Aku benar-benar bingung dengan rencana Grandma menjodohkanku dengan Xav, aku dan Xav selama ini hanya teman saja, kami memang akrab dan dekat sekali, setiap aku tertimpa masalah yang selalu ada untukku adalah Xav, pria yang baik dan tidak pernah marah kepadaku meskipun aku melukainya.
Xav memang pria yang baik dan memberikan segala yang aku minta, hanya saja aku sudah terbiasa berteman dengannya dan tiba-tiba harus berada di sebuah hubungan spesial karena perjodohan yang di atur nenek kami. Itu tidak masuk akal bagiku.
Selama ini, aku tidak pernah tahu jika Xav ternyata cucu dari keluarga Tenigson, aku tidak pernah tahu jika temanku itu adalah orang kaya, yang aku ketahui adalah Xav pria yang sederhana dan memiliki kasih sayang lebih untukku. Aku selalu tidak bisa mengandalkan Xav jika itu melibatkan uang, dan aku selalu menolak bantuannya ketika Xav mengatakan bahwa ia bisa memberikan banyak uang kepadanya, namun aku malah tertawa dan membuatnya malu, aku tidak pernah tahu bahwa Xav adalah pria kaya dan sempurna, aku memang berkawan dengannya namun banyak hal yang tidak aku ketahui tentangnya dan dia sudah banyak mengetahui tentangku.
Hari ini aku masih di hotel Tenigson, hotel keluarga Xav, aku masih memikirkan perjodohan yang Grandma atur untukku, aku tidak tahu pria yang akan grandma jodohkan denganku adalah Xav, pria yang selama ini ada untukku dan pria yang tidak pernah berhasil membuat jantungku berdetak.
Aku tetap tinggal di sini dan menjadi pengangguran, aku tidak masuk bekerja lagi karena Degard yang sudah memecatku secara tidak langsung, Degard adalah pria yang memiliki wawasan yang luas, Degard pria yang kelihatannya setia namun b******k di dalam hatinya. Memiliki banyak hal didalam hidupnya yang tidak pernah aku ketahui. Teganya dia berbuat ini kepadaku, aku sempat malu didepan Xav, namun aku sudah terbiasa menangis didepan Xav, aku benar-benar di buai oleh Degard dan yang selalu menyemangatiku dan memberikanku kasih sayang adalah Xav, pria yang tidak berguna yang selama ini selalu ada di sampingku.
Xav adalah pria yang baik dan tampan, namun aku tidak pernah terbuai olehnya. Xav tidak pernah menyakitiku dan tidak pernah membuatku menangis, Xav selalu ada di sisiku dan tidak pernah meninggalkanku, ketika aku tidak bertemu dengannya dalam satu hari, aku pasti akan menghubunginya lebih dulu dan bertanya apa yang sedang ia lakukan.
Aku juga selalu berharap Xav mendapatkan jodoh yang baik dan tidak meninggalkanku, aku memang gila, tapi itu lah yang terjadi, aku tidak bisa kehilangan Xav meskipun nanti ia mendapatkan jodoh dan ternyata jodoh Xav adalah aku. Wanita yang gila dan menangis didepannya hanya karena di putuskan seorang pria yang tidak bertanggung jawab, Untung saja pria itu tidak pernah meniduriku dan menyentuhku, andai saja ia melakukannya, aku pasti akan menuntutnya dan membunuhnya sekaligus.
Suara ponselku terdengar dan aku menoleh melihat ponselku di atas nakas.
‘Xav’
Aku berdeham dan mengangkat telponnya.
‘Halo?’
‘Kamu dimana, San?’
‘Aku di hotel,’ jawabku.
‘El datang ke hotel dan membawa makanan untukmu. Harus kamu habiskan.’
‘Siapa kamu menyuruhku? Aku benar-benar tidak memahamimu,’ kataku dengan nada yang tinggi.
‘Apa kamu lupa bahwa kita di jodohkan?’
‘Jangan membahas hal itu lagi, Xav, aku benar-benar lagi memikirkan banyak hal.’
‘Ya sudah. Kamu buka El saja,’ katanya.
Sesaat kemudian suara bel pintu terdengar, aku membuang napas halus dan turun dari ranjang, menghampiri pintu dan membukanya.
“Masuk, El,” kataku mempersilahkan El masuk.
El masuk ke kamar hotel dimana aku menginap dan duduk di kursi depan meja bundar. Tepat di samping dinding kaca.
‘El sudah datang,’ kataku.
‘Baiklah. Jangan lupa makan ya,’ ucap Xav.
‘Hem.’
‘Makan yang banyak dan jangan ngambek terus. Aku tahu aku salah. Tapi, aku punya alasan kenapa aku tidak memberitahumu.’
‘Jangan membahas hal itu sepertinya, kita hanya perlu memikirkan bagaimana kelanjutan hubungan ini,’ kataku membuat Xav berdeham.
‘Baiklah. Aku harus bekerja.’
‘Hem.’
Xav memutuskan sambungan telepon. Aku melihat El yang kini lihai memisahkan makanan untukku, aku pun menghampirinya.
“El, kamu pasti banyak pekerjaan, dan kamu di paksa Xav, bukan?” tanyaku pada El yang kini menggelengkan kepala.
“Apa kamu yakin Jason itu menganggapmu hanya teman?” tanya El menatap wajahku.
Aku merona sesaat dan mencoba mengalihkan pandangan. El seperti akan menusuk jantungku dan jujur saja aku merasa seperti bahagia di dekat El.
“Ada apa dengan pertanyaanmu?” tanyaku.
“Aku hanya mau meluruskan sesuatu tapi tidak masalah, aku tidak mau membahasnya juga,” jawab El membuatku menganggukkan kepala. Dia pasti akan bercerita tentang Xav padaku, tapi aku tidak mau mendengarnya. Aku dan Xav di jodohkan saja sudah membuat kepalaku pusing beberapa hari ini dan di tambah mendengar cerita dari El lagi, jadi aku memilih tidak ingin mendengarnya.
“Sepertinya tidak perlu membahas itu, El,” jawabku. Aku sempat mengira bahwa El adalah pria kaya dan mampu membantuku, namun ketika melihat dia hanya lah sahabat Xav aku jadi tahu satu hal bahwa aku tidak harus melakukan sesuatu yang akan membuat Xav marah kepadanya. “Apa kamu dan Xav sudah berteman lama?”
“Kami sudah berteman lama dan dia banyak membantuku.”
“Maksudnya?”
“Dia adalah pria yang baik dan selalu membantuku ketika aku tertimpa masalah. Ketika dia menyuruhku kemari dan membawakanmu makanan aku benar-benar marah kepadanya. Kan ada jasa pengiriman, kenapa menyuruhku?” El menggelengkan kepala.
“Apa dia mengganggu pekerjaanmu?”
“Tentu saja dia mengganggu pekerjaanku,” jawab El membuatku merasa bersalah kepadanya. “Tapi, tidak masalah jika dia berikan perintah begini, itu artinya aku akan mendapatkan bonus lagi.”
Aku menganggukkan kepala dan tidak lagi melanjutkan pertanyaanku. Aku tidak bisa berkata apa pun lagi dan hanya menikmati makanan yang sudah El berikan kepadaku. El benar-benar pria yang baik dan aku berdebar karenanya meskipun hanya sesaat saja.
Sesaat kemudian, terdengar suara El, ada telepon masuk dan siapa lagi kalau bukan Xav yang mengecekku melalui El.
El lalu melangkah menjauh dariku, pasti di telepon karena pekerjaan.
Ponselku juga berdering dan aku menoleh melihat nama nenek, ah nenek pasti akan membahas perjodohanku dengan Xav, aku benar-benar bingung dan aku tidak bisa tinggal diam saja. Nenek pasti akan menuntutku agar cepat menikah dengan Xav, apalagi nenek sudah tahu kedekatanku dengan Xav, kami berteman dan bersahabat. Xav juga banyak membantuku, nenek tahu semuanya dariku, aku terlena membicarakan Xav kepada nenek dan nenek senang akhirnya aku tidak harus saling mengenal lagi dan menuntutku cepat menerima perasaan Xav.