11. Wanita Ular

1267 Words
Ada beberapa jenis tamu yang tidak disukai oleh Thea selama 16 tahun dia hidup. Satu, tamu yang bersikap layaknya pemilik rumah. Dua, tamu yang tak tahu malu hanya numpang makan ataupun minum. Tiga, tamu yang mempunyai sifat dan sikap seperti Tiffany. "Kakak mau minum apa?" Thea berkata dengan senyum manis yang dibuat-buat. Jikalau saja tidak ada Gerald yang duduk di samping Tiffany, ia tidak sudi bersikap baik dengan wanita ular itu. Tiffany, perempuan berambut cokelat kemerahan itu menjawab "Apa saja. Tapi kalau bisa segelas milkshake vanilla juga di mix sama stroberi. Esnya jangan banyak-banyak karena itu bisa membuatku flu. Oh ya, jangan lupa diberi topping biskuit, rasanya pasti enak dan segar sekali!" Thea mendengus tidak suka. Ia menatap Gerald yang tampak sibuk dengan pekerjaannya di laptop. Percuma jika ia mengadu dan merengek, yang ada ia disentak dan dimarahi mengingat kakaknya itu yang akan sangat sensitif jika sedang fokus bekerja. "Baiklah, Tuan Puteri Tiffany yang ter-hor-mat!" ucap Thea dengan nada sinis dan penuh penekanan di akhir ucapannya. Tapi sayangnya yang disindir malah mengulas senyum tak berdosa. Dengan langkah sedikit menghentak, Thea berjalan pergi menuju ke dapur seraya bibirnya tak henti-hentinya menggerutu kesal. Awas saja jika ia sudah mempunyai kekuatan, ia akan mengerjai habis-habisan perempuan itu! "Andaikan Kak Nio ada di rumah, dia pasti akan membelaku!" Ujar Thea sembari memotong beberapa buah stroberi yang baru saja ia ambil dari kulkas. Kakaknya itu memang tidak suka jika ia disuruh-suruh, dan sayangnya lelaki itu sedang ada mata kuliah sekarang! Mengingat perihal Nio, Thea menjadi teringat akan perkataan Galen kemarin yang menyuruhnya untuk menjauhi Nio. Ia sama sekali tidak tahu alasan dari Galen hingga menyuruhnya demikian. Padahal Nio itukan kakak Thea! Dia juga sangat baik. Jadi apa salahnya? "Hey, girl. Mau membuat milkshake atau melamun, heuh?" Hingga suara penuh sindiran itu membuat Thea kembali ke dunia nyata. Ia menoleh ke belakang dan mengernyit ketika mendapati sosok Tiffany yang melipat kedua tangannya di d**a. "Mau apa kau kesini? Kalah dengan pekerjaan Kak Gerald?" sindir Thea yang secara terang-terangan tidak suka dengan kehadiran Tiffany. Tiffany tampak tersenyum miring, "Sayangnya tebakanmu salah, girl. Sebagai calon istri yang baik, aku harus melayani Gerald bukan? Segera buatkan kopi!" "Enak saja! Tadi kau menyuruhku membuat milkshake, sekarang kau menyuruhku membuat kopi! Kau pikir kau siapa? Baru tunangan Kak Gerald saja sudah sombong!" Ujar Thea geram. Rasanya ia ingin sekali mencongkel bola mata Tiffany dengan pisau yang ia pegang! "Aku tidak pantas membuat kopi seperti seorang pembantu. Kuku-ku bisa rusak jika harus mengerjakan hal seperti yang kau lakukan!" Tiffany melirik sekilas ke arah tangan Thea yang memotong stroberi. Mata Thea kontan membulat. Secara tidak langsung Tiffany mengatainya sebagai seorang pembantu! Damn, why this woman not going to the hell?! "Cepat buatkan kopi! Aku tidak punya banyak waktu untuk menunggumu memotong stroberi yang lambat seperti keong!" Thea memejamkan matanya berusaha untuk meredam emosinya agar tidak menyerang Tiffany sekarang. Ia kemudian membuka matanya kembali dan dengan segera mengambil cangkir untuk membuat kopi. Kali ini ia lebih memilih untuk mengalah karena ia sedang malas untuk berdebat. Dapat dilihatnya dari sudut mata Tiffany yang sedang sibuk meneliti kuku-kukunya yang dipoles oleh cat warna merah darah. Dasar wanita s****n! Thea mengaduk kopi yang selesai ia buat dengan suasana hati yang diliputi oleh kekesalan. "Ini!" ucapnya sengit sembari memberikan secangkir kopi yang sudah ia buat. Tiffany menerima cangkir kopi itu seraya tersenyum manis yang terlihat memuakkan di mata Thea. "Terimakasih calon adik iparku. Nanti aku belikan permen!" "Kau pikir aku masih anak kecil!" sentak Thea kesal lalu berbalik dan melanjutkan memotong stroberi dengan hati sibuk menggerutu. Ia memotong stroberi dengan tekanan lebih untuk menyalurkan emosinya. Lain halnya dengan Tiffany, perempuan itu tampak tersenyum culas sembari berjalan dengan kopi di tangannya. Saat posisinya sejajar dengan Thea, dengan sengaja dia menyenggol bahu gadis itu hingga membuat jari telunjuk Thea terkena pisau. "AHK!!" Thea spontan berteriak keras karena merasa kaget lalu kemudian mengeluh sakit saat jarinya mengeluarkan darah. "Ups! Maaf, aku tak sengaja!" Tiffany pura-pura terkejut dan menutup bibirnya dengan tangan. Namun matanya berkilat senang dan tidak ada raut bersalah yang terpancar dari wajahnya. "Tidak sengaja? Hah, you're lie!" Thea menatap marah kepada Tiffany tanpa memedulikan jarinya. "That's true, I'm lie!" Tiffany malah berkata santai. "Aku akan mengadukanmu pada Kak Gerald supaya dia memutuskan pertunangan kalian!" ancam Thea seraya menunjuk Tiffany. Diluar dugaan, Tiffany malah terkekeh geli sebelum berkata "Ancaman macam apa itu, girl? Gerald lebih mempercayaiku daripada dirimu." "Dan aku tidak akan pernah membiarkan Gerald melepaskanku sebelum.." Tiffany bergerak mendekati telinga Thea lalu berbisik disana. "Semua hartanya menjadi milikku." Bibir Thea langsung menganga tak percaya dan menatap tajam Tiffany yang tersenyum memuakkan. Jadi wanita ular itu selama ini hanya mengincar harta kekayaan dari kakaknya? "Bastard!" Thea menggeram marah lalu menarik rambut Tiffany hingga membuat perempuan itu mengaduh. "Aduh! Apa yang kau lakukan?!" Tiffany mencoba menghentikan serangan dari Thea yang menbabi buta. Kuku Thea bahkan ada yang berhasil melukai pipinya hingga terlihat goresan kecil. "Rasakan ini! Kau wanita ular tidak pantas bersanding dengan kakakku!" Mereka pun terlibat perkelahian ala perempuan. Saling menjambak dan mencakar. "Thea, Tiffany, kenapa kalian lama sekali?" Hingga suara bass milik Gerald terdengar mendekati dapur dan spontan membuat Thea dan Tiffany berhenti bertengkar. Thea menatap penuh permusuhan kepada Tiffany. Tapi Tiffany malah melakukan hal lain. Perempuan itu malah menyiram kopi yang masih panas ke bajunya yang mengalir sampai ke tangan. Lalu menaruh cangkir kopi yang sudah kosong ke atas pantry di dekat Thea dan dengan segera jatuh bersimpuh di lantai. Bertepatan dengan Gerald yang membuka pintu dan terkejut ketika mendapati kondisi Tiffany yang berantakan dengan Thea yang hanya diam berdiri. "Tiffany!" Gerald langsung menghampiri Tiffany dan memegang tangan Tiffany yang memerah karena air panas. "Apa yang terjadi padamu?" Tiffany terisak pelan namun tidak keluar air mata, "Tadi aku memberitahu Thea kalau gulanya terlalu banyak, tapi dia marah dan langsung menyerangku! Hiks.." Gerald langsung menatap Thea tak percaya dengan masih memeluk Tiffany yang tersenyum licik di balik punggung Gerald. "Apa benar itu, Thea?" Thea spontan langsung menggeleng tidak terima dan hendak memprotes. "Tidak! Thea--" "Ah, sakit! Tanganku sakit sekali Gerald!" Tiffany memotong ucapan Thea dengan menunjukkan tangannya kepada Gerald. Hal itu mampu membuat Gerald mengalihkan perhatiannya kembali pada perempuan itu. Meniup pelan tangan Tiffany, Gerald tampak sangat khawatir hingga tak menyadari rambut Thea juga berantakan karena ulah Tiffany. "Thea, cepat minta maaf!" Mata Thea kontan membulat. "Tidak! Thea tidak mau minta maaf! Thea tidak salah, kak!" "Thea, kakak bil--" ucapan Gerald terhenti ketika Tiffany memegang bahunya. "Jangan memaksanya, Gerald. Aku tidak apa-apa." ujar Tiffany dengan nada lembut namun matanya berkilat lain. Jalang murahan! Thea mengepalkan tangannya kuat karena merasa emosinya yang hendak meluap tak terkendali. Wanita itu benar-benar licik! "Tidak, Tiffany. Thea melakukan kesalahan! Dan dia harus meminta maaf padamu." ujar Gerald lembut sebelum menoleh kepada Thea. "Thea, cepat kau minta maaf pada Tiffany!" "Tidak mau!" ucap Thea cepat. Ia tidak akan pernah sudi meminta maaf pada wanita ular itu! "Thea, kakak bilang minta maaf!" "Tidak mau!" "ATHEANA ZAHRAN!!" Mata Thea langsung mengerjap tak percaya dengan air mata yang mulai berlinang. Gerald baru saja membentaknya! Dan itu semua gara-gara perempuan jalang seperti Tiffany! "Kak Gerald jahat!" Thea langsung berlari pergi dengan kekecewaan yang mendalam. Gerald yang merupakan kakaknya ternyata lebih mempercayai Tiffany yang hanya menyandang status sebagai tunangannya! "Thea!" Gerald hendak berdiri dan mengejar Thea karena mulai menyadari kalau tindakannya membentak Thea bukanlah hal yang benar. "Argh, sakit! Tanganku sakit sekali, Gerald!" Namun Tiffany mengaduh kesakitan sehingga membuatnya mengurungkan kembali niatnya. Ia tidak mungkin membiarkan Tiffany kesakitan seperti ini. Dengan segera ia mengangkat Tiffany ke dalam gendongannya untuk segera mengobati lukanya. Meninggalkan Thea yang menunduk sedih di balik pintu dengan harapan kalau lelaki itu akan mengejarnya. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD