15. Bercerita Tentang Teman Lama

1122 Words
“Kenapa kamu memindahkanku ke departemen CEO?” tanya Sienna menoleh sesaat menatap wajah Jason. “Tuan Muda, apakah akan langsung pulang?” tanya Bryd—supir pribadi Jason—yang kini menambah kecepatan batas laju normal. “Kita mampir ke resto dulu, yang ada di ujung lampu jalan itu.” “Baik, Tuan Muda,” angguk Bryd. Sienna menatap wajah suaminya dan masih menunggu jawaban dari pertanyaannya. Sienna tahu bahwa Jason hanya mengalihkan pembicaraan dengan menjawab pertanyaan Bryd yang memang harus di jawab. Hanya saja setelah menjawab pertanyaan supir pribadinya itu, Jason tak kunjung menjawab pertanyaannya. “Xav, kamu tidak mendengarkanku?” tanya Sienna lagi. “Hem?” “Kamu tidak mendengarku?” “Aku mendengarnya,” jawab Jason tersenyum dan menoleh sesaat melihat wajah istrinya. “Aku memindahkanmu ke departemenku karena aku membutuhkan seseorang yang bisa mengerjakan pekerjaan tepat waktu,” jawabnya. “Jadi, kamu memindahkanku karena butuh pekerja yang cepat?” Jason menganggukkan kepala dan nyengir didepan istrinya. Sienna akan menerima alasan itu dan sudah pasti itu lebih melegakan dibandingkan harus mendengar Jason mengatakan bahwa karena mereka adalah suami istri dan mereka adalah pasangan. Sienna belum siap mendengar pernyataan Jason. “Ya sudah. Aku mau pindah jika seperti itu,” angguk Sienna. “Bagaimana pekerjaanmu hari ini?” tanya Jason. “Semuanya baik-baik saja, lancar juga,” jawab Sienna. “Tidak ada yang mengganggumu, ‘kan?” Sienna menggelengkan kepala, ia tidak mungkin memberitahu suaminya bahwa semua orang mengganggunya hari ini. “Sebenarnya, aku tidak mau bekerja di departemenmu, hanya saja karena kamu memintaku aku menerimanya, soalnya banyak yang salah paham dengan aku bekerja di perusahaan ini tiba-tiba dan aku harus pindah departemen.” “Tidak perlu memusingkan mereka, mereka yang salah paham ya terserah mereka,” jawab Jason. “Tapi, aku benar-benar tidak enak hati.” “San, aku tidak mau karena kamu bekerja di perusahaan malah akan menambah kekesalan dan bebanmu.” “Aku tidak akan terbebani dan aku tidak akan kesal,” geleng Sienna. Sesaat kemudian, Bryd memasuki pelataran parkir resto mewah yang ada di jejeran kawasan toko elite, karena Sienna sudah terbiasa dengan kehidupan yang mewah dan berkelas, ia juga mengenal pemilik resto ini dengan baik, bahkan mereka pernah satu kuliah, hanya saja temannya itu sudah sukses dan memiliki usaha sendiri, sementara dirinya masih bekerja di perusahaan suaminya. Bryd lalu turun dari mobil dan membuka pintu mobil untuk majikannya, Bryd membungkukkan badan hingga kedua majikannya itu masuk ke gedung resto dan di sambut hangat oleh semua waiters di dalam sana. “Apakah sudah reservasi?” “Tidak,” jawab Jason. “Mau meja apa?” “VVIP,” jawab Jason lagi. “Baiklah. Ayo ikut saya,” kata waiters itu dan melangkah lebih dulu didepan keduanya. Sienna mengenal pemilik resto ini dengan baik, nama pemilik hotel ini adalah Jones. “Silahkan duduk,” kata waiters itu. “Tuan dan Nona Muda mau pesan apa?” “Steak yang ada lelehan salmon saja,” kata Sienna. “Kamu mau itu saja?” “Iya, Xav, aku suka steak di sini,” jawab Sienna menganggukkan kepala. “Baik,” jawab waiters itu dan mencatat pesanan Sienna. “Saya juga kalau begitu,” sambung Jason. “Baik. Minumnya?” “Wine saja dan air putih,” jawab Jason. “Kamu mau wine, ‘kan?” “Iya,” angguk Sienna. “Baik, saya sudah menerima pesanan Tuan dan Nona Muda, jadi saya akan segera proses, silahkan menunggu,” kata waiters itu membungkukkan badannya menghormati Jason dan Sienna. Waiters itu mengenal Jason, karena wajah pria itu selalu terpampang di majalah bisnis dan sering sekali kemari, jadi semuanya mengenal dirinya, bahkan Jason adalah pria yang terhormat dan memiliki perusahaan besar, jadi semua orang tahu siapa dirinya, beberapa dari tamu resto ini juga mengenal dirinya dengan baik. Banyak pebisnis dari kalangan yang sama mengirim proposal ke perusahaan Jason untuk meminta di danai atau menjadi investor di perusahaan mereka, namun Jason banyak menolaknya karena menganggap tidak ada keuntungan yang bisa ia harapkan dari perusahaan seperti itu. Banyak yang kecewa kepadanya, banyak musuh dan pesaing bahkan banyak sekali yang tidak suka dengan caranya menolak proposal. Jason dan Sienna duduk di dalam sebuah ruangan yang hanya ada beberapa guci tinggi di setiap sudut berisikan bunga mekar dan asli, ada meja bundar juga dua kursi yang mereka duduki saat ini, ruangan ini adalah tamu VVIP resto ini. “Aku sering kemari,” kata Sienna. “Sudah lama sekali aku tidak kemari,” tambahnya. “Makanan apa yang kamu sukai di sini?” “Steak,” jawab Sienna. “Wah. Berarti kita sama,” seru Jason. “Aku juga mengenal pemilik resto ini,” jawab Sienna lagi. “Jones?” “Nah, kamu mengenalinya?” “Aku juga kenal kepadanya,” angguk Jason. Sienna tertawa dan mengangguk, ia tidak bisa sekali melawan perkataan Jason, karena Jason berada di titik yang sama dengannya, sama-sama orang yang terlahir di keluarga kaya dan sama-sama orang yang terlahir di dunia yang sempurna dan memiliki segalanya. Jadi, tidak ada yang tidak mungkin. Apalagi resto ini sangat lah terkenal di kota ini, harganya yang mahal dan pelayanannya yang ramah. “Jones teman dari mana?” tanya Jason pada istrinya. Sienna mendongak, dan berkata, “Teman kuliah. Aku dan Jones sangat akrab dulu. Bahkan kami sering sekali mengerjakan tugas sama-sama. Dia kan pintar sementara aku ya rata-rata lah, dan Jones yang suka membantuku.” Jason mengangguk dan tersenyum mendengarkan cerita dari istrinya itu. “Jones juga pria yang sepertinya bukan sembarang pria.” “Maksud kamu?” “Jones kayak wanita juga soalnya,” kekeh Sienna lalu tertawa terbahak-bahak. “Kok bisa?” “Dia itu tidak berteman dengan siapa pun selain aku, bahkan apa yang aku gunakan suka ia gunakan juga loh,” kekeh Sienna bercerita dan riang gembira. “Terus kenapa kamu tidak mengundang Jones ke pernikahan kita?” “Kenapa ya, aku tidak mau sih mengundang siapa pun,” geleng Sienna. “Why?” “Karena aku menjaga privasi,” jawab Sienna. Jones yang sejak tadi mendengarkan percakapan Sienna dan Jason di balik pintu yang terbuka sedikit, membuat Jones membulatkan mata ketika mendengar bahwa dua sejoli itu sudah menikah, awalnya Jones tidak mau masuk ke ruangan tersebut karena ia senang mendengarkan cerita Sienna tentang dirinya, Jones tahu bahwa tamunya adalah Sienna dari asistennya, karena itu dia kemari untuk menyapa teman lamanya itu tapi ketika mendengar Sienna berbicara tentangnya pada Jason, Jones terdiam dan tertawa sendirian di depan pintu, karena cerita dari Sienna mengingatkannya kepada masa kuliah dulu. Jason mengangguk dan berkata, “Aku lebih suka sebenarnya kalau kamu mengundang semua teman-temanmu.” “Teman-temanku itu banyak, Xav, kalau aku mengundang satu orang, pasti akan heboh,” jawab Sienna membuat Jason mengangguk, ia tidak lagi mengatakan apa pun dan memilih diam.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD