Revan terus mendekatinya dan Anna langsung tersadar saat Revan mendekati telinganya.
Dia membisikkan kata-kata yang membuat Anna merasa semakin terkejut.
"Sayang, aku kembali. Kamu pasti merindukan aku kan?" Ucap Revan. Dia langsung meraih tangan Anna dan tiba-tiba mencium telapak tangannya.
Seluruh tubuh Anna menegang dan tanpa sadar dia menarik tangannya.
"A … apa, apa yang kamu lakukan?" Tanya Anna. Dia masih belum percaya jika pria yang ada didepannya adalah Revan.
Revan tersenyum, dia menatap wajah Anna dengan tatapan penuh kerinduan.
"Sayang, ini aku? Aku Revan. Aku sudah kembali dan sekarang kita bisa bersama lagi seperti dulu lagi," ucap Revan, dia hendak menyentuh kedua pipi Anna tapi Anna langsung menepisnya.
"Kamu pria b******k. Pergi kamu dari sini! Aku tidak mau melihat wajah kamu lagi," teriak Anna. Dia pun mundur dan hendak menutup pintu.
Tapi Revan tidak mau melepaskan Anna, dia menahan pintu itu.
"Revan, cepat lepaskan! Aku tidak mau melihat wajah kamu! Lebih baik kamu pergi saja dari sini!" Teriak Anna. Dia merasa sangat kesal sekali.
Anna terus mendorong pintu rumahnya tapi tenaganya hanya seorang wanita dan dia jauh lebih lemah dari Revan.
Sehingga pintu itu pun tidak bisa bergerak sama sekali.
Revan masih saja tersenyum, dia ingin melihat sampai dimana perjuangan Anna yang terus menerus ingin mengusirnya dari rumahnya sendiri.
"Sayang, kamu masih tidak berubah. Saat kamu marah seperti ini, kamu terlihat semakin cantik saja," ucap Revan, dia menyeringai dan tangannya kirinya tiba-tiba menyentuh pipi Anna.
Anna merasa sangat terkejut dan tanpa sadar dia melepaskan satu tangannya dari memegang pintu untuk menepis tangan nakal Revan yang telah menyentuh pipinya.
"Jangan sentuh aku b******k!" Teriak Anna, namun setelah dia berteriak, Revan sudah mendorong pintunya dan membuat Anna langsung terbawa oleh pintu itu.
Anna hampir saja terjatuh namun Revan langsung menangkap tubuhnya saat ini.
"Sayang, kamu baik-baik saja kan?" Ucap Revan, dia langsung merasa panik saat melihat Anna yang saat ini ada dalam pelukannya.
Anna langsung mendorong tubuh Revan dan mencoba untuk melepaskan dirinya.
Namun pelukan Revan sangat kuat sehingga Anna tidak bisa melepaskan dirinya.
"b******k! Cepat lepaskan aku! Revan kalau kamu tidak secepatnya melepaskan aku, aku akan berteriak kalau ada orang c***l masuk ke rumah aku," ucap Anna. Dia langsung memukuli d**a Revan.
Revan tidak marah sama sekali.
Dia malah menikmati raut wajah Anna yang sedang marah. Seperti melihat wanita cantik yang tersenyum lembut padanya.
"Sayang, kamu tidak pernah berubah sama sekali. Kamu masih saja sama seperti dahulu, Aku semakin mencintai kamu," ucap Revan, dia malah tersenyum dan terus menatap Anna dengan tatapan penuh cinta.
Revan masih sangat mencintainya tapi Anna sangat membencinya.
"b******k! Cepat lepaskan aku, Revan hubungan kita sudah berakhir dan jangan mengganggu aku lagi!" Teriak Anna, dia masih memukul d**a Revan sekuat tenaganya, namun Revan tidak melepaskannya sama sekali.
"Berakhir? Kapan berakhir? Sayang, kamu hanya akan menjadi milikku. Ingat hanya menjadi milikku!" Ucap Revan. Dia menangkap tangan Anna yang sibuk memukuli dadanya. Revan menggenggam erat tangan Anna dan dia kembali mencium lembut telapak tangannya.
"Sayang, berhenti memberontak seperti ini. Karena semua yang kamu lakukan akan sia-sia saja. Lebih baik, kamu memeluk aku dan berikan aku satu ciuman lembut disini!" Ucap Revan, dia tertawa dan mendekatkan pipinya kearah Anna.
Anna langsung memalingkan wajahnya. Dia sangat membenci wajah pria yang ada didepannya.
Patut dia akui, Revan semakin tampan saja dan pelukannya saat ini. Adalah pelukan yang pernah dia dapatkan saat tujuh tahun yang lalu.
Anna memalingkan wajahnya. Dia tidak mau terjebak oleh pesona pria yang sudah menyakitinya dimasa lalu.
"Revan, cepat lepaskan aku. Sebentar lagi aku akan menikah dan tolong jangan mengganggu aku lagi!" Ucap Anna. Dia tidak mau melihat wajah Revan lagi.
Revan menaikkan alisnya. Dia masih memiliki kesempatan untuk merebut Anna kembali, karena Anna baru 'mau menikah' dan bukan 'sudah menikah'.
"Baru mau menikah kan? Bukan sudah menikah. Jadi aku masih memiliki kesempatan untuk mengambil kamu kembali," ucap Revan, dia tersenyum dan mencium pipi Anna dan Anna langsung menampar Revan saat itu juga.
Plakkk …
Suara tamparan yang cukup keras bergema didalam ruangan yang hanya ada mereka berdua.
Pipi Revan langsung memerah dan tanpa sadar dia mengendurkan pelukannya, sehingga Anna bisa melepaskan diri dan segera menjauhi Revan.
Revan langsung menepuk dahinya. Dia telah lengah dan sudah membuat kesalahan karena telah melepaskan Anna dalam pelukannya.
"Bodoh! Kenapa aku melepaskan dia?" Umpat Revan dan dia mengusap pipinya yang masih terasa sakit.
Anna pun pergi ke dapur untuk mengambil sapu dan tidak lama kemudian dia pun kembali menemui Revan sambil membawanya.
Revan merasa terkejut saat melihat Anna yang terlihat seperti ibu tiri.
"Sayang, kenapa kamu membawa alat semacam itu?" Tanya Revan, dia tiba-tiba merasakan perasaan yang tidak nyaman didalam hatinya.
Anna menyeringai dan dia langsung mengayunkan sapu itu.
"Kamu pergi sekarang juga. Atau sapu ini akan melayang ke tubuh kamu. Revan, jangan sekali-sekali lagi kamu muncul dihadapan aku. Aku tidak mau melihat wajah kamu lagi entah sekarang dan juga selamanya. Aku tidak mau melihat kamu lagi Revan!" Teriak Anna, ekspresi wajahnya sangatlah menakutkan.
Namun, Revan sangat menyukainya. Bukannya takut, dia malah tertawa sambil menyilangkan kedua tangannya di dadanya.
"Hahahaha … sayang, kamu terlihat sangat menakutkan tapi aku sangat menyukainya. Ayo pukul aku, aku rela dipukul oleh kamu asalkan setelah ini kamu harus memberikan aku hadiah ciuman yang manis disini," ucap Revan, dia tertawa sambil menunjuk kearah bibirnya.
Revan yang selalu dingin dan sulit didekati akan berubah menjadi konyol hanya ada Anna disampingnya.
Anna semakin kesal, dia melempar sapu dan berlari meninggalkan Revan yang masih tertawa sambil menatapnya.
Anna mengambil telepon rumahnya dan memanggil keamanan untuk mengusir Revan yang sangat menjengkelkan untuknya.
Setelah memanggil keamanan, Anna kembali ke ruang tamu dan melihat Revan yang duduk nyaman di sofa sambil menonton tv.
"Tempat ini cukup nyaman. Hanya menurutku, kamu tidak pantas tinggal disini sendirian. Calon suami kamu sangat pelit sekali!" Ucap Revan, dia melihat ke sekeliling dan memperhatikan setiap detail tempat tinggal Anna.
Anna hanya diam dan tidak mau menjawab apapun.
Revan melirik kearah Anna yang masih berdiri dengan tatapan menakutkan.
"Waawww … sayang, kamu semakin mengerikan saja. Tapi, aku sangat menyukainya. Hehehehe …," ucap Revan, dia masih bisa tertawa dan terus menggoda Anna.
Entah ingin tertawa atau menangis, Anna sangat membenci Revan karena kejadian tujuh tahun yang lalu dan melihat tingkahnya yang tidak merasa bersalah sama sekali membuat Anna semakin membencinya.
Tok … tok … tok.
Suara ketukan terdengar dari arah pintu.
Anna langsung membuka pintu dan dia melihat ada dua orang petugas keamanan disana.
Anna menyeringai, dia langsung menyuruh petugas keamanan untuk mengusir Revan dari dalam rumahnya.
Kedua petugas keamanan itu pun mengangguk dan dia pun langsung menarik paksa tubuh Revan dan membawanya pergi untuk keluar. Revan merasa terkejut dengan semua itu, awalnya dia berpikir jika Anna akan menerimanya tapi ternyata, dia masih mengusirnya.
"Sayang, kamu … kamu, kamu mengusirku?" Teriak Revan yang sudah dibawa pergi oleh petugas keamanan.
Anna hanya bisa tertawa sinis dan menjawab, "jangan memanggil aku dengan sebutan itu lagi. Kita tidak memiliki hubungan apapun dan jangan mengganggu aku lagi!" Ucap Anna, dia langsung membanting pintunya dengan kerasnya.
Revan menatap pintu rumah Anna, rasa sedih menyelimuti hatinya tapi dia tidak akan menyerah. Karena Anna hanya akan menjadi miliknya.