Bab 9

2013 Words
Cklekk ! "Assalamualaikum." Lirih Risa setelahnya dan masuk ke dalam dorm mereka. "Oh, Risa-ya. Kau baru pulang? Pantas saja aku tidak melihatmu sedari tadi." Ujar Yonghwa yang langsung melangkah mendekatinya. "Ah maaf. Aku hanya berjalan di taman tadi oppa." "Taman? Sendiri? Kenapa tidak mengajakku. Aku juga ingin berjalan-jalan di sore hari. Pasti menyenangkan." Yonghwa tanpa sadar mempoutkan bibirnya lucu. Membuatku terkesima. Tapi tidak boleh. Aku harus melanjutkan niatan awalku untuk menyerahkan lagu ini. "Ano, maaf oppa. Lain kali aku akan mengajakmu. Dan, apa kau tau dimana Juna oppa?" "Juna hyung? Kurasa di kamarnya. Kenapa kau mencarinya?" "Aku ingin menunjukkan sesuatu padanya." Yonghwa menaikkan sebelah alisnya. Seperti mencium sesuatu yang salah. "Begitukah? Hanya Juna hyung?" Yonghwa merundukkan tubuhnya sedikit memperpendek jarak mereka. Sekedar meneliti wajah Risa yang pasti mulai memerah karena kedekatan mereka. "Nde . ." Risa gugup. Sedangkan Yonghwa masih menatapnya lekat. "Apa aku boleh melihatnya juga?" "Eh, itu . ." Risa menjadi bingung untuk menjawabnya. Seharusnya tidak apa-apa bukan. Toh ini untuk lagu mereka juga. Hanya saja dirinya merasa begitu malu dan belum siap untuk mengatakan tentang lagu pertamanya ini. Puk! Dirasakan sebuah tangan bertengger manis di kepala gadis itu. Yonghwa terlihat menahan tawanya. "Hahaha Kenapa kau begitu gugup. Aku hanya bercanda kau tau. Jaa, pergilah. Bukankah kau mencari Juna hyung. Katakan padaku kalau kau butuh sesuatu Risa. Arraseo!" Eye smilenya tercetak jelas diwajah tampannya. Ahh Yonghwa mungkin seorang malaikat. "Terima kasih oppa." Risa bergegas menuju kamar Juna. Hampir saja diketuk pintu itu yang lalu dirinya menyadari gadis itu belum mandi sehabis keluar tadi. Risa mengecek bau badannya. Pasti wajahnya terlihat lepek. Risa tidak ingin Juna mengusirnya keluar dari kamarnya sebelum sempat menilai lagu yang dibawa Risa. Akhirnya dengan langkah pasti gadis itu menuju kamar untuk membersihkan diri. *** Tok tok tok! Risa berdiri di depan kamar Juna. Tidak ada jawaban. Mungkinkah pria itu sudah tidur? Diliriknya jam dinding. Bukankah ini masih terlalu pagi untuk tidur malam. Ah mungkin pria itu kelelahan. Lalu bagaimana dengan lagunya. Sepertinya Risa harus menundanya untuk besok. Tapi haruskah Dirinya mencoba mengetuknya lagi? Hanya memastikan saja. Baiklah. Percobaan terakhir. Risa mulai mengangkat tangan berniat mengetuknya ulang. "Sedang apa kau?" Suara itu benar-benar membuat Risa terlonjak kaget. Dirinya langsung berbalik menghadap Juna yang ternyata berada dibelakang. "Maaf oppa. Aku, ada sesuatu yang ingin kutunjukkan padamu."  Risa menyodorkan berkas berisi beberapa note itu yang hanya ditatap sekilas oleh Juna. "Kau sudah membuatnya?" "Belum kusempurnakan oppa." Risa menggigit bibir bawah merasa gugup. "Ikut aku." Tanpa banyak kata gadis itu langsung mengekorinya yang ternyata tujuan mereka adalah studio pribadi Juna. Dan disinilah dirinya. Berdiri di depan monitor Juna dan tak lupa tatapan tajam pria itu yang mengarah kepadaku. "Kau sudah membuat softnya?" "Nde, oppa." "Masukkan filenya. Kita lihat kemampuan produser baru kita." Deg! Apa itu! Kata-kata Juna seakan menusuk harga dirinya. Risa memasukkan datanya. Dan sebelum membuka filenya, Risa melirik pria yang masih setia memperhatikan dirinya. Hufttt! Risa membuang rasa gugupnya. Dan klik! musik mulai terdengar. Malam semakin meninggi. Diluar nampak terdengar suara jangkrik bersautan jika kau benar-benar mendengarkannya. Seoul masih seperti biasanya. Semakin malam semakin hidup. Begitu ramai kendaraan bagus yang berlalu lalang dijalanan. Juga banyak kudapan malam yang tentunya banyak diminati pengunjung. Jangan lupakan papan reklame, brosur, dan papan canggih lainnya yang sedang menampilkan artis artis papan atas. Dijalanan, tidak jarang terlihat banyak orang berkumpul dalam satu titik untuk melihat pertunjukkan yang telah disulap menjadi pentas kecil para penari dan penyanyi jalanan demi mencapai suatu tujuan.  Debut. Banyak juga yang melakukan semua itu demi kesenangan semata. Berlatih, audisi, bahkan sekedar menunjukkan diri hingga dilirik pencari bakat, semua itu juga pernah dialami oleh member kebanggaan kita STIGMA hingga menjadi terkenal seperti sekarang. Semua fase itu telah melahirkan suatu bakat bahkan takdir luar biasa yang dipegang oleh masing-masing member hingga menjadikan mereka suatu ikatan yang kuat yang disebut keluarga. Dengan kemampuan masing-masing member, kurasa mereka bahkan bisa membuat dunia takluk pada kemampuan mereka. Begitulah kira-kira kedudukan mereka saat ini. Seperti itu juga kira-kira yang ada dalam pikiran Juna selama ini.  Dengan kemampuan masing-masing member, dan bantuan seluruh staf BM yang selama ini berada disamping mereka. Pria itu yakin akan dapat bertahan dalam tarik tambang dunia entertainment ini. Begitulah. Sebelum gadis bau kencur didepannya ini membuyarkan segala ekspektasi dari seorang Min Juna. Juna lupa tentang satu hal. Bertahan saja tidak cukup untuk tetap berdiri diposisi awal. Banyak wajah-wajah baru yang pastinya juga mampu memikat hati konsumen dengan kemampuan mereka. Tamengnya mulai terlihat runtuh semakin lama. Dan Juna baru menyadari itu. Dia butuh suatu perubahan dalam musiknya. Mungkinkah Pdnim sudah menyadarinya sedari awal? Karena itukah alasan Pdnim memberi kesempatan pada gadis didepannya ini. Produser di perusahaan kita semua berjenis kelamin laki-laki.  Karena itu kita memiliki banyak persamaan dalam selera bermusik kita. Gadis ini berbeda. Dia berhasil menyatukan selera kita dengan hal yang baru tanpa menghilangkan rasa aslinya. Aliran kebudayaan yang dicampur dengan gaya musik modern. Maksudku seperti dia berhasil membuat musik yang baru dengan tetap menunjukkan ciri khas mereka. Mungkinkah pdnim mengetahui kemampuan gadis ini sedari awal? Ini sungguh membuat sesuatu dalam diri min Juna tergelitik. Seakan namja ini telah berhasil mendapatkan permen dengan rasa baru. Senang,  dan juga penasaran. Tanpa sadar namja itu menyunggingkan smirk andalannya ketika memikirkan semua itu. Ini pasti menarik. . . "Ehem. " "B-bagaimana Juna oppa?" Juna tersadar dari lamunannya seketika. Matanya mengerjap dua kali memaksa kesadarannya kembali. Ternyata musik telah selesai dimainkan. Menyisakan Risa yang masih berdiri di depannya. Menanti responnya dengan was-was. Lucu sekali ketika Juna dengan jelas melihat seberapa gugupnya gadis itu menanti jawabannya. Dengan santai Juna berdiri meninggalkan kursi nyamannya. Pria itu berjalan dengan pasti menuju tempat Risa berdiri. Sampai tersisa jarak beberapa senti antara keduanya, dan namja itu berhenti. Matanya menatap tajam Risa. "Kau sudah memulai permainan ini Risassi. Untuk itu kau harus menyelesaikannya hingga akhir." ya, kau harus melakukan tugasmu sebagai produser dengan baik disini. "Eh? Maksudmu apa Juna oppa?" Juna mengulurkan tangannya menyentuh anak rambut Risa. Diselipkannya dibelakang telinga gadis itu dengan lembut. "Mulai malam ini, kamu akan tinggal disini bersamaku, Risassi. " "Mwo!!" (apa.) Risa membolakan matanya seketika. Juna sendiri membalikkan tubuhnya membelakangi Risa. "Tunggu apalagi. Kita harus memperbaiki nada-nada yang salah dan kau harus bekerja extra untuk itu, little baby." jelasnya sambil mendudukkan diri di kursi kebanggaannya. Tangannya dengan cekatan memainkan tuts-tuts piano mencari nada yang tepat untuk lagu Risa. Dan gadis itu barulah menyadari bahwa lagunya telah diterima. Senyumnya langsung merekah seketika. "YEIYYY!" . . . Di suatu tempat, PLAKKK!!! suatu tamparan keras telah mendarat dengan sempurna pada satu anak buahnya. "Hanya mencari satu gadis kecil saja tidak becus. Harus berapa lama lagi kalian bisa menemukannya? Hah!" "Maaf tuan. Kami sudah mencari gadis itu sampai ke negara asalnya dan tetap tidak menemukannya. Kami masih memantau jalur penerbangan dan juga mengirim tim untuk mengatasi keadaan disana sekaligus mengawasi keluarganya di Indonesia." Tuan Lee memijit pelipisnya geram. "Dimana cecunguk itu sekarang?" "Dikamarnya tuan. Kami baru saja selesai menemuinya." "Bawa aku kesana. Aku harus menemui k*****t kecil itu." . . Tuan Lee berjalan beriringan dengan beberapa anak buahnya menuju kamar yang dimaksud. Segera penjaga yang melihatnya membukakan pintu untuknya. Dengan langkah pasti tuan Lee memasukinya. Tentu saja kamar yang dimaksud bukanlah kamar pada umumnya. Di beberapa tempat terdapat beberapa macam benda dari yang tumpul sampai ke yang tajam. Dan semua itu tentu bukan sebuah mainan. Fokus tuan Lee langsung mengarah ke tempat dimana seonggok manusia terikat kuat di tiang yang sengaja di letakkan di tengah ruangan. Tubuhnya telah berlumur darahnya sendiri. Pakaiannya pun sudah tidak berbentuk. Pria itu mendongak sedikit merasakan keberadaan seseorang mendekatinya. Dan seketika mengiba kepadanya. Meneteskan air mata. "Tuan, tuan ampuni aku tuan.  Kumohon ampuni aku. Aku tidak berniat membawanya pergi tuan ah bukan. Ini hanya salah paham. Aku tidak mungkin melakukan itu.  Kumohon tuan. Aku akan melakukan apapun yang kau mau. Kumohon jangan siksa aku lagi tuan hiks." Mendengar rengekannya, tuan Lee mendecih sebal. Tidak berguna. "Baru beberapa jam yang lalu kau berada disini dan sudah seperti pengemis. Gadis itu bahkan hampir sebulan dan pintarnya berhasil kabur. Ckk mengingatnya lagi membuatku sebal. Sudah tidak ada gunanya kau disini. Bunuh sampah itu." Tuan Lee meninggalkan ruangan itu juga diikuti anak buahnya. "Temukan gadis itu secepatnya jika kalian tidak ingin bernasip sama dengan dia." "Baik, tuan." Masih di waktu yang sama. Namun di tempat yang berbeda. Suatu bangunan yang tinggi menjulang dan menampakkan indahnya Seoul dari balik kaca dalam satu ruangan yang saat ini sedang ditempati Lee Hyun Bin Pdnim Ceo BM  Entertainment. Pria itu menempati kursi kebesarannya dengan tenang. Namun jauh dalam pikirannya sedang sibuk berkelana. Memikirkan seseorang yang saat ini baru saja bergabung dalam arena bidak caturnya. Risa. Helaan nafas terdengar. Berbagai macam pertanyaan dalam benaknya bermunculan. Benarkah keputusannya ini. Bisakah gadis itu melakukan tugasnya dengan baik. Yang terpenting, bisakah dirinya berhasil mempertahankan perusahaannya lagi. Lee Hyun Bin kembali mengingat masa lalunya. Perjuangannya sedemikian beratnya setelah mengalami penghianatan dari artis lamanya. Berusaha memulai kembali dari nol. Dan akhirnya mengerahkan seluruh kepercayaan dan harapannya kepada STIGMA hingga berhasil sampai sekarang. Namun dirinya tau.  Tanpa inovasi baru tidak akan banyak membantu. Lalu dirinya dikejutkan dengan keberadaan seorang gadis asing secara tiba-tiba. Lee Hyun Bin membuka laci mejanya. Mengambil sebuah dokumen dan membukanya. Dokumen berisi informasi tentang Risa dan beberapa lembar fotonya. Lee Hyun Bin sebenarnya juga tidak habis pikir tentang keputusannya yang bisa begitu mudah mempercayakan lagu STIGMA pada gadis yang notebanenya tidak tahu menahu tentang musik. . . Flashback on. "Lee Hyun Bin Pdnim, kami membutuhkan tanda tangan anda sebagai walinya saat ini untuk melakukan operasi penanganan selanjutnya. Apakah anda bersedia?" "Ya baiklah. Tolong lakukan yang terbaik untuknya." "Kami akan berusaha." Waktu berjalan begitu lambat. Lee Hyun Bin dan beberapa staff yang membantu masih setia menunggu jalan operasinya di depan ruangan sambil tetap mengawasi perkembangan konser tour STIGMA yang sedang dipersiapkan saat itu. Hingga pintu ruang operasi telah dibuka. Lee Hyun Bin segera berdiri menyambut kabar dari dokter yang baru saja selesai menangani gadis itu. "Bagaimana keadaannya dok?" "Anda tenang saja tuan. Gadis itu sudah berhasil melewati masa kritisnya. Tinggal menunggu waktu untuk gadis itu membuka matanya." "Ah syukurlah." "Nde, hanya saja .  . " dokter itu nampak ragu untuk melanjutkan perkataannya. Dan itu juga tak luput dari pengamatan Lee Hyun Bin. "Kenapa dok?" "Bisa anda ke ruangan saya tuan." Kini mereka berada dalam satu ruang lain berdua. Terasa suasana yang sedikit menegang di antara keduanya. "Setelah kami memeriksanya, kami bisa memberi pernyataan bahwa gadis itu telah mengalami penganiayaan." "Maksud dokter?" "Kami melihat banyaknya luka disekujur tubuhnya terutama area punggung dan kaki, tuan. Seperti luka cambuk dan pukulan. Dan luka itu terlihat sudah lama dan ada juga yang baru didapatkannya. Haruskah kita melaporkannya? Sepertinya ini sesuatu yang serius." Lee Hyun Bin nampak berfikir mempertimbangkan segalanya. "Dokter Kang, kita sudah berteman lama bukan. Apa kau mempercayaiku? Lebih baik tolong sembunyikan info ini dari siapapun. Kurasa gadis ini sedang mencoba lari dari sesuatu. Jika kita bergerak gegabah, itu bisa jadi akan merugikan gadis ini.  Sebaiknya kita tunggu sampai gadis itu bangun. Jika dia membutuhkan bantuan, dia pasti tau caranya kan." "Aku mengerti. Ah dan untuk luka tembak yang baru saja didapat. Tembakan itu cukup serius. Jika sedikit saja lebih dalam akan mengenai jantungnya dan itu bisa berakibat fatal untuknya. Untungnya itu tidak terjadi dan kami berhasil mengambilnya. Hanya saja, ada kemungkinan luka itu akan sulit hilang Jika tidak ditangani secara khusus." "Begitukah. Tidak apa-apa dokter.  Aku juga akan menanganinya. Dia sudah mempertaruhkan nyawanya untuk artisku. Sudah sepantasnya aku harus membalas kebaikannya." Satu bulan setelahnya, ternyata Risa baru bisa membuka matanya selama itu. Dan selama itu juga Lee hyun Bin mengerahkan orang-orang kepercayaannya untuk mencari tahu semua info tentang gadis itu. Sampai ke negeri asalnya. Dan info-info tersebut menciptakan suatu kejutan yang tidak pernah ia duga akan dapatkan. Ditangannya,  saat ini ada beberapa file-file informasi yang telah berhasil dikumpulkan anak buahnya.  Menurut info yang Lee Hyun Bin dapatkan Risa adalah anak dari seorang ibu yang hamil diluar nikah. Lalu ayah tirinya telah meninggalkan mereka dengan sejumlah hutang dari salah satu mafia cukup besar di Korea. Karena tidak bisa membayar hutang tersebut, akhirnya mereka membawa gadis itu ke Korea untuk dijual. Dan sepertinya gadis itu berhasil kabur hingga sampai ketempat ini. Saat ini ayahnya telah hilang tanpa ada kabar sama sekali. Ibunya sedang berada dalam pantauan mafia tersebut di negaranya. Tanpa tau sama sekali kabar mengenai anak kandungnya.  Kesehatannya semakin menurun. Lee Hyun Bin menduga tidak ada gunanya juga menyekap ibunya sebagai pengganti anak gadisnya. Atau mafia tersebut punya rencana lain untuk memancing kehadiran gadis ini. Itu hanya segelintir info yang didapat Lee Hyun Bin dari informannya saat ini. Yang jadi masalah dalam benaknya adalah, Lee Hyun Bin beralih menatap selembar foto yang berhasil didapat anak buahnya. Menampilkan gambar ibu gadis itu bersama seorang pria yang nampak familiar dimatanya. Ada hubungan apa ibu gadis itu dengan Park Seojeon, Ceo LION Entertainment. Sampai akhirnya gadis itu sadar dan memintanya untuk mempekerjakannya di perusahaan Lee Hyun Bin ini.  Ada sesuatu yang mengganjal dihati Lee Hyun Bin yang begitu membuatnya penasaran. Saat ini di kepalanya terdapat teori-teori yang cukup membuatnya gila dan takut untuk menghadapi kebenarannya. Hingga akhirnya Lee Hyun Bin mengambil suatu keputusan besar.  Hari itu Lee Hyun Bin menerima gadis itu bahkan menjadikannya sebagai produser wanita pertama di BM entertainment. Lee Hyun Bin telah kembali melempar taruhan besar hanya untuk gadis itu dan menunggu hasilnya. .
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD