Chapter 75 - Ritual Pencabut Darah Setengah Dewa

1044 Words
Tn. Lion akhirnya dibunuh seperti yang diperintahkan oleh Mr. Pella. Ms. Slufi yang kesal dengan perlakuan Mr. Pella tidak lagi datang ke sekolah. Ia sangat marah kepadanya dan hanya mengutus asistennya untuk menemui kepala sekolah ketika membutuhkan dokumen-dokumen ataupun perjanjian kerja. Sikap Mr. Pella yang lagi kasar sekarang, membuat Rebel sangat tunduk kepadanya. Ia akan sangat marah ketika mereka memanggil nya dengan namanya saja tanpa ada embel-embel tuan. Setiap ucapan yang mereka katakan harus sangat dipikirkan dan tidak boleh menyakiti hatinya. Mereka harus sangat sopan dalam berurusan dengannya. Jika ia tidak suka perkataan tersebut, ia akan sangat marah dan menghukum orang yang mengatakannya. Sebulan kemudian.. Tn. Smith masih berduka dengan kematian Tn. Lion. Perasaan dukacita nya semakin lama semakin hebat. Perasaan rindu nya sangat menyiksanya. Padahal kejadian tersebut sudah sebulan lebih berlalu. Ia tidak habis pikir sahabat terbaiknya tidak ada lagi. Ia memikirkan semua kenangan-kenangan yang mereka lalui. Ia duduk di belakang rumahnya sambil membayangkan hal itu. Ia duduk santai memandangi halaman belakang rumahnya sambil mencari udara segar untuk berpikir jernih. Ia berharap perasaan kehilangan Tn. Lion tidak lagi menghantui nya. Ia merasa sangat tersiksa karena hal itu. Suara jeritan terdengar dari dalam kamar. Tn. Smith langsung meloncat dari tempat duduknya dan melihat istrinya yang akan melahirkan. Ia menyiapkan mobil dan langsung membawanya ke rumah sakit.  Tn. Smith sangat panik. Ia melihat istrinya yang sedang kesakitan. Ia berharap anaknya baik baik saja. Jadwal kelahiran yang ditentukan oleh dokter masih beberapa hari lagi. Ini tidak sesuai dengan perkiraan mereka.  Istri Tn. Smith akhirnya dioperasi dan melahirkan tiga orang anak laki-laki kembar dengan selamat. Tn. Smith menamai yang paling besar Jay. Anak yang kedua dinamai Tey. Dan yang ketiga dinamai Ray. Setelah seminggu, mereka pun pulang ke rumah. Ia memanggil Daya untuk datang membantunya mengurus anak anaknya. Pengurus tiga orang baik bukanlah hal yang mudah. Dengan adanya Daya ia berharap bisa memberikan yang terbaik kepada anaknya yang masih bayi. Daya adalah anggota dari golongan tua. Ia merupakan salah satu pengawal untuk tetua-tetua golongan tua. Daya sangat bisa diandalkan. Jadi, Tn. Smith lebih suka dia membantunya dibandingkan yang lain. Sebelum istrinya benar-benar sehat, Daya bisa membantunya untuk menggendong bayinya yang menangis, mengawasi anaknya ketika ia memasak atau pergi berbelanja atau ia juga bisa membantu Tn. Smith membersihkan rumah. Sambil menggendong Ray. Yang masih kecil, Daya berkata, “Kau nantinya pasti sangat hebat dalam ilmu biologi. Aku bisa merasakan itu!!”  Tn. Smith mendengar hal tersebut. Tetapi ia bingung apakah ia harus senang atau tidak mendengar pujian dari Daya. Ia masih belum tahu apakah kepintaran yang dimiliki anaknya akan berkurang ketika mereka dijadikan manusia utuh. Beberapa minggu berlalu, Tn. Smith pun tidak lagi membantu mereka karena istrinya sudah merasa lebih baik. Mereka berdua sudah bisa mengurus ketiga anaknya bersama tanpa bantuan siapa pun. Meski sebenarnya itu sangat merepotkan. Daya bukannya tidak mau lagi berada di situ. Tapi ia harus mengurus homeschooling milik sekolah. Ia merupakan salah satu pengajar untuk homeschooling tersebut. Selama Tn. Smith tidak masuk, ialah yang menggantikannya mengajar. Ia juga mencari murid yang ingin masuk ke sekolah Gifted melalui jalur homeschooling.  Tn. Smith memberitahukan kondisi anak-anaknya. Mr. Pella mengatakan bahwa ia bisa membawa anaknya ke sekolah seminggu lagi untuk melakukan ritual perpindahan setengah dewa ke manusia. Tn. Smith pun mengiyakannya dan membawanya tepat seperti yang diperintahkan Mr. Pella.  Seminggu kemudian ia pun membawa anaknya ke sekolah Gifted. Mr. Pella membawa ketiga anaknya ke ruangan ritual saat ia dan kesembilan keturunan melakukan perpanjangan umur untuknya. Ia meletakkannya ketiga anaknya di sebuah altar kecil. “Mereka anak yang sangat lucu!” Ucap Mr. Pella, yang sedang mengganti bajunya dengan jubah hitam yang diambilkan pelayan. Kemudian ia berdiri di depan ketiga anak tersebut menyanyikan sebuah kidung dengan merdu.Ada dua orang pelayan yang mengelilingi altar tersebut.Tugas dari kedua puluh orang tersebut adalah menari. Mereka akan menari sepanjang ritual berlangsung. Fungsinya adalah agar suara mereka didengar oleh para Slayer. Tn. Smith Berdiri jauh Di dekat pintu masuk ruangan. Ia tidak diperboleh terlalu dekat dengan mereka.  Suara tangisan bayi terdengar karena suara-suara ribut dari mereka. Nyanyian yang dilantunkan oleh Mr. Pella juga kadang-kadang ia tidak stabil memekakkan telinga. Kadang ia berteriak, kadang terdengar begitu pelan, dan kadang bercampur aduk seperti suara alien. Lalu tiba-tiba tangan Tn. Smith berdarah, tepat di pergelangan tangannya. Ia langsung menutupinya dengan bajunya, karena darah tersebut mengalir tanpa henti. Darah yang keluar dari tangannya itu adalah tanda bahwa ia melepaskan anaknya sebagai manusia.  Mr. Pella berhenti bernyanyi. Ia mengelilingi ketiga anak yang berada di atas altar sambil menari-nari. Kemudian ia melihat ke atas dan berbicara dengan bahasa yang tidak dimengerti.  “Szipiticie Pacipatua Laguiiea Jumanitepauma, Rafgritaprata Jumminettaeltlata!” Ia meletakkan tangannya di kepala ketiga bayi itu secara bergantian. Kemudian cahaya timbul dan seorang Slayer seperti bayangan hitam muncul di depan Mr. Pella. Mereka berdua berbicara dalam bahasa yang aneh. “Liquitelatata Cumriteuikalatua flikituem Jukuilk Clukiktetuan Jakagaritaerautia Haritlautauma uha Kukakaikuik Yajuintla Graultia Jimatlimuira Wrelarang Jrafraita!” Tn. Smith ketakutan melihat makhluk tersebut. Ini adalah kali pertama ia melihat Slayer. Pikiran negatifnya berkata bahwa apakah anaknya akan dibunuh setelah itu. Bisa jadi kepala sekolah berbohong dan menjadikan ketiga putranya menjadi tumbal. Ia menahan pikiran itu sambil memperhatikan gerak-gerik Mr. Pella.  Bayangan hitam tersebut kemudian berteriak keras hingga Tn. Smith harus menutup telinganya. Kemudian di dalam ruangan tersebut terbentuk putaran angin yang menerbangkan benda-benda di sekeliling mereka. Pusat putaran tersebut adalah ketiga bayi tersebut.  Tak berapa lama, putaran angin berhenti, Slayer yang datang juga menghilang, dan Mr. Pella terdiam. Upacara selesai. Ia kemudian memanggil Tn. Smith dan memberitahukan bahwa mereka sudah selesai melakukan ritual. Tn. Smith tampak senang karena anaknya ternyata baik-baik saja.  “Mereka sudah menjadi manusia utuh. Kau tidak perlu khawatir lagi.” Ucap Mr. Pella. “Terima kasih tuan!” “Bagaimana dengan perkembangan homeschooling? Kau sudah dapat pengajar yang handal bukan?” Tanya Mr. Pella yang lari dari topik awal. “Sudah tuan!” “Saya tidak ingin kecewa. Kamu harus bisa mencari murid-murid terbaik untuk sekolah ini. Sekalian, cari juga anak dari Flos yang katanya sudah lahir juga. Aku ingin kau memberitahuku perkembangannya. Ketika kau mendapatkan kabar, beritahu aku secepatnya!” Ucap Mr. Pella. “Baik tuan!” Kata Tn. Smith sambil menggoyang-goyangkan tangannya menggendong Tey yang menangis. Sedangkan Ray dan Jay diletakkannya di kursi roda anak. Mereka pun keluar ruangan dan ia kembali ke rumahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD