Bab 7 - Perkenalan

1483 Words
Queen melihat ruangan Lily dengan pandangan kagum. Bukannya karena seumur hidup dia belum pernah melihat ruangan kerja seperti ini. Peter dan Luke, memiliki perusahaan masing-masing, bahkan lebih besar dan megah dari gedung ini. Tapi, satu hal yang membuatnya kagum adalah, ruangan Lily dipenuhi oleh foto-foto wanita anggun yang berhasil menjadi model terkenal lewat agensi ini. Bahkan di foto-foto itu, tertera dengan jelas tahun berapa wanita-wanita itu terpilih menjadi pemenang dari kompetisi model yang diselenggarakan. “Queen, silakan diminum. Maaf, sudah merepotkanmu.” Queen tersenyum sambil menggeleng pelan. Beberapa menit yang lalu, Lily memang sudah mengetahui siapa namanya. Lily meletakkan se cangkir cappuccino di meja yang berada di depan Queen. Setelahnya, Lily pun duduk di kursi yang berseberangan dengan Queen yang sesekali masih tak bisa berpaling dari foto-foto itu. “Tidak masalah, Nona. Lagi pula sudah menjadi kewajibanku,” jawab Queen antusias. “sebenarnya aku menyusul Anda begitu keluar dari restoran. Tapi, Anda sudah terburu pergi.” Lanjutnya membuat Lily mendesah kesal. “Kau pasti sudah melihat bagaimana keributan yang terjadi antara diriku dan pria tadi. Pria itu lah yang membuatku terburu sampai-sampai melupakan dompetku. Dan setelahnya, tanpa alasan yang jelas, pria itu malah membuatku naik darah. Dan sialnya, aku tak bisa meredam kekesalannya tadi sehingga dia pergi.” Lily menutup wajahnya. Mengingat pertengkarannya dan Erick tadi, hanya karena masalah sepele tentang sepupu pria nya yang Erick sangka adalah selingkuhannya, tentu saja membuatnya masih merasa kesal sampai sekarang. Queen mengangguk mengerti. Pria tadi, adalah kekasih Lily dan karena sesuatu mereka bertengkar. Tak mau ikut campur, Queen lebih memilih meminum cappuccino nya dari pada ikut berkomentar. “Maaf, aku jadi bercerita padamu tentang masalahku,” kata Lily lagi sambil tersenyum tak enak. “jadi, kau bekerja di restoran tadi?” tanya Lily selanjutnya dan Queen mengangguk. “Ya. Aku menjadi pelayan di sana,” jawab Queen ramah. “Sudah berapa lama?” tanya Lily lagi. “Emm ... baru beberapa bulan.” “Ooo ... begitu.” Ke dua wanita itu sama-sama melihat satu sama lain kemudian tersenyum. Setelahnya, suasana kembali sunyi dan Queen kembali melirik foto-foto yang terpajang di sana. Lily yang menyadari ke mana perhatian Queen sejak tadi, tentu saja membuatnya tersenyum tipis. Sepertinya, Queen begitu tertarik dengan dunia modeling, dan tak ada salahnya jika dirinya bertanya. “Apa kau menyukai dunia Fashion, Queen?” tanya Lily dan Queen mengangguk cepat. “Ya. Semua wanita pasti menyukainya. Tapi, bagiku. Fashion adalah bagian dari hidupku.” “Maksudmu?” Lily semakin penasaran. Queen tersenyum kilas. “Ada janji yang harus aku penuhi. Janji pada seseorang jika suatu saat nanti, aku akan menjadi wanita paling bersinar dengan menjadi model terbaik.” “Kau bisa mewujudkannya sekarang, Queen!” Antusias Lily dengan suaranya yang tinggi, tentu saja membuat Queen sedikit tersentak. “Maksud—“ Belum sampai Queen menyelesaikan kata-katanya, Lily sudah lebih dulu mengambil sebuah brosur dan meletakkannya di depan Queen. “Kau pasti sudah melihatnya tadi. Dan sekarang, aku ingin menjadikanmu bagian dari kompetisi ini!” ujar Lily sambil menunjukkan senyumannya yang cantik. Queen terkesiap kemudian menggeleng cepat. Tidak. Dia tidak mau ikut dalam kompetisi agensi ini. Lawan yang akan dia hadapi, pasti berat dan yang lebih membenarkannya adalah statusnya saat ini yang sebagai wanita miskin pasti akan dikucilkan dari kompetisi. “Tidak, Nona. Kompetisi ini tidak pantas diikuti oleh wanita berstatus pelayan sepertiku. Agensi sebesar ini, sudah seharusnya mendapatkan model dari wanita-wanita berkelas.” Tolak Queen halus. Lily menghela napasnya pelan. “Pemikiran-pemikiran kuno seperti itulah yang membuat seseorang tidak maju-maju, Queen. Please, jangan sama ratakan semua perusahaan besar yang hanya ingin merekrut orang-orang dari kalangan berkelas. Kami mencari kemampuan dari wanita-wanita yang mempunyai kemampuan berkelas, Queen. Bukan kekayaan berkelas. Kami memasarkan produk, bukan kekayaan dan status seseorang.” Queen terdiam. Perkataan Lily tadi, tentu saja memukulnya dengan telak. “Maafkan aku, Nona. Aku tidak bermaksud untuk—“ “Kau lihat bagaimana menakutkannya pria yang ribut denganku tadi ‘kan?” tanya Lily dan Queen mengangguk. Dia ingat, bagaimana raut kekesalan yang pria tunjukkan tadi. “Pria itu adalah, CEO sekaligus pemilik dari agensi ini. Meski sering membuatku naik darah, aku tetap mengagumi pemikirannya yang kritis. Selama ini, dia tidak pernah menakar kemampuan seseorang—model yang dicari agensi ini berdasarkan status sosialnya. Dia bahkan memberikan kesempatan pada semua orang. Itulah sebabnya Agensi ini menjadi agensi terbesar karena model yang kami miliki, memang memiliki kemampuan berkelas Queen, bukan kekayaan berkelas.” Sekali lagi Lily membuat Queen terdiam. Kurang lebihnya, Queen dibuat terpukau dengan sisi Lily dan pria yang Lily ceritakan tadi. “Aku tidak mau tau. Kau harus ikut dalam kompetisi ini dan tidak ada penolakan lagi! Titik!” ucap Lily lagi membuat Queen menekan salivanya kasar. Mendadak, dia merasa gugup sekarang. Berbeda dengan Queen kemarin yang memiliki semangat menggebu-gebu. “Nona, kau tidak tau—“ “Tidak tau bagaimana dirimu?” potong Lily lagi. “tindakanmu dengan mengembalikan dompet ini saja, sudah membuatku tau jika kau adalah wanita baik, Queen. Tolong, jangan menutup jalanmu sendiri. “ lanjutnya. Dia tau, Queen adalah wanita yang cantik meski dengan penampilan sederhana seperti itu. Bahkan, Queen dengan tubuhnya yang tinggi, pas dengan kriteria model yang dicari oleh sebuah agensi. “Aku adalah seniormu, Queen. Dulu, aku pun seorang wanita biasa yang mempunyai sejuta mimpi. Dengan bermodalkan rasa semangat, aku mengikuti kompetisi ini dan aku berhasil. Tapi dalam sekejap. Pria itu melarangku untuk menjadi peraga busana dan menempatkanku di ruangan membosankan ini.” Queen tertawa pelan. Kisah Lily ternyata begitu ekstrem. Dia tidak bisa membayangkan, bagaimana rasanya berada di bawah tekanan pria posesif. “Jadi, apa kau bersedia untuk menjadi bagian dari kompetisi ini?’ tanya Lily memastikan. Sungguh, dia ingin kehidupan Queen berubah. “Bukannya aku tidak mempunyai pilihan untuk menolak?” jawab Queen membuat Lily tertawa pelan. “Selamat datang di dunia modeling, Queen,” ucap Lily sambil mengulurkan tangan dan Queen pun menyambut uluran tangan itu meski dengan raut wajah memucat. Antara siap dan tak siap, harus menjelajahi dunia hingar bingar itu sekarang. *** Queen duduk di sebuah kursi memanjang yang berada di salah satu koridor gedung. Saat ini, dia sedang menunggu Lily untuk meminta penjelasan perihal kejadian semalam yang membuatnya sampai-sampai terjebak di klub. Dia harus memastikan, jika Lily tak melakukannya dan ada seseorang yang sengaja menjebaknya. “Ups! Maaf!” Queen sontak berdiri dari duduknya, dan mengusap sisi dress yang dipakainya yang basah oleh tumpahan kopi. Dia melihat siapa yang sudah sengaja mengganggunya. Dan kali ini, pelakunya tetap sama. Masih saja wanita tadi yang jelas-jelas menunjukkan ke tidak sukaannya pada dirinya. Entah kesalahan apa yang dia lakukan, sampai-sampai wanita itu selalu mencari gara-gara dengannya. “Aku tidak sengaja, Queen. Maaf, dress murahanmu menjadi kotor sekarang ... “ Elsa. Dengan sengaja melangkah mendekati Queen dan menumpahkan cup berisi kopi yang dipegangnya. Kemampuan yang Queen tunjukkan tadi, sudah semakin membuatnya muak sehingga level ke tidak sukaannya pada wanita itu semakin meningkat. Queen tak hanya dekat dengan Lily. Tapi, juga berhasil mengambil hati juri terlebih pemilik agensi ini. Sialan! Anehnya juga, kenapa wanita itu memiliki nama begitu indah sebagai wanita miskin yang tak memiliki pengaruh apa-apa? Queen mencoba mengendalikan dirinya. Dia tau, jika Elsa sengaja melakukannya. Mana mungkin, kopi itu bisa sangat kebetulan tumpah di bajunya padahal, koridor ini begitu luas jika Elsa ingin lewat? “Tidak masalah, Elsa. Aku akan membersihkannya.” “Membersihkannya? Hahaha ... “ Elsa tertawa lepas. “dress jelek itu sudah seharusnya kau buang, Queen.” Ucapnya dengan pandangan mengejek. “Ups! Maaf aku lupa. Kau pasti tidak mampu membelinya lagi.” Lanjutnya dengan kejam, sehingga beberapa wanita yang melihat kejadian itu juga ikut menertawakan Queen yang tertindas. Queen tertawa tipis. Andai saja, Elsa tau siapa dirinya. Pasti wanita itu, tak akan berani macam-macam seperti ini padanya. Baiklah. Tak apa, Queen. Biarkan skenario ini menjadi bagian dari Kisahmu. “Astaga, Queen. Apa yang terjadi padamu?” Lily yang tiba di sana, tentu saja terkejut begitu melihat dress Queen yang kotor. “Aku tidak sengaja menumpahkan kopi pada dress nya. Aku sudah minta maaf, dan berniat untuk menggantinya. Tapi, Queen menolak.” Elsa bersuara. Dia harus terlihat begitu sempurna di depan Lily terlebih orang-orang agensi yang terlibat dengan kompetisi ini. Sedangkan, Queen. Queen hanya bisa tertawa dalam hati melihat bagaimana hebatnya Elsa memainkan perannya sebagai tokoh antagonis sekaligus tokoh protagonis. Wanita itu benar-benar berbakat. “Aku baik, Lily. Tidak masalah,” jawab Queen tetap tenang. “Kalau begitu, kau bisa membersihkan diri di ruanganku. Kebetulan, aku ada baju ganti. Kau bisa memakainya.” Lily yang begitu baik hati, tentu saja membuat Elsa termakan umpatnya sendiri. Lihat, kemarahan wanita itu naik ke level yang lebih tinggi. “Baiklah, Lily. Terima kasih,” jawab Queen sembari mengangguk. Tidak ada alasan untuk menolak kebaikan Lily, dan tidak ada alasan untuk membuat wanita yang tengah iri kepadanya itu, terbakar oleh kemarahannya sendiri. Maaf, Elsa. Kau bukan tandinganku. Aku bukan wanita yang bisa kau sombongkan dengan kekayaanmu. Kau hanya belum tau, siapa aku ....
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD