Chapter 57 - Mr. Pella dan Cat

1290 Words
Mr. Pella masih tersenyum sendiri meski Ms. Slufi sudah pergi. Ms. Slufi pergi saat sore hari. Pelayannya memanggilnya sambil berlari karena ada tugas penting yang harus dikerjakan. Padahal sebenarnya ia yang mengatakan kepada pelayannya untuk melakukan hal itu di hadapan Mr. Pella. Sebenarnya itu hanyalah drama yang dimainkan agar Mr. Pella tidak sakit hati.  Tapi, untuk Mr. Pella, itu sebuah drama yang sangat luar biasa. Wanita yang dikaguminya mendatanginya dan pergi bukan karena kehendaknya, melainkan karena tuntutan keadaan. Ia membayangkan jika tidak ada pekerjaan yang menuntutnya untuk pergi, ia pasti sudah bermalam bersama dirinya. Semua khayalannya dan senyuman lebarnya dilakukannya di ruang tamu saat Cat, Six, Staig, Slurp dan Spong sedang menonton televisi. Mereka kadang tidak fokus menonton karena melihat Mr. Pella berbicara sendiri dan tersenyum sendiri.  Staig langsung berkata melihat Mr. Pella bertingkah aneh. “Anda sepertinya sedang senang Tuan!” Ucapnya dan tersenyum. Tetapi, Mr. Pella tidak mendengarnya. Ia seperti orang yang berbeda. “Excusez-moi,” kata Slurp dalam bahasa Perancis. Ia hanya membantu Staig karena diacuhkan.  Spong memperhatikan Slurp mencoba menyadarkan Mr. Pella. Ia menanggapi, “Biarlah, tuan kita sedang jatuh cinta. Kalian belum merasakannya!”  Six langsung berkomentar, “Dia yang memang jatuh cinta, atau sudah seratus persen menjadi manusia. Aku pikir Rebel tidak akan separah itu saat jatuh cinta kepada manusia.”  Cat langsung mendekati Mr. Pella. “Tuan, ada yang ingin saya katakan!” Kata Cat di depannya langsung dan memegang pundaknya. Ia langsung tersadar. Ia mengajaknya pergi untuk berbicara di atas bus, yang dijadikan rumah mereka.  Staig melihat mereka pergi dan berkata kepada teman-temannya. “Ia tidak mendengar karena tidak disertai dengan sentuhan.” Mendengar ucapan Staig, mereka menggelengkan kepala dan kembali melanjutkan tontonan mereka.  Di dalam bus ada sebuah tangga yang bisa membawa mereka ke atas Bus. Tetapi, mereka harus menaiki tangga dari luar. Ada empat kursi yang ditaruh di sana. Jadi mereka tidak perlu lagi membawa kursi untuk duduk.  Mr. Pella menaiki tangga di samping Bus dan diikuti oleh Cat. Mr. Pella baru sadar ternyata langit manusia begitu indah. Seharusnya ia lebih sering memandangnya. Ia bertolak pinggang sebentar, menghela napas dan duduk di kursi di samping Cat. “Indah sekali. Semoga tidak hujan!” Ucap Mr. Pella lagi. “Benar sekali!” Kata Cat.  “Apa yang ingin kau bicarakan?” Tanya Mr. Pella. “Apa tuan sudah ada rencana untuk program sekolah kita?” Tanya Cat. Ia sebelumnya tidak begitu mengerti tentang sekolah dan apa yang harus dipelajari disana. “Tenang saja, itu akan mudah. Yang kita butuhkan hanyalah pelayan-pelayan. Aku harus menemukan cara untuk bisa mencari pelayan. Kalau bisa yang tidak memiliki perasaan sehingga bisa melayani dengan objektif.” Kata Mr. Pella.  “Siapa yang bisa kita jadikan pelayan?” Kata Cat mengulangi pertanyaan Mr. Pella. Ia juga ingin membantunya berpikir. Ia melihat ke langit dan teringat peristiwa kilatan-kilatan di langit bagaikan bintang jatuh. “Seandainya ada bintang jatuh yang kita saksikan saat perjalanan ke gunung Jeringgat di malam ini!” Ucap Cat dengan nada frustasi. “Bintang jatuh?” Tanya Mr. Pella. Ia bertanya seperti itu berkali-kali lalu tertawa. “Ya, tuan. Bintang jatuh. Ada apa dengan bintang jatuh?” Kata Cat yang melihat Mr. Pella seperti orang bodoh. “Aku punya ide. Kau mengingatkanku kepada penghuni waktu yang dicampakkan bersamaan denganku. Para prajuritku. Aku ingin mereka yang akan melakukan hal itu. Mereka bisa menjadi pelayan-pelayanku. Besok aku akan ke tempat Mayda dan menyuruhnya untuk membuat ramuan pengambil perasaan. Dengan begitu tubuh mereka hanya ada untuk melayaniku dan tidak akan memberontak.” Kata Mr. Pella dengan senang dan kemudian tertawa terbahak-bahak.  Mr. Cat ikut tertawa.  Lalu Mr. Pella berkata lagi, “Mulai besok kamu juga harus mengatur guru-guru. Di sekolah itu hanya ada sembilan guru yang akan mengajar. Kau coba atur pembagian-pembagian dari guru-guru yang akan mengajar itu. Coba rundingkan dengan mereka dan berikan laporannya untukku. Kita juga perlu undangan untuk mengundang anak-anak dari sembilan keturunan. Kita harus cari orang tua mereka dan menawarkan mereka untuk mau bersekolah di sekolah kita. Kalian bisa mulai pencariannya besok.” Kata Mr. Pella.  Ia menyandarkan tubuhnya di kursi dan membuatnya nyaman. Ia ingin merilekskan tubuhnya. Ia teringat sesuatu lagi. “Oh iya, mengenai keturunan mereka, kau bisa baca di buku yang diberikan oleh Lion kepada kita. Jangan berikan yang lain untuk membaca buku tersebut.” Kata Mr. Pella lagi.  “Baik tuan!” Kata Cat menjawab. Mr. Pella sekarang memikirkan tentang cara mencari korban untuk dijadikan tumbal dalam upacara kesembilan keturunan istimewa. Ia sedang memikirkan cara agar melakukannya secara diam-diam tanpa seorangpun yang tahu. Mungkin ia butuh waktu untuk itu. “Kau harus ingat, anak yang masuk menjadi tahun pertama untuk ke sekolah kita harus lima belas tahun hingga enam belas tahun. Besok kirimkan juga undangan untuk murid-murid dengan IQ diatas rata-rata agar dapat masuk ke sekolah dan mengikuti wawancara. Wawancara bisa kita lakukan di rumah tuan Braam. Bagaimana menurutmu?” Tanya Mr. Pella. “Saya setuju. Rencana tuan sudah tampak matang.” Kata Cat sambil mengangguk.  “Oh ya, aku lupa. Kau harus tau Ms. Slufi juga akan bekerja sama dengan kita. Ia akan sering ke sekolah. Ia memiliki akses untuk itu. Ia akan membuat sebuah kontes untuk mencari anak-anak berbakat dari seluruh murid yang kita miliki. Ini hanya akan terjadi satu tahun sekali, dan setelah lulus kita akan kirimkan kepadanya biodata anak tersebut. Anak yang dipilihnya akan masuk ke perusahaannya dan dididik menjadi artis atau aktor untuk menghibur Mungkit!” Kata Mr. Pella. Cat mengangkat alisnya dan bibirnya meruncing ke bawah. Ia berpikir secepat itu hubungannya dengan Ms. Slufi. Ia langsung mempercayai Ms. Slufi.  “Tunggu, Ms. Slufi adalah salah satu dari keturunan istimewa. Kita bisa meminta bantuannya untuk mencari orang tua dari sembilan keturunan istimewa itu!” Kata Cat tiba-tiba. Ia berbicara sangat kuat dan senang karena awalnya ia stres karena harus mencari sembilan keturunan di antara jutaan manusia yang hidup. “Kau benar!” Kata Mr. Pella. Ia juga sama sumringahnya dengan Cat. Ia memuji Cat atas hal itu.  “Kita bisa ke salon Mayda besok, setelah kau selesai membagi jurusan yang harus mereka pelajari. Jika sudah selesai membagi jurusan, mereka sudah bisa mulai belajar. Mungkin kita harus tinggalkan mereka di perpustakaan saja, lalu kita berdua saja yang pergi ke salon Mayda untuk meminta bantuannya. Aku akan katakan kepada Mayda besok agar ia menyuruh Ms. Slufi untuk datang.” Kata Mr. Pella dengan cepat menyusun rencana.  “Baik tuan. Itu rencana yang sangat bagus.” Kata Cat. “Kapan dimulai pembangunan sekolahnya?” Tanya Mr. Pella kepada Cat. “Aku sudah menyewa rebel yang terbaik. Mereka sudah sangat profesional dalam membangun dan memperbaiki bangungan. Mereka akan mengerjakannya mulai besok. Sekolah itu akan selesai dalam waktu tiga bulan. Selama tiga bulan itu, kita akan mempersiapkan>Mr. Pella menganggukkan kepala sambil tersenyum bahagia lagi. Ia bangga dengan pekerjaan Cat.  “Saya tidak salah pilih orang untuk saya jadikan asisten saya!” Kata Mr. Pella. Hari itu menjadi hari terbaik selama ia berada di Bumi tapi tidak bagi Cat. Setelah mereka selesai berbicara, Mr. Pella bertingkah seperti orang aneh. Ia berbicara sendiri dan yang keluar adalah sebuah puisi. “Lentera malam akan berarti Jika kau menerangi hati Jiwamu menjadi arti Saat kau ditempatkan di tempat tinggi Bintang malam menyapaku  Yang mengingatkanku kepadamu Bintang itu adalah dirimu bercahaya dan sangat jauh tapi ku bisa merasakan kehangatanmu yang menerangi langkahku dan menghiasi langitku. Aku berharap kau jatuh Sama seperti bintang yang kupandang malam ini Jatuh ke pelukanku Memberikan hantaman kuat untuk hatiku Dan kau pun jadi milikku.”  Cat menatap Mr. Pella selama ia mengatakan hal tersebut. Ia menaikkan tangannya, menunjukkan wajah sedih dan senang secara bergantian dan mengekspresikannya dengan gerakan. Suaranya cukup lantang dan tulus dari hati.  Cat hanya menggelengkan kepala berharap Mr. Pella lelah dan ia bisa pergi dari situasi tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD