Rumah Tinggal Baru

1235 Words
Daya bangun lebih pagi dan terkejut mendapati seorang wanita paruh baya yang sedang menyiangi sesuatu di dapur tuannya. "Mm--maaf, Bu. Saya Daya, pengasuh baru Troy." Daya langsung memperkenalkan diri saat ibu itu juga merasakan kebingungan yang sama ketika mereka bertatapan. "Oh. Saya Desi, yang biasa beres - beres dan masak untuk Mas Ezra." Daya tersenyum, mengingat informasi Ezra tentang asisten rumah tangganya. "Ibu biasa datang jam segini?" Daya melirik jam yang masih menunjukkan pukul lima lewat dua puluh pagi. "Iya, Mbak. Nyiapin sarapan mas Ezra dan Troy. Terus rapi - rapi rumah." "Pak Ezra sudah bangun?" Tanya Daya, melihat pintu kamar majikannya yang masih tertutup rapat dan hening. "Biasanya sudah. Tapi saya masuk karena dikasih kunci sama mas Ezra." Daya mengangguk maklum. "Biar saya bantu Ibu. Mau buat sarapan untuk Troy kan?" Desi mengangguk dan memberitahu Daya cara membuat sarapan untuk tuan muda mereka. Daya pun mengambil kesempatan untuk bertanya - tanya seputar Troy dan kegiatannya, yang dijawab Desi dengan senang hati. Wanita paruh baya itu dengan sabar menjelaskan tentang Troy dan kebiasaannya. "Nanti Mbak Daya--" "Daya saja, Bu." Potong Daya cepat yang canggung dengan embel – embel 'mbak'. Desi tersenyum dan melanjutkan. "Nanti Daya yang bangunin Troy. Seperti pengasuh sebelumnya. Dulu sih malah Troy sering tidur sama pengasuhnya, apalagi kalau mas Ezra sedang pergi ke luar kota." Daya mengangguk - angguk. "Pak Ezra sering bepergian?" Sejujurnya, Daya merasa risih membayangkan hanya tinggal bertiga di dalam rumah minimalis Ezra. Bagaimanapun juga, dia adalah perempuan dewasa dan Ezra pun pria normal pada umumnya. Belum lagi pandangan masyarakat sekitar yang pasti menggunjingkan mereka. Meski statusnya hanya pekerja, namun usianya sangat rentan terkena pandangan negatif. "Sering banget. Makanya kasihan Troy. Cucu bu Elisa, baru Troy saja kan. Jadi enggak punya teman juga kalau dititip di rumah eyangnya." Suara pintu kamar yang terbuka membuat Daya memalingkan wajahnya ke sumber suara. Ezra keluar dari kamar dengan wajah bangun tidur dan rambut acak - acakan yang disisirnya sembarangan menggunakan tangan. "Sudah kenalan?" Ezra melayangkan pertanyaan saat melihat Daya dan Desi menata makanan di atas meja. Daya mengangguk, Desi tersenyum dan menawarkan kopi pada Ezra yang dijawabnya dengan anggukan. "Daya ikut saya bangunin Troy, besok kamu bangunin dia jam enam ya. Jangan lewat, mandinya lama dia." Ezra berjalan mendahului Daya menuju kamar Troy. Membuka pintunya perlahan dan menyalakan lampu. "Cara bangunin Troy agak unik. Ini ada botol s**u kosong. Kalau enggak ngantuk banget, ini aja mempan. Tapi kalau lagi teler banget, isi botolnya pakai s**u dia. Nanti pasti bangun." Daya melihat cara Ezra yang menempelkan dot botol s**u ke bibir anaknya, sambil menggoyangkan botol itu pelan agar bibir kecil Troy terbuka. Begitu dot memasuki mulut Troy dengan sempurna, anak itu menyedotnya, seolah - olah sedang menyusu dan tak lama keningnya mengernyit tak suka. Ezra mengelus pipi Troy, sambil memanggilnya agar bangun. Troy menggeliat dan membuang botol kosong ke sampingnya. Ezra terkekeh pelan, membuat Daya mengalihkan pandangannya dari wajah imut Troy ke wajah ayah anak itu. Ezra menatap Daya beberapa saat dan tersenyum kecil. "Troy, bangun Buddy! Waktunya sekolah." Troy bergumam dalam tidurnya dan menolak untuk membuka mata. Tidak menyerah, Ezra kembali memasukkan dot ke dalam mulut kecil Troy yang langsung menghisap botol kosong itu dan merengek kesal sambil mengucek kedua matanya. "Ayo bangun Sayang. Kita sekolah." "Ayaaaaahh." Rengek Troy manja. Serta merta Ezra menggendong putra semata wayangnya dan menepuk – nepuk punggung Troy seraya mengajaknya mandi. Ezra menunjuk punggung Troy pada Daya, menunjukkan bahwa mudah membangunkan pria kecil menggemaskan itu. Daya tersenyum dan mengangguk, lalu membantu Ezra dengan memanggil nama Troy agar tersadar sepenuhnya. *** Hari pertama mengantar Troy sekolah, Ezra menunjukkan jalannya pada Daya. Perjalanan mereka terhenti, karena sebuah mobil yang terpakir di pintu keluar perumahan tempat Ezra tinggal dan memberhentikan mobil Ezra. Pria itu memandang bingung namun tetap menepikan kendaraannya. Seorang pria mengenakan jaket kulit dan topi hitam menghampiri Ezra yang sekarang keluar mobil. Pria itu memperkenalkan diri sebagai salah satu anggota polisi yang bertugas mengawasi Daya. Ezra menoleh ke dalam mobil untuk melihat Daya yang langsung menyadari hal itu dan ikut turun. "Kami akan mengawasi dan menjaga lingkungan Bapak, juga rumah. Untuk berjaga – jaga jika Boy mendekat atau berusaha menghubungi saudari Daya." Ezra mengangguk paham ketika mendapatkan penjelasan mengenai keberadaan dua orang asing yang terlihat sedang mengintainya sejak keluar rumah tadi. "Apakah Bapak juga akan mengikuti kemana Daya pergi?" "Kami akan menempatkan petugas lain di sekolah dan satu untuk tetap menjaga jarak dengan saudari Daya." Daya memang memberitahu petugas kepolisian bahwa Ezra layak diberitahu mengenai status saksinya. Daya meminta maaf pada Ezra, yang dijawab pria itu bahwa dirinya tidak masalah. Justru dengan pengawasan itu, Troy bisa terlindungi juga jika terjadi sesuatu pada Daya. Mereka kembali melanjutkan perjalanan ke sekolah dengan salah seorang petugas yang mengikuti kendaraan Ezra namun tetap menjaga jarak. Sesampainya di sekolah Troy, Ezra ikut turun untuk mengenalkan Daya dengan guru sekolah Troy. "Nanti pulang dengan taksi saja, Ya. Besok kamu bisa bawa motor dan jangan pernah lepas helm maupun masker sebelum masuk rumah dan lingkungan sekolah." Pesan Ezra setelah mengenalkan Daya pada beberapa guru sekolah Troy dan kembali menuju mobilnya. "Baik Pak." Ezra kembali melihat seorang petugas yang sekarang memarkirkan mobilnya tepat di seberang pintu gerbang sekolah Troy tanpa membuka kaca jendela. "Saya tinggal ya." Daya mengangguk dan melihat Ezra kembali duduk di balik kemudi hingga kemudian menjalankan kendaraannya berlalu dari hadapan Daya. Dihembuskannya napas lega, kemudian Daya berbalik untuk kembali menunggu Troy yang sudah memulai kelasnya. Beberapa pengasuh dan juga ibu dari teman – teman Troy menatapnya spekulatif, kemudian tersenyum enggan ketika Daya ikut duduk di sana. "Pacarnya Pak Ezra ya Mbak?" Tanya seorang ibu bertubuh gemuk, yang Daya taksir usianya mungkin hanya beberapa tahun di atas dia. Daya menggeleng sambil tersenyum kecil, "saya pengasuh Troy yang baru." Ibu – ibu dan mbak pengasuh yang berada di sana kompak ber-ooh ria. "Masih enggak rela ya Bu kalau ayahnya Troy punya pacar lagi?" Goda seorang perempuan muda yang mengenakan pewarna bibir merah menyolok. "Ya gimana, hiburan kita nganter anak dia doang!" Jawabnya mantap, diiringi tawa centil semua perempuan yang ada di sana. Beberapa dari mereka menyambut Daya dan memperkenalkan diri. Daya pun merespon dengan senang hati dan ikut mengobrol dengan mereka. Ibu yang bertanya tentang Daya tadi dipanggil bu Iis oleh yang lain, adalah orang yang paling tertarik untuk mengetahui tentang Ezra yang mereka pikir adalah seorang duda muda. "Devi tuh, pengasuh Troy sebelum kamu, sering cerita kalau pak Ezra pernah beberapa kali bawa perempuan menginap di rumahnya." Daya berdeham sungkan. "Saya baru bekerja hari ini, Bu." "Walah, pantesan!" "Jangan lupa kasih berita – berita bagus tentang ayah Troy ya. Kita penasaran perempuan yang beruntung itu siapa. Hihihi." Pinta bu Iis yang membuat Daya menggaruk tengkuk tanpa alasan. "Kalau Devi dulu bilangnya, ada dua perempuan berbeda deh Bu. Tipe – tipe playboy kayaknya nih." Celoteh seorang pengasuh anak lainnya yang bernama Marni. "Gue kalau diet, masih bisa enggak ya menggaet doi. Hihihi." Kali ini seorang pengasuh bernama Tina ikut berkomentar. "Halaaaah, mana mau dia sama wong ndeso kayak kamu Tin!" Cela Marni, yang disambut tawa terbahak para ibu – ibu dan pengasuh yang lain. Mereka tak henti menceritakan kekagumannya pada Ezra yang rajin mengantar Troy hampir setiap pagi. Mereka terharu mendengar cerita pengasuh sebelumnya, bahwa Ezra membesarkan Troy seorang diri. Tanpa sosok istri yang membantunya. Daya yang masih sungkan, hanya ikut mendengarkan penuturan semua ibu dan pengasuh yang bercerita heboh. Hingga mereka membicarakan hal lain dan Daya mendesah lega karena pembicaraan tentang bosnya telah berlalu. •••
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD