Alex menyusulku tak lama kemudian. Ia duduk di sampingku. Harumnya sabun tercium melalui hidung membuat aku jadi tenang. "Kamu sensitif sekali kalau bicara tentang Kristin." Aku tak menjawab. Kupalingkan wajah hingga Alex menarik daguku. Kami saling bertatapan dengan pandangan berbeda. Alex mengusp wajahku lembut kemudian tersenyum tipis. "Aku terlalu sering membuat pipimu basah dengan air mata. Ana, sudah banyak rasa sakit yang kuberikan untukmu. Maaf selama ini belum bisa membuatmu bahagia," ucapnya membuat dadaku semakin sesak. Kenapa Alex berkata seperti itu. Aku tak kuasa membendung air mata. Ucapannya seolah berkata hubungan ini akan berakhir. "Bisakah kamu melupakan Kristin? Aku ingin kamu fokus pada keluarga kecil kita. Aku juga sedang hamil, Alex. Aku gak mau cinta kamu terbag