang seperti kuburan. Yang terdengar hanyalah suara ketikan komputer yang sangat lambat. "Kemarin orang tua saya sudah mendaftarkan saya Bu,bahkan sampe sama kepala sekolah langsung Bu. Tapi, sekarang mereka sibuk, mereka nyuruh saya kesekolah sendiri. Karena tinggal nyari ruangan." Jawabnya sedikit diperlambat. "Oohh,coba saya lihat,siapa tau saya lupa sama berkas kamu." Kata Inem. Dengan mata yang mencipit-cipit ia mulai mencari di komputernya. Ingin rasanya Bram berteriak hebat pada saat itu juga. Untuk mengatasi itu, Bram hanya mengetuk-ngetukan tangannya di atas meja. Setelah beberapa menit menunggu, tiba-tiba Inem berteriak ,membuat Bram sedikit melompat. " Oohhh,ini ternyata.Saya lupa,disini tertulis kamu masuk ke.." Tokk..Tokk..Tokk "Permisi Bu,saya mau ngambil spidol sama tinta baru." Seorang gadis berkacamata berambut acak-acakan datang dengan nafas tidak teratur. Bram melihatnya sedikit terlonjak,mereka sempat bertatapan,namun cepat terputus karena ibu Inem memberikan spidol beserta tinta itu. "Makasih Bu,permisi" Kata Ana sopan. Ia pun pergi meninggalkan mereka berdua. "Mari saya antar kamu." Ibu Inem berdiri diikuti oleh Bram. Mereka berjalan melewati koridor kelas. Ibu Inem memimpin didepan, lebih anehnya ia memegang erat-erat tangan Bram. Beberapa kali berputar-putar,mereka tetap belum berhenti. Bahkan sempat memasuki kelas yang salah. Tapi, ibu Inem selalu merasa benar. Mungkin Bram sudah hampir gila,ingin rasanya ia berteriak seperti zombie flaka yang menelan pil pcc. Setelah lama berputar-putar,mereka akhirnya berhenti disebuah pintu yang atasnya tertulis XI-Ipa 2. Kemudian mereka masuk. Bram terkejut lagi ketika ia melihat seorang gadis dikelas itu. Dia adalah Ana. Bram memperkenalkan namanya,lalu duduk di samping Ana. *** Sebelum itu.... Flashback on Saat Ana ingin duduk,ia melihat sebangkunya kosong. "Loh, Ayu mana? Dia gak datang lagi?" Ana bertanya kepada teman dibelakangnya.Namanya Diko. "Katanya sih udah out dianya." Diko menjawab sambil memakan bekalnya. "Ihhhh, elo nih. Guru masih aja keluar sebentar,lo langsung makan," Ana membanting bukunya ke meja.Membuat semua orang melihat kearah mereka. "Udah neng, langsung kepengadilan aja,biar cerai sekalian," Teriak seseorang dari sudut. Dia adalah koko,sebenarnya nama aslinya adalah Christopher Agustinus. Namun karna kebiasaannya yang selalu mempraktikkan iklan choco crunch,ia dipanggil menjadi Koko. Koko adalah seorang siswa kelas sebelas IPA dua yang paling jahil sekaligus abstrak yang pernah ada. "Bising lo,"Ana menatapnya tajam. "Jangan jutek amat sih neng,nanti cepat tua tau. Bang Diko ntar nyari yang lain gimana?" Rayu Koko dengan nada genit yang dibikin-bikin. Koko memang selalu menjodohkan Diko dengan Ana. Bahkan sejak kelas sepuluh sampai sekarang. "Ribut banget si bibir Lo,nanti gue jahit, lo terdiam.." Kali ini Diko angkat bicara. Memang,Diko suka sama Ana dari pertama masuk sekolah. Tetapi dia malu untuk mengungkapkannya. Maka dari itu,setiap pemilihan bangku atau kelompok,ia selalu meminta dengan Ana. Meskipun Ana selalu memberi respon datar kepadanya. "Ahhhh,sial banget sih gue hari ini. Udah terlambat,ketemu cowok aneh,sebangku gak sekolah,buku sebagian sama dia,utangnya belum dibayar, ditambah ngobrol sama yang kurang waras juga,apes dah.." Ana memijat kepalanya yang terasa puyeng. Pak Tresno datang sehingga kelas kembali hening. " Yah,kita masuk ke materi kita. Hari ini kita belajar mengenai Alkana, Alkena dan Alkuna." Semua siswa serentak mendengus kesal. Bayangkan saja,pelajaran yang paling membosankan bagi mereka hanya ada dua, yaitu Kimia dan Fisika. Padahal,mereka adalah anak IPA. Sungguh ajaibnya! "Baik,kita buka buku Kimia wajib halaman 106." Pak tresno mengambil spidol white board dan mulai menulis. "Al...ka..na..." Tiba-tiba pak tresno berhenti. "kenapa dengan spidol kita ini,kok lain?" Pak tresno melihat kearah semua siswa. Ia lalu mencoba menghapusnya,tetapi tidak bisa. Semua siswa tertawa dan berteriak, "Pak,itu spidol permanen. Makanya gak bisa dihapus. Hahahahah" "Ya ampun,dasar anak-anak malas belajar.Ana tolong ambilkan spidol yang benar di tata usaha." Pak tresno langsung menyuruh Ana kemudian ia duduk. Dengan sigap,Ana hendak pergi untuk mengambilnya. "Psstt..Pstt.. Ana,dilamain aja biar lama kita belajar,okeh?" Terdengar bisikan halus dari sudut. Siapa lagi kalau bukan Koko. Siswa paling anti sama yang namanya Kimia dan Fisika. Seandainya Pak Tresno tahu bahwa yang membuat spidol permanen itu adalah Koko,ia pasti akan disuruh berdiri di atas bangku sambil menghapal sistem periodik unsur mulai golongan 1 sampai 7 . Sungguh luar biasa. "Diam Lo,dasar otak juling!"Ana menatapnya tajam lagi. Ia pun pergi dan berlari ke tata usaha. Beberapa menit kemudian ia datang sambil membawa spidol dan tinta baru. Baru saja duduk, Inem beserta murid baru itu datang. " Nah, kamu bisa duduk di bangku Ana. Kebetulan teman sebangkunya sudah tidak sekolah lagi. Ini adalah takdir bagi kalian."Bu inem meninggalkan kelas begitu saja. Pak Tresno pun menyuruhnya memperkenalkan nama. "Perkenalkan,nama gue itu Bram Weldison, gue berasal dari SMA Nusa Bangsa Bandung, alasan gue pindah karna bos gue pindah kerja. Ada pertanyaan?" Dengan pedenya Bram memperkenalkan diri dan membuat semua gadis dikelas itu histeris. Kecuali Ana,dia bahkan tidak menghiraukan Bram sedikit pun. Alasannya,karna Bram akan jadi teman sebangkunya. "Nomor telepon? Nama sosmed? Pin? Status? Udah punya pacar belom? Rumahnya sekarang dimana? Ukuran baju sama sepatunya berapa?" Tanya satu dari sekian gadis yang paling gila di kelas sebelas IPA dua. Namanya adalah Lauren. Orang yang paling hiperaktif sekaligus teralay. Bram hanya bisa tersenyum simpul, " kalau itu,kita dua aja nanti yang tau.." Kelas menjadi histeris, dan wajah Lauren terlihat memerah. Ia pun menggangguk sambil tersenyum. "Sudah,sudah. Gitu aja dipermasalahkan,silahkan duduk nak Bram,biar kita mulai belajarnya." Pak Tresno mempersilahkan Bram duduk disamping Ana. "ciiieeeeeeee..." Kelas pun kembali ribut. Koko yang dari tadi terlihat gusar kini berdiri seperti seorang pahlawan kesiangan. "Gue gak terima kalau Ana sebangku sama tuh murid baru. Soalnya Diko sama Ana itu belum resmi bercerai." Aksi heroik itu hanya direspon tatapan tajam oleh Ana dan Diko. Meskipun Diko memang pasti merasa tidak terima,tetapi tidak ditunjukkan olehnya. "Sudah,,sudah. Nak Koko,duduk nak,kalau tidak kamu nanti bapak suruh menjelaskan teori atom Dalton kedepan sini mau?" Tanya pak Tresno yang membuat kelas kembali hening dan Koko duduk ketempatnya. Bram pun duduk disamping Ana dan membuka buku kosong beserta sebuah pulpen. Flashback off.. Bel itu membuat semua siswa sebelas IPA dua berteriak heboh. Itu artinya pelajaran kimia sudah selesai. Semua orang mengambil kegiatannya sendiri. Ada yang berkaca,bermain gitar,bermain games,ke kantin maupun ke toilet. Saat itu Koko dan kawan-kawannya mendekati meja Bram dan saling memperkenalkan diri. Mereka pun pergi ke kantin. "Dadah Ana,jangan kangen sama Diko ya,kita cuma sebentar kok." Rayu Koko yang hanya mendapat lemparan botol minum dari Ana. "Saraf Lo!"Ana menatapnya geram. Dia sempat bertatapan dengan Bram,tapi langsung dialihkannya. Saat hendak menutup tasnya,perut Ana berbunyi. Akhirnya dia ingat kalau tadi enggak sarapan. Ia pun pergi kekelas Nita di sebelas IPS satu. Mereka pergi bersama-sama kekantin. Ana menceritakan semua kesialannya mulai bangun pagi sampai detik itu juga. "Biar Lo tau, apes banget deh gue seharian ini..." ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD