Chapter 66 - Permintaan Flos

1379 Words
Flos yang sedang hamil, membuatnya menjadi semakin lembut. Bukannya seperti manusia pada umumnya yang bertingkah menjadi lebih sensitif dan mengalami tanda-tanda kehamilan, Flos Tidak mengalaminya sama sekali. Yang paling aneh adalah kunang-kunang yang berterbangan di luar rumah mereka. Ada banyak kunang-kunang yang sering berterbangan di sekeliling rumah mereka saat malam tiba. Flos sangat lembut berbicara kepada suaminya. Hal ini terjadi karena seorang penghuni waktu akan sangat tunduk kepada suaminya ketika mereka akan memiliki anak.Tanda tersebut menunjukkan bahwa mereka menaruh respek yang dalam dan ucapan terima kasih kepada sang suami karena telah memberikan kesempatan untuk mengandung seorang anak di dalam rahim mereka. Kehamilan Flos sudah delapan bulan. Meski begitu ia masih tetap mengerjakan pekerjaan rumah dan mengurus Prof. Rei dengan baik. Ia masih menyiapkan makanan untuk suaminya, mengerjakan pekerjaan rumah, dan mengurus  keperluan-keperluan kecilnya. Saat Prof. Rei datang dari kantornya, ia sudah selesai menghidangkan makanan. Ia duduk di meja makan dan menunggu suaminya datang.  “Mengapa tidak makan duluan?” Suara langkah kaki dari pintu mengarah ke meja makan tempat Flos duduk. Ia tersenyum manis melipat tangannya dan menempelkannya di pipi. “Sudah pulang. Aku menonton televisi dan mencoba memasak makanan ini!” Tunjuk Flos. Ia menunjuk masakan Bebek Betutu di depannya yang dibungkus dengan pelepah pinang. Prof. Rei mendekati masakan tersebut. Ia melihat sebuah masakan yang dibungkus dengan daun. Ia belum pernah melihat masakan seperti itu. “Ini apa?” Tunjuknya dengan jari sambil meletakkan tasnya di kursi meja makan dan duduk. “Bebek Betutu!” Kata Flos dengan lembut. Ia menyeringai karena melihat suaminya tampak terkejut. Seharusnya ia tidak terlalu terkejut lagi karena Flos selalu memasak masakan yang berbeda-beda setiap hari. Masakan yang sama akan diulang sebulan sekali dan biasanya masakan yang kedua kali sudah berbeda resep dan berbeda rasa. “Ini apalagi?” Kata Prof menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia bisa yakin bahwa masakan itu pasti enak. Ia bisa mencium betapa menggodanya aroma yang dihasilkan.  Rei tersenyum bangga kepada Flos. Pujian yang keluar dari mulutnya tidak cukup untuk istrinya itu. Ia berkali-kali memujinya tetapi tetap saja merasa kurang. “Aku baru mencobanya. Masakan ini belum pernah kamu makan. Cobalah!”  Prof. Rei membuka masakan itu, dan melihat daging utuh dengan wangi yang semakin menyengat. Daging itu mengeluarkan asap kecil yang menyembul dari kulit daun pinang. “Ini adalah bebek yang dibumbui dan dibungkus dengan pelepah pinang. Setelah itu dipanggang di dalam sekam selama dua belas jam. Itu adalah waktu yang pas saat kau berangkat dari kantor.” Jelas Flos kepada Prof. Rei yang mendengar ceritanya sambil menganga. Usai istrinya selesai berbicara, ia kemudian mencicipi masakan tersebut. Dimulai dari kuah bebek betutunya. Lalu ia mencuil dagingnya yang sangat empuk. Ia dapat mengambil dagingnya hanya dengan sendok saja dan langsung terbelah. “Wow..” Ucap Prof. Rei yang tidak bisa berkata-kata lagi menggambarkan betapa enaknya masakan itu. “Untunglah aku tidak mudah gemuk!” Kata Prof. Rei sambil tersenyum kepada Flos. Flos pun ikut makan dengan suaminya. Mereka berbagi makanan itu sambil bercerita. “Hari ini sudah memberikan laporan, dan enam hari kedepan aku bisa bersantai di rumah bersamamu!” Kata Prof. Rei sambil melihat istrinya yang sama lahapnya dengannya makan. “Anak kita akan segera lahir! Kau sudah memberikannya nama?” Tanya Flos. Prof. Rei belum memikirkan hal itu. Karena sibuk dengan pekerjaannya, ia sampai-sampai lupa memikirkan nama untuk anaknya. Padahal umur kandungan tersebut sudah delapan bulan.  “Mengapa aku melupakannya!” Kata Prof. Rei, Tetapi perhatiannya masih berfokus pada makan tersebut. Flos tertawa. “Bagaimana jika sekarang kita tentu kan?” “Baiklah!” Jawab Prof. Rei. Ia meletakkan sendok nya, dan berpangku tangan. “Bagaimana jika namanya ‘Wish’?” Kata Prof. Rei. “Apa artinya itu?” “Itu berarti harapan.” “Harapan artinya apa?” Mengerutkan jidat. “Sesuatu yang kamu inginkan, yang kamu pikirkan dengan keras, yang hanya terjadi ketika mendapat keberuntungan atau keajaiban.” Jelas Prof. Rei kepada Flos. “Berarti itu tidak akan terjadi?” “Kemungkinannya hanya kecil, tetapi hidupmu akan menjadi lebih berarti.” Kata Prof. Rei melihat ke atas kepala Flos. “Aku suka nama itu!” Angguk Flos. Kemudian putri Flos menatap suaminya. Ia melihatnya makan dengan lahap dan terlihat senang. Ada yang ingin dibicarakannya dengan serius kepada suaminya. Ia harus membicarakan hal itu, dan menjelaskan siapa sebenarnya dirinya. “Sayang!” “Ya?” “Apakah aku boleh bicara serius?”  “Ya, apakah kau ada permintaan?” Mereka berbicara sambil diselingi oleh antukan sendok dari Prof. Rei. “Pernikahan kita bukanlah pernikahan biasa. Aku berasal dari dunia yang lebih tinggi. Dunia yang mengatur hukum-hukum di Bumi.” Ungkap Flos terhenti. “Aku..aku juga sebenarnya tidak percaya. Tapi ada banyak bukti yang terjadi di luar akal manusia!” Kata Prof. Rei dengan nada ragu-ragu. “Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi denganku. Aku hanya ingin kamu bersiap-siap saja.”  “Kemungkinan apa? Apakah itu tampak menyedihkan?” Flos menjawab dengan bahasa tubuh. Lalu melanjutkannya dengan berkata, “Tubuhku pasti semakin lama semakin habis karena aku bukan manusia. Bisa jadi aku mati atau menghilang. Jika orang tuaku mencariku, aku pasti kembali ke dunia itu. Entah apapun yang terjadi dengan ku, aku mau kau akan membesarkan anak kita dengan sepenuh hati!” Kata Flos. “Apa yang kau katakan itu? Jangan berkata begitu.” Sanggah Prof. Rei.  “Sebenarnya apa yang terjadi dengan kita bisa jadi sebuah ramalan!” Kata Flos. “Ramalan yang dikatakan Tn. Lion? Kau percaya itu?” Kata Prof. Rei. Selera makannya berkurang dan ia meletakkan sendoknya. Ia tidak melanjutkannya lagi. “Kita memang saling mencintai! Makanya kita bersama. Apakah kau mau hidup denganku karena ramalan itu dan bukan karena mencintaiku?” Terlihat kristalan-kristalan air mata di mata Prof. Rei. Hatinya terasa sangat remuk mendengar ucapan Flos. “Aku tidak berniat mengatakan hal yang menyedihkan kepadamu. Aku hanya ingin kau mengerti keadaan dari percintaan kita!” Kata Flos.  Prof. Rei menjadi bingung. Ia mengoreksi dirinya sendiri apakah benar ia mencintai wanita itu atau tidak. Apa benar ia berada di sebuah takdir yang menyeretnya lebih jauh tanpa campur tangan perasaannya. Apa semua sikap baik hati Flos hanyalah tipuan dan tidak benar-benar dilakukan dari hati. Ia bertanya-tanya dalam hati di keheningan percakapan mereka.  “Aku merasa benar-benar mencintaimu!” Kata Prof. Rei setelah berbicara dengan dirinya sendiri dengan yakin. Anggukannya dan air matanya terus dilakukannya hingga ia menangis tersedu-sedu. ‘Inikah yang dinamakan kesedihan yang tidak terbendung lagi. Kesedihan level terparah para Mungkit?’ Kata Flos dalam hatinya yang melihat suaminya menangis. “Apakah aku menyakitimu hingga sesakit itu?” Tanya Flos yang tidak tahu harus berkata apa. Prof. Rei menghapus air matanya. “Aku tidak akan sedih jika kau tidak mengatakan bahwa kau akan meninggalkanku. Pasti itu sangat sakit.” Kata Prof. Rei.  Flos berdiri di samping Prof. Rei. Ia mengusap-usap pundaknya secara perlahan dan tidak berani mengucapkan apapun. Ia tidak ingin suaminya menjadi semakin sedih. “Aku tidak ingin kau pergi!” Kata Prof. Rei. Flos merasa ia harus mengatakan satu kalimat lagi. Kalimat yang menjadi permintaannya. “Aku ingin meminta padamu, ketika anak kita lahir, tolong lindungi dia!” Prof. Rei mendengar ucapan tersebut dan mendongakkan kepalanya melihat Flos yang berdiri di sampingnya. *** Sudah saatnya mereka melengkapi semua peralatan bayi mereka. Ketika anak mereka lahir, mereka tidak akan kesulitan untuk merawat anak mereka. Prof. Rei yang sedang bersedih karena perkataan Flos kemarin membuatnya menjadi pendiam. Ia bukannya membenci Flos, tetapi lebih ingin menyendiri dan mencoba menerima kenyataan yang mungkin terjadi seperti yang dikatakan Flos.  Ia mengatakan kepada Flos, bahwa ia akan ke kota dan membeli sebagian peralatan bayi. Prof. Rei tidak ingin Flos ikut berbelanja. Ia takut karena Flos sudah hamil tua dan tidak sanggup untuk berjalan. Ia tidak ingin kelelahan sehingga membahayakan bayi mereka. Jadi ia hanya menyuruhnya untuk tetap di rumah saja. Flos memberikan secarik kertas. Ia telah mempersiapkan apa saja yang harus dibeli oleh Prof. Rei di pasar. Ia menuliskan daftarnya sebagai berikut; Celana, baju bayi, kaos kaki, sarung tangan, topi, bedong selimut, tempat tidur bayi, kelambu, perlengkapan mandi bayi, s**u, botol s**u, tas bayi, dan mainan. “Terima kasih sayang!” Kata Prof. Rei sambil mencium kening Flos. Ia tampak senang karena melihat Flos yang selalu tanggap dan cekatan dalam mengurusnya.  Ia pun pergi dan berpikir akan membagi peralatan itu menjadi dua kali belanja karena mobilnya tidak akan muat mengangkutnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD