Bagian 6

1344 Words
Pagi sudah tiba, Seruni sudah bangun terlebih dahulu untuk masak sarapan pagi. Ia membuka pintu kosannya dan cuaca hari ini tidak mendukung untuk keluar. Mendung dan hujan gerimis mengundang untuk menarik selimut. ''Cantik.'' Panggil Raul sambil memeluk pinggang Seruni sehabis sarapan. ''Ayang mau kerja pake apa?'' ''Dijemput anak buahku, kusuruh rental mobil disini.'' ''Gayanya.'' ''Lah, gak percaya.'' ''Nda memang.'' Raul mencium leher Seruni. ''Liat aja.'' Kata Raul sambil meminggirkan Seruni dan dirinya keluar untuk memakai sepatu.'' ''Ayang pulang jam berapa?'' tanya Seruni. ''Jam lima, nanti jalan- jalan ke handil yuk.'' ''Ayo.'' ''Malam ya, habis maghrib.'' ''Iya, Madan gak pernah jalan- jalan selama ini.'' ''Kasiannya anakku.'' Kata Raul. Raul selesai memakai sepatu safety dan berdiri ia memeluk Seruni dan mencium keningnya. ''Aku pergi dulu ya cantik.'' ''Iya sayang, cepat pulang.'' ''Okeh.'' Kata Raul kemudian memakai tas ransel dan menunggu jemputan. Tak lama jemputan datang dan Raul segera masuk ke dalam mobil. Setelah mobil itu pergi Seruni kembali kedalam rumah dan bersiap untuk pergi kerja. ** Seperti biasa pekerjaan menjadi pembantu itu- itu saja. Tidak ada yang lain. Hari ini dirumah majikan nampak ramai. Seruni menyuapi anaknya makan siang. ''Dia anak saya kenapa. Saya ayahnya!'' Seruni terkaget saat mendegar suara salah satu majikan yang menggelegar seisi rumah. Seruni yang duduk ditangga bersama anaknya menengok ke pria tampan yang sedang memangku anak laki- laki dan disampingnya ada seorang gadis cantik. ''Apa anakmu?'' ujar seorang wanita lain ia luruh kelantai dan menangis. Seruni seperti menonton acara drama kalau begini. Tak lama majikan Seruni datang. ''Maaf ya Run, Adikku kelai sama istri dan adik iparnya. Duh.'' Seruni mengangguk gakpapa seketika ia teringat dengan masa lalunya. Bila dilihat keluarga ini hampir mirip dengan keluarga Seruni, posisi cewek disamping cowok itu terlihat pendiam sama seperti dirinya. ''Dasar perebut laki kakaknya! Gak pantas kamu hidup!'' hardik seorang wanita tua. Seruni terkaget ia segera berdiri dan menatap wanita tua. ''Kenapa Run?'' tanya Majikannya. Seruni kemudian menggeleng. ''Bu, suasananya gak enak. Saya boleh izin nanti balik lagi.'' ''Gakpapa Run, biasa aja.'' ''Saya gak ganggu suami kakak.'' Bela wanita yang dihardik. Ia menangis tak ada yang membelanya. Wanita itu mengambil anaknya dan segera pergi. ** Seruni selesai bekerja, ia pamit. Setelah dijalan mereka singgah ke warung untuk beli es cream. ''Enak.'' Kata Madan sambil menjilat esnya. ''Bunda, ayah kapan pulang.'' ''Jam lima, perhatikan jalanmu nanti jatuh.'' Kata Seruni ke anaknya yang jalan dengan gaya mundur. ''Iya.'' Jawab Madan. Saat berjalan Seruni tak sengaja melihat salah satu majikannya duduk, tepatnya yang pergi tadi dengan membawa anak. Ia duduk dijembatan sambil memeluk bayinya. Tak lama Seruni sampai dan duduk disampingnya. ''Hai.'' Sapa Seruni. Wanita itu sadar ia menghapus air matanya dan tersenyum. ''Hai juga.'' Sapanya ia tersenyum. ''Aku Seruni.'' ''Aku Fitra.'' ''Gak pulang Mba? Nanti dicariin.'' Kata Seruni ke Fitra. Fitra menggeleng ia memeluk anaknya yang masih bayi. ''Saya nunggu suami Mba.'' ''Loh yang tadi bukan?'' ''Bukan Mba, itu kakak ipar. Saya nunggu kakak.'' Tak lama pria bermotor matic berhenti didepan mereka. ''Sayang, kenapa?'' tanya lelaki itu saat melihat Fitra dan anaknya. Ia turun dan berjongkok melihat istrinya. ''Pulang.'' Kata Fitra pelan. Lelaki itu mengangguk ia mengambil anaknya dan menggendongnya didepan. ''Kan sudah kakak bilang, jangan main kesana sayang.'' Katanya. Seruni terhenyuh, seketika ia teringat Raul. Fitra menengok ke Seruni. ''Aku ingin jadi kaya Mba Seruni bisa tinggal berduaan.'' ''Ah, aku?'' ''Iya.'' Jawab Fitra. ''Saya kabur dari keluarga.'' Jujur Seruni. ''Saya hamil diluar nikah. Saya juga pernah diposisi mba tadi pas disana. Sakit rasanya.'' ''Iya mba, saya aja mau pergi dari kota ini. Ikut dia.'' Kata Fitra sambil memegang lengan suaminya. ''Oh ya, bahagia dan tenang ya.'' Tak lama Fitra pamit bersama suaminya. ** Seruni sampai dirumah, ia tidak masak karena bawa makanan dari majikan. Makanan itu ia tata dipiring dan meletakannya dimeja, biasa dikasih ke orang atau dimasukan kedalam kulkas. Jualan jajanan ditunda karena Raul datang. Seruni memberesi rumah setelah selesai ia mandi. ''Bunda mandi dulu ya, baru Madan.'' ''Iya Bun.'' Jawab Madan. Seruni masuk kedalam kamar mandi ia melepas semua pakaiannya dan menyalakan keran. Sembari menunggu air didalam ember penuh ia termenung, bagaimana tidak termening kejadian masa lalu karena keluarganya begitu membekas, sakitnya luar biasa. Tak lama airnya penuh Seruni mulai membasahi tubuhnya rasanya segar sekali. Setelah mandi iakeluar dan Raul sudah pulang kerja. ''Ayang sudah pulang?'' kata Seruni sambil meletakan baju kotor di keranjang. Ia berjalan menuju lemari untuk mengambil daster dan sempak. ''Lapar yang.'' ''Ada dimeja, makan aja.'' Kata Seruni sambil kembali ke kamar mandi untuk memakai baju. Setelah memakai baju ia keluar dan mengeringkan rambutnya dan menyisirnya rapih. ''Panjangnya rambutmu sayang, sukanya kulihat.'' Kata Raul sembari makan. ''Iyakah, padahal mau aku potong.'' Jawabnya setelah selesai menyisir. Seruni duduk disamping Raul dan memeluk lelakinya. ''Kenapa sayang.'' ''Tadi dirumah majikan ribut. Ada cewek dituduh ngambil kakak iparnya padahal enggak dia punya suami, suaminya lembut banget kaya kamu manggilnya sayang. Aku jadi ingat kamy dan kangen banget sama kamu deh.'' Cerita Seruni. ''Semua cowok begitu sayang kalau sama cewek yang dicintainya, mau makan cantik aku suapin.'' ''Enggak ganteng, masih kenyang.'' ''Madan mau main diluar ya Bunda.'' ''Nda usah.'' Kata Seruni. ''Main sudah.'' Izin Raul. ''Apaan sih yang.'' Kata Seruni. ''Biar aja anak mau main, nda jauh aja loh.'' ''Jadi.'' Kata Madan. ''Main sudah.'' Putus Seruni. ** Dihandil ternyata sedang ada pasar malam. Raul menggendong Madan dan menyusuri pasar malam bersama Seruni. Mereka saling bergandengan dan melihat keramaian. Seperti dulu mereka sering menghabiskan waktu seperti ini dan sekarang terulang kembali bahkan Tuhan memberikannya Madan. Seruni merasa senang sekali dengan kehadiran Raul, setidaknya dirinya merasa aman. ''Nda jajan cantik? Biasa hobi jajan.'' Kata Raul. ''Jajan dong.'' ''Pantasan tadi kamu gak mau makan ternyata mau jajan.'' Kata Raul ke Seruni dan wanita itu tertawa. ''Pinter.'' Kata Seruni sambil meraba kantong celana Raul. ''Mau apa?'' ''Duit.'' Raul mengeluarkan dompetnya dan memberikannya ke Seruni. Seruni tersenyum sekilas ia mencium pipi lelaki itu dan segera jajan. Raul hanya menggelengkan kepalanya dan mengikuti Seruni dari belakang. ** Raul menurunkan anaknya saat sampai ditempat mainan. Raul menyuruh anaknya untuk memilih mainan yang disukainya. Madan sejenak melihat- lihat pilihannya jatuh pada mainan tembak- tembakan yang besar. Madan mengambilnya dan memperlihatkannya ke Raul. ''Berapa Om?'' tanya Raul ke penjual. ''35 ribu.'' Sahutnya. Raul meraba kantongnya dan mengeluarkan uang lima puluh ribu dan memberikannya ke penjual. ''Oke, 15 ribu kembaliannya.'' Kata penjual sambil menerima uang dari Raul dan mengembalian uang sisa. ''Makasih.'' Kata Raul sambil pergi bersama Madan. ''Bunda mana Ayah.'' ''Ayo kita cari Bunda.'' Kata Madan. ** Raul menggelengkan kepalanya saat Seruni menunjukan hasil berkelilingnya dalam membeli jajanan. Lelaki itu hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum. ''Aku lapar, makan nasi gami yuk.'' Ajak Seruni. ''Lapar? Makan dulu jajanmu itu.'' ''Sampe dirumah aja yuk.'' ''jadi ini mau kemana?'' ''Makan nasi gami baru pulang dan makan jajanan.'' Raul langsung tertawa ia mengusap kening wanitanya. ''Ayo sudah cantik.'' ** Mereka sampai disalah satu warung makan. Disana menjual berbagai macam nasi Gami namun Seruni dan Raul memesan Nasi Gami ikan bawis dan udang. Masakan Gami merupakan salah satu makanan kuliner khas Kota Bontang, Kalimantan Timur. Masakan ini terbuat dari bahan dasar ikan bawis yang hanya ada di perairan Bontang. Cara membuat kuliner masakan gami terbilang cukup sederhana, bahan baku ikan tersebut lalu digoreng sampai setengah matang. Tak lama pesanan datang Seruni dan Raul mulai makan kecuali Madan yang memilih bermain dengan tembak tembakan. Nanti sepulang dari sini Seruni akan beli nasi goreng untuk Madan makan dirumah. Mata Raul sesekali melihat anaknya ia bahagia telah memiliki jagoan. ''kamu tau sayang, aku makin semangat kerja karena ada Madan.'' ''Oh ya.'' ''Iya sayang, dia nyawaku. Aku mau dia lebih dari aku nantinya, mau aku sekolahkan Migas.'' ''Kalau betatto kayak ayahnya gimana?'' ''Kuhajar memang, Bapaknya aja udah tobat.'' ** Mereka sampai dirumah, Madan sudah tidur dan belum makan. Seperti kemarin malam. Madan tidur dibawah dan mereka tidur diatas. Seruni memasukan semua sendal dan mengunci pintu ia meletakan jajanan dan tas dimeja setelah itu ia kekamar mandi untuk mencuci muka, kaki dan tangan segala aktifitasnya. ''Sayang nyalakan Ac.'' Kata Seruni. Raul mencari remot Ac dan menyalakannya. Raul kemudian kekamar mandi dan menutup pintu. ''Udah kelar belum yang?'' ''Belum besok baru bisa.'' ''Hais.'' ''Sabar'' kata Seruni.

Great novels start here

Download by scanning the QR code to get countless free stories and daily updated books

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD