Chapter 21 - Apakah kau mau menikah dengan ku?

2214 Words
Saat di dalam mobil, Prof. Rei beberapa kali mencuri-curi pandang ke arah Putri Flos. Ia semakin curiga bahwa Putri Flos bukanlah dari Bumi. Yang membuatnya curiga adalah  adalah daya serap otaknya yang sangat cepat dalam memproses data dan mempraktekkannya. Manusia normal hanya bisa berkonsentrasi menerima pelajaran hanya sebatas dua puluh menit pertama. Tetapi, kondisi tersebut tidak bekerja bagi Flos. Ia bisa menerima informasi dengan cepat dan meletakkannya di ingatan jangka panjangnya. Memang banyak kemungkinan bahwa putri Flos bukan berasal dari Bumi. Justru dari luar angkasa. Tapi, bagaimana mungkin perawakannya yang sama dengan wujud manusia, bisa tinggal di alam semesta lain? Prof. Rei tidak berpikir lagi. Ia menggelengkan kepalanya dan berupaya mengontrol pikirannya agar tidak menghayal kemana-mana. Akhirnya selama perjalanan menuju pasar, Prof. Rei memutar lagu untuk membunuh kebosanan mereka. Setelah lagu di putar, ia melihat putri Flos mengeluarkan wajahnya dari jendela dan merentangkan tangannya seperti akan menangkap angin. Ia tampak cantik dengan rambutnya yang diterpa angin. Prof. Rei hampir tidak bisa berpaling darinya, padahal ia harus melihat ke depan saat mengemudi. Prof. Rei pun melihat ke depan dan menggoyang-goyangkan kepala dan pundaknya mengikuti ketukan musik. "Nada yang indah!" Kata putri Flos dan mencoba mengikuti gerakan Prof. Rei. Beberapa kali ia menggeram karena tak dapat menyanyikannya dengan baik. Prof. Rei tertawa karena melihat putri Flos geram karena tidak mengetahui lagunya. Ia berkata, “Kamu tentu tidak bisa mengikutinya karena lagu ini baru kamu dengar!”  Putri Flos masih tetap mencoba untuk belajar lagu tersebut hingga ia bisa. Prof. Rei terkejut karena putri Flos akhirnya bisa menghafal dan menyanyikannya dengan baik.  Prof. Rei melihat wajah putri Flos dan tersenyum. Flos tersenyum kembali, senyuman balasannya membuat Prof. Rei berdebar-debar. Ia langsung mengalihkan pandangan ke depan lagi dengan menelan ludahnya. Dalam hati ia merasa ini sudah berbeda. Ia tidak bisa mengendalikan perasaannya. "Bolehkah aku menyanyi untukmu? Kami juga punya lagi tradisi yang sering kami nyanyikan. " Ucapnya putri Flos. "Benarkah? Aku ingin mendengarnya!" Ucap Prof. Rei dengan kaku. Prof. Rei mematikan siaran radionya agar bisa mendengar suara Flos. Ia penasaran bagaimana suaranya saat bernyanyi. "The universe is a boundary. You'll fly when you get there.  Stay on an eternal mountain,  Then travel through time. The world of time is a real dream You can't run anywhere Your friend will pick you up,  and you'll be in the same time world."  Nyanyian yang dinyanyikan Putri Flos.  Suaranya sangat halus menembus telinga hingga masuk ke hati. Suaranya seperti suara dari langit yang menyejukkan. Ia lalu bergumam dengan nada yang sama karena memang lagu yang dinyanyikan seperti itu. Lagu yang dinyanyikan penghuni waktu mengingatkan mereka akan asal usul mereka. Nyanyian itu sering dinyanyikan kepada anak-anak mereka saat tidur. Jadi seluruh anak di Dunia Waktu sangat hafal betul lagu itu. Lagunya memang hanya satu bait karena tak seperti lagu yang ada di Bumi yang bisa berganti-ganti ritme dalam satu lagu. "Wow. Benarkah itu suaramu?" Prof. Rei terkagum-kagum mendengarnya. Ia tak menyangka bahwa ia bisa mendengar nyanyian yang memberi tenaga pada tubuh. Ia merasa nyanyian itu seperti suara dari surga. Memberi perasaan damai dan tenang. "Ya, tentu." Angguk Flos. Ia bertanya-tanya mengapa Prof. Rei meragukannya. "Mungkin kau dulunya seorang penyanyi!" Tebak Prof. Rei. Ia yakin bahwa wanita itu adalah seseorang yang lupa ingatan dan pekerjaannya sebelum lupa ingatan adalah sebagai penyanyi. "Semua penghuni kami bisa bernyanyi! " Ucapnya. Tapi, Prof. Rei tidak menanggapi, ia menunjuk ke ujung bagian Bumi. "Lihat, kita sudah sampai. Kau pasti suka disini. Kita akan pilih baju untukmu." Ucapnya. Flos melihat arah tangannya menunjuk dan tersenyum. Ia merasa bahwa ini adalah momen terbaik selama ia hidup. "Bumi memang indah!" Ucap Putri Flos yang memandang sisi kirinya. Prof. Rei mendengar ucapan putri Flos. Ia tampak senang dengan perjalanan itu. Prof. Rei merasa bangga kepada dirinya sendiri karena ia merasa telah berbuat baik. "Angin ini sangat sejuk!" Ucap Putri Flos sambil merentangkan tangannya lagi dan menghirup dalam-dalam udara yang berhembus. Prof. Rei melambatkan kendaraannya. Ia harus sabar menunggu orang-orang yang berlalu lalang di jalan yang sempit. Ia sedang mencari tempat untuk memarkirkan mobilnya.  Putri Flos berkata, “Apakah disini ada pembagian buah dari pohon Patron?” Tanyanya. Prof. Rei menjawab, “Pohon Patron? Pohon apa itu?”  “Sepertinya aku salah. Ini tempat untuk mengumpulkan makanan bukan?” Kata Putri Flos.  Prof. Rei melihat ke belakang ingin memundurkan mobilnya dan mengangguk menanggapi apa yang dikatakan Putri Flos. Sampailah mereka di pasar baju bekas. *** Mereka keluar dari dalam mobil.Teriakan orang-orang di pasar membuat Flos bingung.  "Mengapa mereka terlihat marah?" Tanyanya melihat wajah Prof. Rei. Prof. Rei hanya tertawa kecil melihat wajah Flos. Ia tidak menanggapinya. Ia menyuruh Flos untuk mengikutinya. Putri Flos melihat hal lain lagi. Ia mengatakan lagi, "Mengapa makanan-makanan manusia di taruh di bawah seperti itu?"  Seorang anak kecil mendekati Flos. "Bu, belilah bunga saya!" Anak kecil itu bermata bulat. Bercak hitam karena debu terdapat di pipinya. Flos melihatnya dengan tulus dan merasa iba. Ia mengambil bunga itu dan berlari mengejar Prof. Rei. Ia memberikan bunga tersebut kepadanya.  "Ia memberikan bunga ini untukku, dan aku memberikannya kepadamu!" Ucap Flos memukul pundak Prof. Rei agar ia berhenti. Seorang anak kecil berada di belakang Putri Flos. Ia meminta bayaran atas bunganya. "Kau mengambil bunga itu?" Kata Prof. Rei. "Ya, Dia memberikan bunga ini dan berkata, ‘Belilah bunga saya!’” Ucap Flos menjelaskan dengan detail. Kepala Prof. Rei terasa seperti terbentur batu keras. Ia merasa wanita tersebut memang tidak tahu apa-apa tentang kehidupan manusia. "Kau tidak boleh mengambil dengan sembarang! Ia meminta alat tukar untuk bunga tersebut. Namanya uang!" Kata Prof. Rei dengan datar dan menunjukkan bagaimana bentuknya uang kepadanya. "Benarkah? Maafkan saya." Kata Flos merasa menyesal. Ia lalu memberikan bunga tersebut kembali kepada gadis kecil tersebut. "Sudah, kita bayar saja!” Kata Prof. Rei menghentikan Flos. Ia kemudian berkata kepada gadis kecil tersebut, “Berapa ini bunganya?" "Lima ratus rupiah, Pak." Jawab gadis kecil tersebut. "Ini." Memberikan uang bergambar wanita dan bunga anggrek.  "Terima kasih." Ucap anak kecil itu. Mereka berjalan menelusuri jalan pasar dengan baju panjang Flos yang mengenai tanah. Ia sudah berupaya sebisanya agar baju itu tidak sampai ke tanah tetapi, tidak bisa, terlalu panjang. Prof. Rei merasa Flos sangat lambat berjalan. Ia tahu bahwa itu dikarenakan bajunya yang panjang dan sering terbijak orang yang berjalan. Ia pun memegang pakaian belakang Flos sehingga membuatnya lebih nyaman. Ia mengangkatnya lebih tinggi ke atas agar tidak terlalu berat untuk berjalan. "Terima kasih." Ucap Flos sambil berjalan lurus. "Aku biasanya selalu ditemani dayang-dayang yang membantuku berjalan." Celetuknya. Prof. Rei bingung apa maksud Flos. Ia mengabaikannya karena tahu bahwa Flos mungkin hilang ingatan. "Bagaimana dengan baju itu?" Tanya Prof. Rei. "Tidak." Geleng Flos. Mereka berjalan lagi, " Yang itu?" Tunjuk Prof. Rei. "Tidak." Berjalan jauh lagi, laku berkeliling dari awal. "Yang itu?" "Tidak." Prof. Rei merasa sedang melihat fenomena yang langka karena wanita yang ia tahu lupa ingatan masih mengingat selera pakaian yang ia inginkan. "Ini mustahil." Ucapnya. "Benarkah?" Jawab Flos  "Aku sedang tidak berbicara denganmu Flos." Ucap Prof. Rei lembut. Ia tidak bisa berkata banyak karena ia tidak tahu bagaimana cara wanita berpakaian. Mereka pun berhenti di tempat pertama Prof. Rei menunjukkan pilihan. "Kita lihat disini." Ucap Flos ringan. Semburan lava keluar dari hidung Prof. Rei. Dalam hati ia berkata bahwa ia sudah menunjuk toko itu di awal kedatangan mereka. Flos benar mengelilingi tempat tersebut lalu kembali lagi ke awal. "Bukankah ini toko yang aku tunjuk pertama Flos?" Ucap Prof. Rei lagi.  "Benarkah? Aku hanya perlu berkeliling melihat seluruh toko lalu memilih yang terbaik!" Dengan nada datar tanpa rasa bersalah. Ia dengan senang memilih baju yang disukainya.  “Selera Mungkit tidaklah buruk!” Ucap Flos seraya memilih beberapa pasang baju. ‘Dia memang wanita. Itu tidak bisa dilupakan!’ Ucap Prof. Rei dalam hatinya mencoba untuk tidak merasa kesal. "Mau beli yang mana?" Ucap opung yang menjual. (Opung istilah untuk kakek/nenek) "Saya mau lihat baju yang berkancing merah di depan itu." Ucap Flos. "Apa yang terjadi dengan kalian? Mengapa bajunya robek begini? Apakah kalian kecelakaan?" Tanya Opung penjual yang melihatnya dari dekat. Flos memberikan senyuman, begitupun Prof. Rei. Mereka tidak tahu cara menjelaskannya karena terlalu panjang. Prof. Rei mengalihkan topik. "Kamu perlu lebih dari satu baju Flos." Ucap Prof. Rei melihat sekeliling dan menunjukkan baju sesuai seleranya. Mendengar perkataan itu, opung penjual langsung mengira mereka adalah pasangan suami istri. "Hei, kamu sebagai suami jangan panggil nama. Kalian baru menikah ya?" Goda Opung penjual baju.  "Bu..bukan Opung." Prof. Rei mengatakannya sambil melambaikan tangannya dan ia tidak sadar melepas baju Flos yang telah dipilih ke tanah. Putri Flos melihat reaksi  Prof. Rei. "Kami akan segera menikah! " Ucap Flos.  Prof. Rei langsung melongo. Ia merasa ucapan Flos berlebihan. Ia mendekati Flos dengan cepat. "Apa yang kamu katakan?" Kata Prof. Rei berbisik. Dengan cepat mereka menyelesaikan belanjaan mereka dan pergi menuju parkiran. Prof. Rei berjalan dengan cepat dan meninggalkan Flos di belakangnya.  Wajah Prof. Rei masih memerah. Baru pertama kali dalam hidupnya ada seseorang yang berbicara mengenai pernikahan. Ini juga pertama kalinya seorang wanita hadir di dalam hidupnya. Mereka masuk ke dalam mobil dan kembali ke Desa Sunyi. Sesampainya di sana, hari sudah malam dan hujan kembali mengguyur desa. Mereka berlari untuk dapat masuk ke dalam rumah. *** Putri Flos pun mandi dan mengganti pakaiannya. Sedangkan Prof. Rei sedang asik dengan mainannya, yaitu penelitian yang sedang ia kerjakan. Ia harus melaporkan perkembangan penelitiannya besok. Waktu yang dihabiskannya hari ini seharian dengan Putri Flos membuatnya harus segera menyelesaikan penelitian dan setidaknya ada perkembangan dari penelitiannya yang bisa dilaporkannya untuk besok. Wajahnya kebingungan karena tak tahu apa yang harus dilakukan. Ia menemukan bahwa serum darah binatang bisa menjadi vaksin karena terdapat antibodi di dalamnya. Ia mencoba mengekstrak darah tersebut dan membuat antibodi yang bisa membuat manusia bisa hidup lebih lama dan tidak terserang penyakit. Putri Flos yang sudah selesai mandi mendatangi Prof. Rei. Ia terlihat cantik dengan pakaian pilihan yang mereka beli tadi. Jika seseorang yang tidak mengenal mereka masuk ke rumah dan melihat mereka berdua, mereka pasti mengira bahwa kedua orang tersebut adalah sepasang suami istri.  "Apa yang kau kerjakan?" Tanya Flos. Ia lalu duduk di meja dekat Prof. Rei membaca penelitiannya. "Membuat penelitian. Aku harus ke kota besok untuk mengantarkan laporan." Jelas Prof. Rei.  Flos melihat buku-buku yang ada di dekat Prof. Rei dan membacanya dengan cepat. "Kamu meneliti plasma darah?" Tanya putri Flos. "Wow, dari mana kau tahu?" Tanya Prof. Rei bingung. Ia tidak menyangka putri Flos bisa tahu dengan cepat. Ia berpikir bahwa wanita tersebut bukan seorang penyanyi, melainkan seorang ilmuwan yang bisa bernyanyi. "Itu jelas sekali." Kata Putri Flos yang duduk di kursi Prof. Rei. "Aku ingin mengembangkan alat yang bisa mendeteksi penyakit lebih banyak, membuat tubuh manusia lebih kuat dan panjang umur sekaligus terbebas dari penyakit." Ucap Prof. Rei. "Baiklah, kau bisa mulai dengan serum darah." Ucap Flos.  "Serum darah?" "Ya. Lebih efektif menggunakan Serum Darah dalam penelitian dibanding Plasma Darah." Jelas Flos. Ini sangat membantu Prof. Rei dalam kemajuan penelitiannya.  Flos menerangkan lebih lanjut, "Sampel darahnya bisa dibekukan. Bisa dilakukan selama 15 menit dan akan terjadi gumpalan. Setelah menggumpal akan ada cairan berwarna kuning, itu adalah serum darah." Jelas Flos. Sambil menjelaskan hal tersebut, Prof. Rei melakukan sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Flos. "Kau benar." Ucap Prof. Rei dengan sangat senang. Ia berpikir lagi, ‘Apakah Flos adalah seorang dokter spesialis? Ia bisa bernyanyi, punya kemampuan otak yang mengagumkan, lalu punya paras cantik. Di dalam otaknya ada tiga pilihan profesi yang bisa jadi ia lakukan. Yang pertama adakah seorang model, karena bajunya yang sangat bagus saat ditemukan pertama kali. Yang kedua penyanyi, karena suaranya tidak diragukan lagi. Dan ketiga adalah dokter atau ilmuwan? Tetapi, tidak mungkin ilmuan, karena seluruh ilmuwan pasti bergabung di PI.’ Prof. Rei mungkin melewatkan sesuatu. Ia ingin memastikan jangan-jangan Flos salah satu dari ilmuan di perusahaannya. Ia akan melakukannya besok. Ia menggelengkan kepalanya. Ia sudah terlalu banyak berpikir tentang Flos.  "Ada apa? Kenapa diam?" Tanya Flos. Ia melihat Prof. Rei  tampak kebingungan menatap dinding kamar dan tidak memperhatikan Flos. "Ya? Tidak. Tidak ada apa-apa." Ucap Prof. Rei mencoba sadar. Flos ingin menjelaskan lagi, "Bagaimana jika kamu buat alat untuk melakukan pemisahaan cell darah? Serum darah binatang bisa dijadikan vaksin penyakit." Jelas Flos sambil mondar mandir memainkan peranan. "Benarkah? Itu akan membantu membuat Vaksin untuk Influenza." Ucap Prof. Rei. Ia sangat kagum dengan Flos. Semua yang sedang di telitinya saat ini ternyata bisa dipelajari Flos dalam waktu singkat. Ia tahu bahwa ini ide yang sangat hebat. Ide ini bisa memajukan pembuatan vaksin dari binatang. Tentu Prof. Rei sangat senang dengan ide ini. Ia juga mengerti garis besar cara membuat mesin. "Hebat. Kamu hebat." Ucap Prof. Rei lalu dengan refleks memeluk Flos. "Apakah kau mau menikah dengan ku?" Tanya Flos. Prof. Rei terdiam. Ia hanya memeluk Flos, bukan bermaksud untuk melakukan hal lain. Ia mundur beberapa langkah dan berkata, "Apa maksudmu?"  "Kau tahu, aku bukan berasal dari sini! Penghuni di dunia kami harus menikahi penyelamatnya!" Jelas Flos dengan serius.  "Kau sudah menyelamatkanku." Lanjutnya lagi sambil mendekat kepada Prof. Rei. Penghuni waktu yang diselamatkan rakyat Bumi harus membalas kebaikannya. Ia harus menikahi manusia itu sebagai balasan. Jika ia tidak ingin melakukannya, umurnya akan semakin singkat dan hanya bisa bertahan beberapa bulan saja. "Benarkah itu?" Ucap Prof. Rei.  "Tentu," angguknya. Prof. Rei juga merasa mencintai wanita itu. Jantungnya selalu berdetak kencang saat bersamanya. Di hati kecil Flos, ia harus melakukannya hingga raja bisa menyelamatkannya dari Bumi. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD