Aku dan Melody duduk berdua di gazebo halaman belakang. Satu teko teh tersedia di meja dengan kue kering sebagai pendamping. Setelah anak-anak tidur kami memutuskan untuk bicara, menjauh dari para suami yang tengah menonton bola. "Wanita seperti apa dia?" tanyaku membuka percakapan. Melody menghela napas. "Alex memang bodoh saat itu. Dia bertemu wanita ini di klub malam. Aku tidak tahu apa yang ia pikirkan, beberapa minggu setelah pertemuan itu Alex ingin bertunangan." Melody menuangkan teh pada dua gelas hingga setengah penuh. Ia menatapku sembari mengusap tangannya pada gelas, mencari kehangatan. "Jika aku memberitahumu apa kau akan pergi meninggalkan Alex?" Pertanyaam ini selalu muncul di pikiranku. Aku begitu mencintainya, memikirkan berpisah dari Alex membuat perasaanku kacau. "