Part 1
Seorang pemuda tampan berusia sekitar 23 tahun berjalan mendorong koper-kopernya bersama seorang wanita usia 50an dan pria Bule usia sebaya dengan si wanita. Mereka bukan keluarga. Si Pemuda adalah majikan si wanita dan si Bule adalah kekasih si wanita yang ikut mudik hendak melamar kekasihnya.
"Diki sayang apa kabar?" Seorang wanita paruh baya langsung memeluknya. Dia adalah Ibu kandung pemuda tampan itu. Bu Ratih Hadiwijaya sengaja menjemputnya untuk menyambut anak bungsunya yang bernama Diki.
Anak kesayangannya itu kuliah di university of Melbourne, Victoria.
"Mami...Diki kangen Mami!" Pemuda bernama Diki itu memeluk ibunya penuh rasa rindu. Sebenarnya sebulan yang lalu mereka sudah bertemu, dasar Diki si anak manja kesayangan Maminya, baginya sebulan berasa setahun.
"Asih, itu siapa?" Bu Ratih mengalihkan pandangannya ke arah ART putranya. Lalu melirik sekilas ke bule yang berdiri di samping Asih.
"Itu John calon suami saya," jawab Asih malu-malu.
" Oh,...hi Mr. John!" Sapa Ibu kandung Diki ramah. Diki sudah pernah menceritakan hubungan asmara ART dengan tetangganya itu. Dalam waktu dekat kemungkinan keduanya akan menikah.
***
Setelah hampir setahun tidak pulang akhirnya Diki dapat berada di rumahnya. Di kediaman keluarga Hadiwijaya yang biasanya sepi mendadak ramai dengan kehadiran keluarga kakaknya dan juga kerabat lainnya yang datang dari berbagai daerah. Besok lusa kakak ke 4 Diki, Dany akan menikah.
Semua kakak, kakak ipar dan keluarga lainnya pun menyambut kedatangan Diki dengan sukacita. Semua menyayangi Diki si anak baik dan penurut walau manja. Di keluarganya ia mendapat predikat positif dengan prestasi akademisnya yang segudang. Berbanding terbalik dengan kakaknya sang calon pengantin, Dany yang dicap si pembuat onar. Beberapa bulan lagi Diki juga akan segera lulus S2.
Usai bercuap-cuap dengan keluarganya, pemuda tampan itu langsung mencari Dany. Dany sejak siang tadi mendekam di kamarnya.
" Dany..!!." Diki membuka pintu kamar sang abang yang sedang asyik memainkan gadgetnya.
" Diki, kirain lo ga kan balik." Dany bangkit dari posisi berbaringnya. Menyambut pelukan sang adik.
" Demi abang tercinta, gua pasti balik." Ia tertawa.
" Thanks, lo ga jadi adik durhaka." Dany menepuk punggung Diki.
" Dan, seriusan lo mau nikah?Gua tuh Berasa mimpi banget. Kirain semua ini hanya omong kosong Mami en Papi aja, lo mau nikahin janda." Diki sekali lagi menanyakan kebenaran tentang mempelai wanita abangnya.
" Serius lah, makanya keluarga pada dateng juga," jawabnya dengan ekspresi datar. Seharusnya Dany memperlihatkan ekspresi bahagia, namun Diki melihatnya lain.
" Gila, lo demen tante-tante!" Diki menggelengkan kepalanya.
Diki sudah tahu sejak remaja Dany memang suka ngecengin mbak-mbak, mantan-mantan pacarnya aja berusia di atasnya. Namun pernikahannya dengan janda beranak itu yang membuatnya kaget bukan kepalang. Apalagi wanita itu sahabat kakak tertua mereka. Diki lumayan kenal dengan Heni Aprilia karena wanita itu pernah menemani Maminya ke Australia dan dia juga merupakan sekretaris papinya.
" Itu urusan gua bukan urusan lo." Dany dengan santai menanggapinya.
" Dia kan udah punya anak ABG ya?"Diki mulai kepo. Semua yang didengar dari Mami Ratih ingin mendapatkan klarifikasi secara langsung.
" Iya, dan gua harap lo jangan gangguin dia okey?" Dany menatap adiknya penuh ancaman.
" Sembarangan aja lo nuduh gua." Diki balik menatap Dany.
" Kali aja, lo kan doyan sama ABG," ujar Dany.
" Em,..yang harus hati-hati tuh bukannya elo Dan, ntar anak tiri lo jatuh cinta sama lo," Diki terbahak.
bugh
Dany meninju bahu Diki cukup keras. Berani-beraninya sang adik berkata yang bukan-bukan. Ia tak seberengsek itu.
" Sakit Dany....!!!" Diki setengah berteriak.
" Jangan asal ngomong atau gua hajar lagi!!" Dany tampak kesal.
Diki melarikan diri sebelum Dany mengamuk.
Baru juga mereka bertemu sudah ribut. Keduanya memang selalu begitu.
****
Esok harinya hari yang dinanti pun tiba. Pesta pernikahan Dany dan Heni berlangsung meriah karena dihadiri banyak tamu undangan, Diki bertemu dengan teman-teman Dany. Gengnya Dany ia kenal baik karena mereka satu SMA. Mereka juga satu angkatan.
Usia Dany dan Diki beda 2 tahun, namun karena Dany pernah tidak naik kelas jadilah beda satu tingkat. Di SMA Diki yang jenius dengan IQnya 145 itu ikut kelas akselerasi makanya lulus SMA barengan.
Di tengah keramaian Diki melihat seorang gadis cantik yang sedang sendirian. Mungkin ia butuh teman pikirnya.
" Hai,..." Sapa Diki mulai cari perhatian.
" Hai, Kak!" Gadis itu tersenyum manis. Tentu saja karena gadis itu tahu dengan siapa dirinya berhadapan.
" Sendirian aja?" Diki mencoba pedekate. Statusnya yang jomblo mengharuskannya bergerak cepat mencari gadis minimal untuk dijadikan pacar.
" Sama keluarga aku," jawabnya ramah seraya tersenyum memamerkan deretan gigi putihnya. Tentu saja Diki kegeeran.
" Siapa?" Diki penasaran.
" Itu kakak ipar aku Mas Fikri," Lidya menunjuk ke arah Fikri yang berdiri santai bercakap-cakap dengan beberapa orang pria.
" Oh senang bertemu dengan kamu. Aku adik kandungnya mempelai laki-laki," Diki memperkenalkan diri. Tentu saja Lidya sudah tahu.
Keduanya jadi akrab dan terlibat percakapan. Bahkan Diki berharap perkenalan mereka akan berlanjut.
" Woi lagi ngapain? jangan gangguin cewek orang!!" suara yang tak asing lagi terdengar menegur Diki dengan keras. Tentu saja Diki kaget.
" Vicky, apa maksudnya?" Diki bertanya heran.
" Lidya itu cewek baru gua, Diki" Pria muda bernama Vicky itu menegaskan sambil melingkarkan lengan kokohnya di pinggang ramping Lidya.
" Masa sih." Terlihat raut wajah kecewa Diki. Padahal sebelumnya ia berharap banyak.
" Iya, betul betul betul jadi please jangan mencoba merayunya!" Vicky memberikan ancaman. Ia menggandeng Lidya dengan mesra tanpa pamit meninggalkan Diki seorang diri.
" Sorry gua ga tahu, kirain masih single.," ucap Diki lirih.
Diki menghela nafas, baru juga mau mendekati gadis belum apa-apa sudah gagal. Hampir 6 bulan ini ia menjomblo. Setelah pacar terakhirnya bule Australia bernama Emily memutuskannya karena melanjutkan kuliah ke Inggris.
***
Diki rencananya akan berada di Jakarta selama seminggu. Ia sedang sibuk mengerjakan tugas akhirnya. Tinggal satu semester lagi ia lulus jika tugas akhirnya berjalan lancar.
" Diki, Mami sama Papi berharap kalau udah lulus nanti kamu langsung balik ke Jakarta ya." Bu Ratih memulai obrolannya.
Mereka bertiga berada di ruang tengah. Semua keluarga sudah bubar sejak tadi pagi.
" Iya Mi." Diki setuju.
" Kamu bantu Dany di kantor, Papi sudah menyerahkan jabatan CEO sama dia. Papi mau konsen di perusahaan pertambangan kita di Kalimantan," ucap sang ayah memberitahukan niatnya.
Ketika tengah asyik berbincang datanglah Dany dengan keluarga barunya.
" Pengantin baru apa kabar?" Bu Ratih menyambut mereka. Sementara Diki asyik menyantap makanannya.
" Baik Mi. Kami mau pamit sekarang ke London. Sekalian mau titip Tasya. Bi Cacih tadi mudik. Dia ga ada teman." Ujar Dany.
" Kita pakai pesawat penerbangan malam." Seru Heni.
" Kalian tidak perlu khawatir, ada Mami dan Diki juga kok."
" Makasih ya Mi." Ucap Heni.
" Kalian selamat berbulan madu ya." Kata Pak Yusuf.
Dany dan Heni akan pergi berbulan madu. Ya, Bulan Madu Palsu karena pernikahan mereka juga hanya kontrak.
" Diki, Lo jangan gangguin dia. Tasya kamu hati-hati ya sama Om Diki, dia rada error." Dany memperingati Diki. Sambil menatap ke arah adik dan anak tirinya bergantian.
Mendengar kata-kata Dany semua yang hadir menahan tawa.
" Tasya mau nganter dulu mereka ya Oma." Gadis itu meminta izin.
Sejak tadi Diki diam-diam memperhatikan Tasya. Umurnya belum 13 tahun tapi sudah seperti anak SMA karena badannya bongsor.
Cantik. Namun hanya bisa diucapkan Diki dalam hati. Kalau terdengar Dany bisa babak belur.
****
TBC