Part 8

1773 Words
sudah kudaki gunung tertinggi hanya untuk mencari dimana dirimu sudah kujelajahi isi bumi hanya untuk dapat hidup bersamamu sudah kuarungi laut samudra hanya untuk mencari tempat berlabuhmu tapi semakin jauh ku mencari cinta semakin aku tak mengerti Reff : akulah arjuna, yang mencari cinta wahai wanita, cintailah aku mungkin, kutemui cinta sejati, saat aku hembuskan nafas terakhir-ku mungkin cinta sejati memang tak ada dalam cerita kehidupan ini akulah arjuna (arjuna) 6x Di garasi terdengar alunan lagu DEWA 19 " Arjuna Mencari Cinta" dari ponsel Adit sopir baru keluarga Hadiwijaya. Garasi itu cukup luas sehingga suara musik terdengar menggema. " Eh Adit kamu nyindir saya ya?" Tiba-tiba entah dari mana Diki muncul dan mendekati Adit yang sibuk mengelap mobil-mobil mewah yang jarang dipakai. Adit tak habis pikir mobil-mobil mewah yang jumlahnya ada 10 itu hanya nongkrong cantik saja seperti di Show room mobil. " Maaf mas Diki, saya nyindir apa ya?" Adit bingung aambil garuk - garuk kepala, sedari tadi dirinya tidak berkata apapun. Apalagi jika ditujukan kepada Diki " Itu lagunya!" Diki menunjuk ponsel Adit yang tergeletak di atas mobil. "Oh... saya lagi dengerin lagu. Itu lagu lawas kesukaan saya, Mas. Saya ngefans dewa 19 sejak SD. Saya bisa menyanyikan semua lagunya diiringi petikan gitar, kalau mau dengar kapan-kapan saya perdengarkan." Celoteh Adit. Pemuda asal Cirebon itu tersenyum ceria. " Tapi tetep aja nyindir...dasar sopir ga tahu diri." Diki melotot memarahi Adit. Diki lalu pergi meninggalkan Adit. Adit cuma geleng-geleng kepala tidak faham dengan sikap anak majikannya. Pria ganteng ini sangat aneh menurut sopir yang baru sebulan kerja itu. Sering uring-uringan tak jelas. Akulah arjuna....yang mencari cinta... Pemuda 23 tahun itu lalu melanjutkan aktivitas nya sambil bersenandung ria. Untung Diki sudah tak ada jadi tak mendengarnya. *** Diki menaiki tangga lantai atas. Pintu Balkon ruang keluarga terbuka. Hari ini dirinya benar-benar kesal. Diam-diam Diki mengintip Balkon karena terdengar ada yang mengobrol, di sana ada Tasya dan Erik. Pemandangan yang tambah membuatnya semakin panas. Tasya sedang duduk manja di atas pangkuan Erik. " Sayang, jangan sampai ada yang lupa ya semua perlengkapan Ehsan." ujar Erik sambil memainkan bross kerudung istri nya. " Tenang aja semua udah Aku packing kok." Jawab Tasya sambil mengusap rambut Erik yang mulai gondrong. " Siti juga kasih tahu jangan sampe ada yang ketinggalan." Serunya. " Iya. Jadi kita cuman 10 hari aja ya di sananya." Tasya tampak kecewa. " Aku juga maunya lama, namun ga mungkin karena bentar lagi udah mulai masuk kuliah." Erik pun sama merasa menyesal. " Padahal aku mau banget tour Eropa." Seru Tasya. " Kapan-kapan aja kita bikin planning lagi." Usul Erik. Mendengar obrolan pasangan itu hati Diki jadi panas. Keponakannya sedang mesra-mesraan membicarakan rencana perjalanan ke Belanda sekaligus bulan madu mereka lusa nanti. " Ehmm...kalian lagi ngapain?" Diki mendekati mereka. " Om Diki kapan datang?" Tasya membenahi posisi duduknya. " Dari tadi." Diki mengawasi keduanya. " Om ngintip ya,awas bintitan." Ujar Tasya. " Kesempatan banget ya kalau Ehsan tidur, ini masih siang lho." Ujar Diki sinis. " Apaan sih Om." Tasya kesal, si Om ini selalu jadi pengganggu. " Suka-suka kita dong Om, Om sirik aja. Ga mau lihat orang seneng." Erik berdiri. " Kita mah udah halal Om mau ngapain juga jadi Om jangan usil ya." Tasya melingkarkan tangannya pada pinggang Erik yang dibalas dengan rangkulan suaminya. "Sayang kita pindah ke kamar yuk ah." Erik membawa istrinya berlalu dari hadapan om Jomblonya. " Permisi Om" Tasya melewati Diki begitu saja. " Huh, dasar kalian" Diki mendumel. " Apa? Sana laporin ke Oma sama Papa, Tasya sama Erik m***m gitu Om. Ha...ha..." Tasya terbahak. Erik baru pulang kemarin malam dari Selandia Baru. Makanya seharian ini ia ingin romantisan berdua dengan Tasya. Tapi si Om Diki malah mengganggu. Diki menghela nafas. Ga Emak bapaknya, ga anaknya sama saja. Tadi pagi saja dirinya waktu mampir ke rumah Dany untuk menyerahkan laporan buat hari senin tanpa sengaja memergoki pasangan itu lagi berciuman mesra di ruang kerja. Ga tahu waktu. Oke, gua balas perbuatan kalian nanti, gua janji tahun ini harus segera menikah biar ga jadi bulan-bulanan kalian. Batinnya menjerit. Hidupnya begitu merana tanpa cinta dari seorang wanita. *** Hari Senin pukul 6 pagi Erik, Tasya, Baby Ehsan dan Siti siap bertolak ke Belanda. Siti yang baru pertama kali akan naik pesawat dan pergi ke luar negeri sudah sejak seminggu yang lalu mengalami syndrom. Kepergian mereka diantar oleh Heni, Dany dan tentu saja Diki. Mami Ratih dan Papi Yusuf sejak kemarin sore telah pergi ke Bali, makanya Diki disuruh ikut mengantar. " Sayang hati-hati ya, kalau sudah sampai kabari Mama ya." Heni melepas kepergian Tasya dan keluarganya. " Dag sayang, Opa pasti kangen banget sama kamu, Jangan rewel ya di sananya. Cepet pulang jangan lama-lama." Dany menoel pipi Ehsan yang sedang tidur lelap. " Hati-hati, awas tuh si Siti. Siapin keresek ntar mabuk. ini kan kali pertama naik pesawat ya." Diki malah ngurusin Siti. " Mas Diki segitunya ke Siti." Siti mendelik. Menggoda Diki selalu membuatnya senang. " Awas juga di sana nyasar, jaga Ehsan baik-baik." Pesan Diki. " Tenang aja Mas ada GPS." " Iya Ma, Pa ntar ntar Tasya langsung kasih kabar kalo udah nyampe." Ucap Tasya. " Titip Om Diki ya Ma, Kasihan tuh ga ada yang ngurus. Oma sama Opa kan ga di rumah." Erik terkekeh. Erik, Tasya dan Siti menyalami mereka bertiga. " Dag..." " Dag..." Dany, Heni dan Diki melepas keberangkatan mereka dengan perasaan sedih tentu saja karena selama 10 hari ke depan mereka akan kehilangan Baby Ehsan yang lagi lucu-lucunya. Mereka bertiga berjalan keluar dari Bandara. Mereka hendak menuju parkiran. "Ma, kapan dong kita Honeymoon lagi?" Terdengar suara Dany yang tiba-tiba melontarkan pertanyaan kepada istri yang sedang digandengnya. Diki yang berjalan di belakang mereka, langsung membelalakkan matanya. Nih pasangan ada-ada saja selalu ga mau ketinggalan. " Papa iri ya sama Tasya dan Erik?" Heni tersenyum. " Udah lama aja kita ga pergi berduaan." Jawab Dany sambil berbisik. " Ntar kita bicarain lagi, Mama juga mau banget tapi ke Afrika ya." Heni memberi tahukan tempat tujuan yang diinginkan nya. " Afrika!?" Dany kaget. " Ke Afsel Pa" Jelas sang istri. " Ih kalian ini masih aja mikirin honeymoon segala, emangnya tiga anak ga cukup?" Diki jadi geli. Pasangan yang satu ini memang gak tahu diri. " Idih kamu, Emang honeymoon itu cuma mau bikin anak doang. Refresh ing Diki..." Dany menyenggol Diki. " Kali aja." Diki nyengir. Namun dibalik cengirannya ada luka yang tertoreh. Honeymoon? Entah kapan ia akan merasakannya. Dany dan Heni berada satu mobil sementara Diki menggunakan mobilnya sendiri. " Langsung ke kantor, nih udah siang." Perintah Dany untuk Diki. " Ya, iyalah makanya ini udah siap pake baju kerja." Mereka pun meninggalkan kawasan Bandara Soekarno Hatta. *** Diki terbaring di tempat tidurnya. Weekend ia sering menginap di rumah Mami Ratih. Honeymoon. kenapa Diki jadi memikirkanya lagi. Semakin lama dirinya jadi ingin buru-buru menikah. melihat kakaknya dan keponakannya yang selalu mesra dan harmonis membuat dirinya iri. Dany seperti seorang raja, semuanya dilayani sang istri. Dany sering sekali membicarakan dan memuji kakak iparnya yang cantik dan pandai memasak. Dia juga jadi kesayangan Mami Ratih. Oke, Gua akan bergerak cepat. Silmi? kayanya cocok. Tasya bilang dia mau nikah muda.mudah-mudahan dia jodoh gua. Batin Diki optimis. Waktu menunjukkan pukul Setengah sembilan malam. Pria berusia 30 itu mengambil ponselnya. Ia ingin menghubungi Silmi. Diki Assalamualaikum Silmi 20.30 Silmi waalaikumsalam 20.31 Diki Gimana liburannya? 20.32 Silmi Alhamdulillah, menyenangkan. Aku udah di Jakarta kok. 20.33 Diki Alhamdulillah. kebetulan banget. 20.33 Silmi Tasya lagi ke Belanda ya Mas? 20.34 Diki Iya. Silmi Aku jadi ga ada teman 20.35 Diki Besok abis maghrib kamu ada acara ga?20.36 Silmi ga, aku di kosan aja 20.37 Diki Makan malam yuk 20.37 Silmi maaf aku ga biasa keluar malam sama cowok. 20.38 Diki ya udah Giman kalau makan siang aja 20.39 Silmi Boleh. Dimana? 20.40 Diki Cafe De Lima 20.41 Silmi Oke 20.42 Diki Mas jemput ya 20.43 Silmi Ga usah. Kita langsung ketemu aja.20.44 Diki Ok. Abis Dzuhur ya 20.44 Silmi Iya 20.44 Diki sampe ketemu besok ya 20.45 Silmi iya 20.45 Diki Assalamualaikum 20.46 Silmi Waalaikumsalam 20.46 Betapa gembiranya hati Diki ketika gadis yang dikecenginya itu mau diajak jalan bareng. Sebelumnya sulit sekali berkomunikasi dengannya, mungkinkah ini langkah yang baik. Semoga saja. Hatinya berbunga-bunga. Ia tak sabar menanti hari esok tiba. Bertemu pujaan hatinya. *** Pukul setengah satu siang Diki sudah berada di perjalanan menuju sebuah Cafe di sudut kota untuk menemui Silmi. Silmi, Ya, gadis itu membuatnya susah tidur semalaman. Cantik, sopan, solehah, idaman banget. Tiba di Cafe ia langsung memarkir mobilnya dan masuk mencari meja kosong. Silmi sudah menghubungi dirinya, kalau gadis itu masih di jalan. " Diki..." Seorang perempuan di meja sebelah menyapa Diki. Diki mengerutkan keningnya. Mengingat siapa wanita itu. " Aku Alya. Kamu Diki adiknya Dany kan?" Wanita itu langsung memperkenalkan dirinya. " Oh..Kak Alya aku ingat Kak," Diki mengingatnya. Alya mantan pacar pertama Dany waktu SMP. Waktu Dany kelas 3 SMP, Alya kelas 3 SMA. Seingat Dany Alya dulu cantik dan langsing. Tapi sekarang kenapa jadi melar begitu kaya ibu-ibu. Usianya mungkin sekarang 35 tahun. " Kamu apa kabar?" Tanyanya ramah. " Baik." jawab Diki. " Udah nikah?" Tanya wanita berjilbab coklat itu. " Belum." Diki tersenyum. Mengapa setiap bertemu teman atau kenalan lama yang ditanyakan selalu soal itu. Bikin sedih saja. "Sorry." Alya merasa tidak enak. " Sekarang Dany dimana?" Wanita itu menanyakan kakaknya. " Di Jakarta." Jawab Diki kujur. " Kak Alya tinggal dimana?" Diki balik bertanya. " Aku baru pindah ke Jakarta seminggu yang lalu. Dulu aku di Riau." Beritahunya. " Oh..." " Dany udah nikah belum?" Alya malah mengorek info tentang Dany. " Udah, Anaknya udah 3." Diki menjawab apa adanya. " Wah keren." Alya tersenyum cerah. " Tante ayo..." Seorang gadis cantik ditemani anak laki-laki berusia 10 tahun menghampiri Alya. " Bentar, ini kenalin keponakan aku." Alya memperkenalkan gadis cantik itu. " Anisa" Wanita itu memperkenalkan diri malu-malu. " Hai. Diki." Diki jadi grogi. Anisa mirip mantannya Sofia. Cantik dan mempesona. " Ini anak sulung aku Danil." Ujar Alya Kok nyerempet ke nama Dany sih. Batin Diki " Ini kartu nama aku. Aku buka butik pakaian pengantin. Aku duluan ya. Salam ya buat Dany." Alya memberikan kartu namanya kepada Diki lalu pamit meninggalkan pria yang sedang menunggu pujaan hatinya. " Thanks." Gadis bernama Anisa pun melempar senyuman manisnya yang membuat Diki berdebar. Mengapa jadi ingat lagi Sofia. Gara-gara gadis itu kan dirinya menjomblo sampai saat ini. " Assalamualaikum, Kak." Suara Silmi menyadarkan Diki dari lamunannya. " Ehm, Waalaikumsalam, Silmi. Silahkan duduk." Diki lalu menarik sebuah kursi untuk Silmi. Dirinya belum seratus persen sadar. Kedatangan Silmi malah disambut dengan gelagapan. Anisa, Sofia dua gadis itu meracuni pikirannya. *** TBC
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD