"Ehm, mungkin Mami sedikit kecewa," jawab Tere. Ia menatap wajah Aira yang memucat, jadi ia segera melanjutkan. "Tapi Mami hargai keputusan kalian berdua. Lagipula, kamu belum lama menikah dengan Raka. Kamu juga butuh penyesuaian dengan pernikahan kalian dan ... kamu masih 19 tahun. Mungkin tahun depan setelah kamu bertambah usia, kamu bakalan berubah pikiran."
Aira tersenyum seketika. Ia sudah takut jika Tere akan marah padanya. Ia sudah sering mendengar ada mertua yang memusuhi menantunya karena tak kunjung memiliki anak.
"Ya, aku mau menyembuhkan mental aku dulu, Mi. Makasih!" Aira buru-buru memeluk mertuanya. "Aku kira Mami bakal benci sama aku kalau aku belum mau hamil."
"Mana mungkin Mami benci sama kamu. Kamu wanita yang dicintai putra Mami," ujar Tere.
Aira tertawa kecil. Ia be
