bc

Dinikahi Duda Tetanggaku

book_age18+
5.3K
FOLLOW
41.3K
READ
HE
age gap
boss
stepfather
sweet
bxg
like
intro-logo
Blurb

"Om itu yang udah jahat sama aku!" seru Aira seraya menunjuk Raka. "Kamu harus tanggung jawab dan menikahi Aira. Bagaimana kalau putri saya hamil?"Aira dilecehkan oleh ayah tirinya. Namun, karena desakan ibunya, Aira terpaksa menuduh Raka di depan tetangganya. Raka, tetangga baru Aira, yang telah menduda selama satu setengah tahun itu pun terpaksa harus menikahi Aira. Padahal, tadinya ia hanya berniat untuk menolong gadis itu. Bagaimana kisah pernikahan mereka? Akankah mereka bisa saling mencintai ketika masa lalu membuat mereka tak percaya dengan cinta?

chap-preview
Free preview
1. Ditolong & Menuduh Raka
“Kamu dari mana? Kenapa kamu baru pulang?” Aira begitu terkejut ketika ia mendengar Doni bertanya. Ia baru saja masuk ke rumah dan ternyata Doni yang menyambutnya. “Da-dari rumah Indri, Pa. Tadi ada pesta kelulusan. Aku ... aku mau ke kamar dulu.” Seperti biasa, Aira berusaha untuk menghindari ayah tirinya. Ia sangat takut jika dekat dengan Doni karena terkadang Doni akan melakukan hal-hal yang tak ia sukai. Apalagi sekarang sudah sebulan sejak ia lulus sekolah, artinya ia lebih banyak di rumah hingga mau tak mau ia juga harus lebih sering bertemu dengan ayah tirinya itu. “Papa mau ngapain? Minggir!” teriak Aira ketika tiba-tiba Doni menghalangi langkahnya. “Jangan teriak, Ai. Nanti ada yang denger,” bisik Doni seraya mengulurkan tangannya ke wajah Aira. “Jangan! Papa, jangan!” Aira memalingkan wajahnya, tetapi Doni dengan cepat menarik tubuhnya ke sofa. “Ah! Papa, nanti mama marah!” Doni hanya menyeringai mendengar teriakan frustrasi Aira. “Mama kamu nggak di rumah, jadi kamu tenang aja.” Aira membelalak ketika Doni mulai membuka setiap anak kancing kemejanya. “Papa, stop!” Aira meraba-raba sofa, berusaha menemukan sesuatu untuk memukul Doni meskipun ia tahu, jika ia melakukan itu, Doni justru akan lebih keras membalasnya. “Jangan!” “Nggak usah teriak, Ai Sayang. Kamu nggak usah takut!” Doni merangsek maju dan menarik baju Aira dengan kuat. “Pa, jangan gini!” Aira semakin frustrasi. Ia berusaha menendang dan menegakkan diri, tetapi badannya yang sangat kecil sama sekali bukan tandingan bagi Doni. “Anteng, Sayang. Papa udah nggak tahan. Dikit aja,” desak Doni lagi. Ia mengungkung tubuh Aira dan tak memberikan akses apa gadis mungil itu untuk melawan. Aira memiringkan kepalanya ketika Doni mulai mencium bibirnya. Ia benci itu, aroma kopi dan rokok yang kuat dari tubuh sang ayah. Itu menjijikkan baginya. Ia mulai menangisi dirinya sendiri yang tak sanggup melawan. Biasanya Doni tak akan melakukan hal hingga seperti ini. Ia sudah cukup takut dengan sentuhan dan rangkulan yang diberikan Doni, dan hari ini adalah mimpi terburuk dalam hidupnya. Aira hanya bisa berteriak setiap kali sang ayah melepaskan bibirnya. Mendorong dan menendang sama sekali tak ada gunanya. Ia terlalu lemah. Pada satu kesempatan, ia mencoba menggigit bahu Doni. Namun, itu berakibat buruk karena Doni membalas dengan gigitan di bibirnya. Pedih, ciuman menjijikkan itu terasa begitu anyir dan semakin tak menyenangkan. Aira begitu putus asa, ia sangat ingin ini berakhir. Bahkan jika napasnya berhenti kala itu, ia lebih rela. *** Di depan rumah Aira, seorang pria mendesis lirih lalu mengumpat pada makhluk berbulu miliknya yang baru saja kabur dari rumah. Yah, Raka sedang mengejar kucingnya yang ternyata masuk ke halaman rumah salah satu tetangganya. “Memei, awas kamu!” Raka berseru seraya masuk ke halaman rumah. Ia tak mengenal baik si pemilik rumah karena ia baru tinggal di kawasan itu selama sebulan. Ia hanya mendengar dari beberapa tetangga lain bahwa pemilik rumah itu sangat galak. “Apa yang kamu lakukan?” Raka menahan dirinya untuk tak berteriak ketika kucingnya terlihat sedang buang air di dekat pot bunga. “Oh, sial!” Raka mendekati Memei, ia tak ingin kena omelan tetangganya yang galak. Dengan cepat, ia mengangkat si kucing. Ia berniat segera pulang, tetapi ia mendengar rintihan dari dalam rumah. “Apa itu?” Raka menggeleng pelan. Ia tak ingin peduli karena di sini pasti ada pasangan suami-istri dan wajar jika mereka melakukannya. Namun, ketika ia baru membalik badan, ia mendengar suara teriakan seorang perempuan. “Papa! Stop! Jangan, Pa. Aku mohon!” Darah Raka langsung berdesir. Ia bahkan melepaskan Memei dan membiarkan binatang berbulu itu kembali kabur. Raka langsung mendekat ke jendela yang kebetulan tidak tertutup sempurna itu. Ia benar-benar terkejut melihat pemandangan di dalam rumah. Seorang gadis muda berada di bawah kungkungan pria dewasa yang tak lain adalah ayahnya sendiri. Sungguh gila! Raka tak membuang waktu. Ia menggedor pintu karena ia tak ingin gadis itu dilalap habis oleh pria m***m itu. “Permisi! Apa yang Anda lakukan?” Suara di dalam langsung terhenti, dan tak lama kemudian, pintu dibuka. Raka mundur selangkah, tetapi karena ia lebih tinggi daripada pria di depannya, ia bisa langsung mengintip ke balik pintu. Ia jelas melihat gadis itu sedang membenahi kemejanya. Bibirnya bengkak dengan darah di sana. Dan gadis itu menangis sesenggukan. “Siapa kamu?” tanya pria di depan Raka. “Apa yang Anda lakukan sama gadis itu?” tanya Raka. Ia mendorong daun pintu. Pria di depannya begitu berantakan dengan celana pendek dan singlet yang dipakai asal. “Itu putri saya, dia sedang sakit. Apa ada masalah? Siapa kamu?” tanya pria itu. Raka bisa tahu bahwa pria itu sedang berbohong. Ia bertemu tatap dengan gadis yang menangis di dalam ruangan. Tatapan itu menunjukkan bahwa gadis itu sedang frustrasi dan butuh pertolongan. “Dia terlihat nggak baik,” ujar Raka seraya menunjuk si gadis. “Katakan, apa yang Anda lakukan atau saya akan panggil polisi!” “Apa?” “Anda melecehkan putri Anda sendiri!” hardik Raka tak tahan lagi. Aira terkesiap karena teriakan Raka, pria yang sama sekali tak ia kenali itu. Apalagi, tiba-tiba ayahnya langsung marah dan mendorong d**a Raka. Aira berdiri gugup karena perkelahian yang ada di depan matanya. Aira hampir merasa puas melihat Doni babak belur dihajar oleh Raka, tetapi ayahnya juga tak mau kalah. Beberapa kali, Raka dipukuli oleh Doni. Doni memang begitu temperamen dan tak akan mudah melawannya. “Papa, jangan pukulin om itu,” isak Aira pilu. Ketegangan dalam diri Aira tak berhenti di situ, karena dari balik pintu muncullah Yeni dan Andi. Yeni langsung menutup mulut dengan telapak tangannya. Ibu kandung Aira tersebut sangat kaget dengan pemandangan yang ia saksikan. “Mas! Berhenti, Mas! Apa yang kamu lakukan?” teriak Yeni seraya menarik lengan suaminya yang membabi buta memukuli Raka. Ia menoleh pada Aira dan semakin terkejut karena penampilan putrinya. Sesuatu telah terjadi di sini, pikirnya. “Pria ini ....” Doni menunjuk ke arah Raka yang terduduk. “Dia melecehkan putri Anda!” teriak Raka pada Yeni. Aira menarik Andi lalu membawanya ke kamar karena ini adalah obrolan yang tak boleh didengar oleh anak sekecil Andi. “Kamu di sini aja, main game.” Aira memberikan ponselnya pada si adik yang dengan girang langsung membuka aplikasi permainan. Ia memastikan pintu kamar Andi tertutup rapat sebelum membalik badan. Ketika Aira kembali ke ruang tamu, ia terkejut karena di sana tak hanya ada orang tuanya dan juga Raka, tetapi ada beberapa tetangganya yang berkumpul. Aira jelas malu sekali jika ada yang tahu apa yang sudah terjadi. Tidak, ia tak mau mereka tahu! “Pria ini sudah melecehkan putri saya,” kata Doni lantang. “Saya mukulin dia karena dia udah melakukan hal senonoh pada Aira.” Aira memucat. Entah bagaimana tuduhan itu dilayangkan oleh Doni pada pria yang berniat menolongnya. Pria itu jelas terlihat tidak terima. Sementara para tetangga langsung berbisik-bisik. “Itu nggak benar, saya nggak mungkin ngelakuin itu!” seru Raka. Ia menoleh pada Aira seolah meminta dukungan agar gadis itu mengatakan yang sebenarnya. “Bapak itu yang justru melecehkan putrinya sendiri. Saya nggak bohong!” Doni berdecih keras. “Saya ayah Aira, nggak mungkin saya berbuat seperti itu pada putri kesayangan saya.” Aira meremang. Pada saat itu, Yeni mendekat dan memeluk lengannya. “Katakan pada semua orang bahwa pria itu pelakunya!” Aira menatap ibunya tak percaya. Ibunya jelas tahu apa yang terjadi. Ibunya jelas tahu bahwa suaminya yang sudah melakukan perbuatan kotor itu. Aira menggeleng pelan ketika perdebatan di antara Doni dan Raka masih berlanjut. “Percaya sama Mama, katakan aja kalau dia yang ngelakuin itu sama kamu!” desak Yeni lagi. Aira kembali menggeleng. Itu terasa tidak benar. Apalagi ketika kedua mata gelap Raka terpaku kepadanya. Ia segera berpaling—malu—dan ia tahu tatapan itu bermaksud meminta dukungan atas tuduhan yang dilayangkan oleh Doni. “Katakan yang sebenarnya! Apa yang terjadi di sini, Ai?” tanya Dedi, pria yang merupakan ketua RT. Seketika, semua mata kini terarah pada Aira. Gadis itu semakin gemeter. Ia merasakan remasan di lengannya menguat hingga ia menoleh pada sang ibu. Ia juga bisa merasakan tatapan sang ayah yang begitu tajam padanya. Itu menakutkan, jika ia mengatakan yang sebenarnya, ia hanya akan lebih malu lalu. Ia hampir diperkosa oleh ayah tirinya sendiri. Keluarga macam apa ini? Dan yang lebih buruk, Doni adalah pria kasar yang tak segan-segan memukulnya. “Katakan bahwa aku tidak melakukan apapun sama kamu!” Suara Raka membelah benak Aira. “Aku ke sini mau bantuin kamu.” “Ai, ayo bilang,” ujar Yeni seraya mendorong lengan Aira. Keringat dingin membasahi tubuh Aira. Ia sama sekali tak ingin membuka mulut. Jika bisa, ia lebih suka meringkuk di bawah shower sekarang juga. Akan lebih baik jika ia sendirian sekarang. “Katakan, Ai!” Kini, suara Doni yang menggema diikuti tatapan menakutkan semua orang. Aira menelan keras. Ia mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah Doni selama sedetik sebelum menggeser tangannya ke arah Raka yang membelalak. “Om itu yang jahat sama aku,” ujar Aira.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
115.8K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
219.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
203.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
19.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
4.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
16.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook