13. Sienna

1040 Words
Beberapa hari telah berlalu, aku dan Jason memilih tinggal di rumah orangtuanya karena ini juga permintaan Ibu mertuaku yang ingin kami tinggal di sini, awalnya Xav menolak, namun aku berusaha membujuknya dan akhirnya berhasil. Ibu mertuaku pun berterima kasih kepadaku karena aku sudah berhasil membujuk putranya untuk tetap di sini, meskipun hubungan ayah mertuaku dan Xav kurang baik, karena ayah mertuaku itu tidak pernah memberikan kesempatan pada Xav untuk memilih jalannya sendiri, aku selalu ingat ketika Xav bercerita kepadaku, ia memiliki keluarga yang lengkap, namun ayahnya begitu disiplin. Ku hela napasku panjang dan memasuki ruang HRD, ya hari ini aku mulai bekerja di perusahaan Xav, tanpa sepengatahuan seluruh pegawai di sini bahwa aku istri dari boss mereka. Aku sengaja menyuruh Xav agar menghindariku jika di kantor, karena aku tidak mau berlindung di balik dirinya yang memiliki segalanya di sini. “Karena kamu rekomendasi Tuan El, kamu akan menjadi staf keuangan.” “Benarkah?” aku semringah. Wanita yang kini duduk dihadapanku itu menautkan alisnya, sepertinya ia berpikir bahwa aku bahagia karena El. “El sudah punya kekasih kalau tidak salah,” kata wanita itu. Aku menganggukkan kepala, yang aku senangkan adalah karena aku bekerja menjadi staf keuangan, bukan karena mendengar nama El atau rekomendasi darinya, melainkan karena aku senang bahwa aku bekerja di departemen itu sesuai keinginanku. Xav memang hebat. “Kamu pergi ke departemen keuangan dan temui managermu di sana, namanya Paula,” kata wanita itu lagi. “Baik, Nona,” jawabku. Wanita itu lalu menggoyangkan tangannya menyuruhku pergi dari sini, aku melangkah pergi dan menuju ruang departemen keuangan yang akan menjadi tempatku bekerja mulai hari ini. Aku harus memundurkan diri dari perusahaan Degard, karena aku tidak sudi bertemu dengannya lagi, pria yang munafik dan beraninya menghancurkanku dengan cara berselingkuh dengan Errina. Tak butuh waktu lama, aku pun melangkah masuk ke ruang departemen keuangan, aku membuang napas halus dan menggeleng tak percaya, melihat semua orang menatapku dari ujung kaki hingga ujung rambutku. Mereka pasti memujiku atau mungkin mereka menyindirku di dalam hati, aku akui, aku cantik dan semua orang akan sangat mengagumiku. “Apa yang kamu lakukan? Kenapa terlambat?” tanya suara yang nyaring, aku menoleh dan melihat seorang wanita yang sepertinya seumuran denganku keluar dari sebuah ruangan kecil yang ada di sebelah kiri. “Saya menemui HRD dulu, Nona,” jawabku dengan nada penuh kasihan. “Kamu menemui HRD? Bukankah kamu sudah tahu apa pekerjaanmu, kenapa menemui HRD lagi?” “Karena aku di panggil menemuinya.” “Ah alasan. Kamu cari kursi kosong dan kerjakan semua dokumen yang ada di meja itu,” perintah gadis berambut merah itu. Aku melihat arahnya menunjuk dan melihat setumpuk dokumen. Hari yang berat. Aku menganggukkan kepala. “Kamu memiliki pengalaman di perusahaan Lanss, bukan? Jadi, kerjakan semua itu dan aku minta selesaikan hingga pukul 5.” Aku mengangguk lagi. Hari yang berat dan awal yang benar-benar berat, seperti sebuah hukuman yang harus aku terima. Aku pun segera menuju kursi kosong sebelah kanan, aku duduk di kursi itu dan menyalakan komputer untuk memulai mengerjakan pekerjaan pertamaku, aku memang sudah berpengalaman dalam hal ini, namun ini sikap semena-mena pada seorang karyawan yang baru masuk, ya aku tahu bahwa semua pekerjaan sama dan aku tidak boleh memilih perintah siapa yang akan aku dengar, hanya saja ini terlalu berat di hari pertamaku bekerja, sementara aku dan Xav sudah janjian akan makan malam bersama sepulang kantor. “Lihat itu, dia sepertinya memiliki hubungan dengan Tuan El, tidak mungkin gadis itu di rekomendasikan khusus oleh Tuan El kalau tidak memiliki hubungan apa pun.” “Dia cukup cantik dan menarik.” “Ah masa seperti itu dibilang cantik dan menarik, wajahnya itu semacam seseorang yang memanfaatkan sesuatu. Dia sepertinya bukan wanita baik-baik.” Aku mendengar jelas gosip mereka dan aku mendengarnya jelas mereka mengataiku bukan wanita yang baik, ah benar-benar sesuatu yang membuatku marah, hanya saja ini kantor, jadi aku tidak boleh marah dan aku tidak boleh membuat masalah. Jadi, mereka melihatku sebelah mata karena aku di rekomendasikan oleh El? Haha. Jadi, mereka menyukai El? Aku tertawa kecil di dalam hati, aku benar-benar tidak menyangka dan aku tidak akan pernah melupakan ini, aku baru tahu betapa El populer di kalangan ini. “Aku penasaran pada hubungan Tuan El dan gadis itu.” “Aku juga penasaran.” “Bagaimana kalau kita tanyakan langsung kepada Tuan El?” “Benar. Kita harus menanyakannya langsung agar tidak asal menebak.” “Aku benar-benar penasaran. Aku tidak mau Tuan El punya pacar. Dia kan baik padaku.” “Mungkin dia baik kepadamu karena hanya sebagai bawahannya saja.” “Ah kalian jangan membuatku marah.” Semuanya bergosip di belakangku, aku mendengarnya, namun aku abaikan gosip itu, tidak ada yang menyenangkan selain bekerja dan menyelesaikan semua pekerjaan ini, aku tidak mau mendengar apa pun tentang El atau tentang siapa yang merekomendasikanku, El hanya di berikan perintah oleh Xav, karena itu dia menjadi orang yang merekomendasikanku bekerja di sini. Aku melihat semua orang berkumpul di satu meja dan bergosip terus menerus, aku mendengarnya jelas, hanya saja aku pura-pura tidak mendengarnya. “Jadi, namamu Sienna?” tanya seseorang yang datang duduk di sebelahku. Aku menoleh dan menganggukkan kepala, ku lihat seorang pria kini menatapku. Dia good looking. “Kenalkan namaku Fauzen,” katanya. “Salam kenal,” jawabku. Pria yang bernama Fauzen itu menganggukkan kepala, dan tersenyum menatapku, departemen ini lebih santai dari departemen yang ada di perusahaan Degard, semuanya terlihat santai dan tidak ada yang bekerja di kejar waktu, apakah karena perusahaan ini besar, jadi semua orang menyantaikan diri? Karena dilihat dari bagaimana perusahaan ini, perusahaan ini lebih besar di bandingkan perusahaan Degard. Tapi, pekerjaan di sini santai sekali, mereka bisa bergosip. “Jangan dengarkan mereka. Mereka itu hanya iri kepadamu,” kata Fauzen dan menatapku. “Aku tidak perduli pada sesuatu yang membuatku terganggu. Aku biarkan saja dan aku tidak mau perduli pada hal-hal lain selain bekerja.” “Wah gadis yang baik,” katanya. Aku tertawa dan menggelengkan kepala. “Apa yang kamu lakukan?” tanyaku pada Fauzen. “Aku tidak melakukan apa pun.” “Apa kamu tidak bekerja?” “Oh aku akan bekerja nanti, aku sudah menyelesaikan separuh pekerjaanku.” “Maka dari itu jangan menggangguku,” kataku. “Aku akan membantumu,” kata Fauzen. Sepertinya menarik.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD