Seruni meletakan piring kotor dilantai, ia menyalakan keran untuk mengisi baskom agar bisa cuci piring. Di rumah keluarga Cendana ini sangat ramai karena lagi kumpul keluarga. Seruni duduk di jengkle atau kursi pendek. Ia Menyusun piring kotor sesuai dengan jenisnya dan membuang sisa makanan tadi siang.
'' Bunda.'' Panggil anaknya saat Seruni sedang membuang sampah makanan di piring.
''Iya sayang, situ aja disini licin.'' Kata Seruni. Bocah itu menggeleng dan mendekati Seruni. Seruni langsung mengambil anaknya, memberikannya satu kursi jengkle dan menyuruh anaknya duduk disitu.
''Air, Bunda.'' Tunjuknya lucu sambil tersenyum.
''Jangan ya, basah bajunya.'' Kata Seruni.
Di sini pekerjaan seruni adalah ART yang tiap jam delapan pagi datang dan pergi hingga pekerjaannya selesai. Tugas yang paling berat Ia jalani adalah mencuci piring, piring- piring besar dan mahal membuatnya harus hati- hati dalam melakukan aktivitasnya bukan takut soal dimarahi tapi tidak enak saja jika pecah walaupun Seruni tahu majikannya ini sangat baik.
Setelah Menyusun piring dan memisahkan sampah makanan, Seruni mengambil baskom sedang untuk mengisinya dengan sabun cucian piring. Setelah itu ia mengambil sendok menggosokkan sabun silih berganti dengan gelas dan piring. Mencuci piring itu ada tahapnya dan tidak boleh dicampur.
**
Suasana masih ramai. Seruni mengangkat baskom yang berisi piring yang sudah bersih. Piring itu ia akan susun ditempatnya lagi, meja makan. Sembari meletakan piring Seruni menikmati suasana rumah ini. Mendengarkan percakapan- percakapan random majikannya hingga tertawa seisi rumah. Setelah selesai Seruni Kembali kebelakang untuk mengangkat sisa cucian piring yang bersih.
''Madan, ayo pindah sayang.'' Kata Seruni ke anaknya. Madan berdiri dan keluar dari situ. Lelaki itu memilih duduk di anakan tangga sembari melihat ibunya bekerja. Seruni membalikkan semua cucian piring bersihnya selesai. Setelah selesai ia duduk di samping anaknya.
''Puyang, Bunda.'' Kata Madan. Seruni tertsenyum ia memangku anaknya dan mencium pipinya gemas.
''Tunggu ya.'' Jawab Seruni. Tak lama majikannya datang ia mengarah ke meja makan namun melihat Seruni.
''Sudah selesai Run?'' tanya majikan. Seruni menengok.
''Sudah Bu.''
''Tinggal Sudah Run, makanan sisa kemarin kamu bawa pulang ya. Sama ini juga. Aku masak banyak.'' Katanya sambil mengambilkan jatah makanan dimeja.
''makasih Bu.'' Seruni menurunkan anaknya dari pangkuan dan segera bergegas ke dapur untuk mengambil plastik makanan. Tak lama Seruni Kembali dan memberikan plastik kemajikan. Setelah dibungkus Seruni Kembali ke dapur membungkus makanan sisa. Setelah masalah perbungkusan selesai Seruni menggendong anaknya.
''Bu, saya pamit. Makasih.'' Seruni berpamitan dan keluar melalui pintu belakang.
Jarak rumah Suri dan Majikannya berjarak lima meter dan itu ia tempuh dengan berjalan kaki.
''Bunda, Madan jalan kaki aja.'' Katanya sambil melihat Seruni. Ia tidak tega dengan ibunya yang panas- panasan dan menggendong dirinya. Seruni menengok dan menjentikan jarinya di hidung sang anak.
''Banyak kendaraan sayang.''
**
Sebelum pulang ke rumah Seruni mampir ke sebuah warung es kelapa milik temannya. Temannya ini satu nasib dengan dirinya hanya tinggal berdua dengan sang anak.
''Ra.'' Tegur Seruni sambil menurunkan anaknya di kursi panjang. Laura adalah nama jelasnya, dengan tiga anak. Anaknya itu memiliki ayah yang berbeda karena Laura menikah sebanyak tidak kali, pernikahan yang ketiga ini mereka tampak langgeng.
''Run, minum es kah?'' tawarnya. Seruni duduk sambil menatap Madan.
''Madan mau es kelapa sayang?''
''Mau Bunda.''
''Satu deh buat Madan, dan kelapa muda biasa gak usah pake gula esnya dikit aja.''
''Oke.''
Cuaca hari ini sangat cerah bahkan terlihat panas menggentang. Di bawah tenda biru Seruni menunggu minumannya sembari membuka ponsel.
''Nah.'' Kata Laura sambil meletakan dua gelas es kelapa di meja dan ia duduk di depan mereka.
''Udah besar ya perutmu gak kerasa ra.''
''Iya, sudah lima bulan ini.''
''Iya, gak ketahuan.''
''Iyalah, badanku gak mengembang segini- gini aja.''
''Iya, beda waktu aku hamil Madan. Gendut.''
''Haha, tapi sekarang kurus kan.''
''Iya hehe.'' Jawab Seruni.
''Gimana hubunganmu sama Raul? Madan gak cari in bapaknya kah?''
''Ish mana tahu dia, belengnya. Aku loh kabur.''
''Iya ya, karena dijodohin.''
''itu tau.''
''Gak harus ninggalin Raul juga. Kamu tau kan itu anak cinta banget sama kamu.''
''Aku gak mau rusak pekerjaannya dan masa depannya ra. Biar aja seperti ini. Aku ingin dia Bahagia lagian umurnya masih muda.''
''Dewasa itu gak bisa diukur oleh umur juga keles. Liat kamu aja yang tua dua tahun dari dia kaya anak- anak.''
''Iya juga sih. Biar ajalah ra.'' Kata Seruni sambil meminum air kelapa yang segar cocok dengan suasana seperti ini.
Dijodohkan? Seruni tersenyum miring ia kabur dari keluarga besar karena ingin dijodohkan oleh keluarga dekat. Lelaki itu penyakitan dan Seruni tidak ingin, sempat ia menolak namun ibunya berkata
"Aku tidak mau memaafkanmu kecuali kamu menikah sama dia.'' Lebih parahnya. '' Aku tidak ridho 7 turunan kamu menikah dengan pacarmu, kusumpahin kalian hidup miskin, gak kaya dan dia selingkuh.''
Seruni tertawa pelan Ketika mengingat dua kalimat yang menyakitinya ada lagi kalimat yang paling dibenci Seruni.
''Cinta itu tidak ada, cinta itu jahat dan kejam. Menikah tidak perlu cinta. Lebih baik kamu dicintai daripada mencintai.''
Terus menikah buat apa hah? Kalau bukan saling cinta? Tiga kalimat itu yang ia membenci ibunya sampai sekarang.
''Heh.'' Tegur Laura sambil menepuk tangan Seruni. Seruni tersadar dan mengangkat kepalanya, matanya memerah.
''Kamu nangis?''
''Enggak, aku keingit kata- kata mamaku aja, sakit betul sampai sekarang.''
''Sudah sabar beb, yang penting kamu tenang sekarang.''
''Iya, alhamdulillah. Aku benci mereka ra.'' Kata Seruni sambil mengambil tisu dan mengelap matanya. ''Aku mau Bahagia malah didoakan jelek, lihat sekarang Haha.'' Kata Seruni miris.
''Heh, ada apanih.'' Tak lama suami Laura datang. Ia menjadi tukang bangunan disebuah villa pinggir pantai. Namanya Midan, Midan duduk disamping istrinya.
''Kopi dulu sayang.'' Mintanya manis dengan sang
istri. Laura segera beranjak untuk membuatkannya.
''Eh, Rahul mau kesenipah. Dia ada proyek disini.''
Seruni langsung terkaget.
''Jangan kasihtau aku. Bisa mati aku.''
''Lah, kenapa? Dia juga baru keluar dari penjara karena keluargamu.''
''Hah? Raul masuk penjara? Berapa lama? Aku gak tau.'' Kata Seruni Syok.
''Raul cerita kemarin pas nelfon. Dia tanya kabarku dan tempat tinggalku sekarang karena pas dia main ke Balikpapan, aku gak disana.''
Seruni akhirnya menangis pelan, kenapa Raul gak cerita tau menghubungi dirinya bercerita tentang ia masuk penjara.
''Berapa lama Raul dipenjara Dan?''
''Setelah kamu kabur dan gak lama keluargamu cari dia. Raul sendiri bilang gak tau kamu dimana dan akhirnya hpnya di digeledah. Chatmu sama dia jadi bukti hingga Raul masuk penjara.
Seruni meredam emosi jiwanya. Ia tidak boleh nangis disiini melainkan dirumah.
''Aku balik dulu ya Dan.''
''Maafin aku Run, kamu pasti sakit dengar berita ini.''
''Sakitlah Dan, siapa bilang gak sakit.''
''Dia cari kamu Run, saranku mending kalian sama- sama aja sudah. Tinggal disini. Raul mau kesini pasti ada tujuannya yaitu kamu.'' Jawab Midan.
Seruni berdiri ia bangun dari tempat duduknya dan menggendong Madan.
''Cuma dia yang kupunya, Midan. Penguatku. Aku balik dulu.'' Kata Seruni.
''Laura, ini ada makanan untukmu. Aku pulang ya beb.'' Kata Seruni saat ke
laura baru datang ke meja.
''Ih, cepatnya. Btw makasih ya beb.'' Kata laura.
Seruni hamper lupa ia mengeluarkan uang dua puluh ribu dan diberikan ke laura.
''Uang minuman.''
''Ish kaya apa aja.'' Balasnya laura. Seruni tertawa dan meninggalkan mereka.