PELAJARAN BARU

1916 Words
 Ada banyak hal yang terjadi pada Arfeen Tierra, dia sudah melewati banyak hal sejak dia kecil sampai usianya sekarang. Hidup bersama dengan keluarga yang selalu mengucilkan anggota keluarga mereka sendiri memang menimbulkan banyak tekanan mental, lalu sekarang dia bertemu dengan banyak orang yang menaruh ekspektasi tinggi terhadapnya.  Ini cukup berat dan dia terlalu takut untuk mengambil langkah maju karena memang tidak ada yang pernah menyemangatinya dan menyadarkannya bahwa dia sebenarnya bisa melakukan apapun.  “Kenapa kau tidak bisa belajar dengan benar?” keluh Derwin. “Aku hanya mengajarkanmu cara memanggil Althaia tetapi kau tidak bisa melakukannya. Sial, padahal seluruh Tyrion bisa melakukannya.”  “Kau harus lebih sabar, Kakak,” saran Isolde, dia tertawa lalu menatap Arfeen. “Maafkan Kakakku, dia tidak pernah mengajar siapapun sebelumnya.”  Varoon mengangguk setuju. “Tierra, lebih baik kau belajar padaku saja, bagaimana?”  “Dia tidak berasal dari bangsa yang sama denganmu dan kau juga tidak bisa memanggil Althaia,” sanggah Derwin, dia juga berdecak. “Lebih baik kau diam saja dan awasi Marven, akan lebih menjengkelkan lagi kalau salah satu monster beracun itu berhasil kabur dengan kekuatan mereka.”  “Sudahlah, gunakan saja kekuatan Isolde seperti ide Derwin karena menurutku itu lebih baik,” celetuk Denallie yang tidak sabar. “Jika kalian tetap berdebat di sini, bisa-bisa ada satu Kasdeya kabur sebelum kita sempat memperkenalkan Tierra di hadapan bangsa Niscala dan itu akan merepotkan karena kita juga membutuhkan kekuatan Derwin dan Varoon.”  “Denallie benar,” kata Isolde, setuju. “Karena aku sudah selesai mengubah pakaiannya, kita harus segera membawa Arfeen Tierra ke kerajaan Tyrion.”  Dari semua percakapan itu, ada satu orang yang berdiri kebingungan. Arfeen Tierra sama sekali tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, apa maksudnya dengan memanggil makhluk bernama Althaia dan apa manfaatnya. Dia tidak mengerti- setidaknya, beberapa kata yang mereka perdebatkan membuatnya bingung.  “Kenapa kalian semua berbicara sendiri? Aku tidak memahami apapun yang kalian katakan,” seru Arfeen pada akhirnya. “Aku tidak tahu siapa Tierra yang kalian maksud tetapi aku bukan dia, sekarang kembalikan aku ke tempat asalku!”  “Dia lebih pemarah dari yang aku duga ternyata,” gumam Varoon, dia kemudian berbisik pelan kepada Denallie. “Benarkan? Jika dia memang orang yang diramalkan, maka aku akan langsung mengangkat tanganku ketika kekuatannya sudah kembali. Dia bisa membunuh siapapun dengan sihirnya jika dia marah suatu hari nanti.”  “Tetapi Derwin dan Isolde sama sekali tidak takut dengan Tierra,” balas Denallie, ikut berbisik. “Apa karena mereka bertiga berasal dari Tyrion? Tetapi menurutku dia tidak sedang marah, dia hanya terlalu takut.”  “Tyrion memang hebat dalam bertarung, tapi usia mereka lebih singkat dibandingkan dengan bangsa kita. Selain itu si Tierra baru ini.. aku tidak tahu akan semenakutkan apa dia suatu hari nanti, dia akan menjadi zero to hero selanjutnya. Tetapi bisakah kau lihat genggaman tangannya? Hah, dia tidak terlihat bertenaga sama sekali.”  “Apa kalian sudah selesai berdiskusi?” sindir Derwin, dia membuat Varoon langsung berdiri tegak dan tersenyum. “Kita harus segera membasmi Kasdeya agar aku bisa membuat kalian- terutama dirimu kembali ke Marven, aku sudah sangat bosan melihat wajah kalian berdua.”  Tangan Denallie langsung bergerak, dia hendak mengambil anak panahnya tetapi gerakannya langsung dihentikan oleh Isolde. Penyihir wanita asal Tyrion itu menggelengkan kepalanya kepada Denallie, tetapi sebaliknya, dia memukul rusuk Kakaknya dengan kuat sampai semua yang ada di sana bisa mendengar suara sesuatu yang retak.  Kekuatan Isolde itu langsung membuat Arfeen, Varoon serta Denallie mengambil langkah mundur. Arfeen memang sudah sering menerima kekerasan tetapi dia cukup terkejut karena wanita yang terlihat polos seperti Isolde memiliki kekuatan fisik luar biasa.  “Aku tarik ucapanku, sepertinya Isolde lebih mengerikan daripada Tierra.”  “Mereka sudah ditakdirkan berjodoh. Itu adalah hal gilanya,” balas Denallie. “Kita harus mengeratkan hubungan dengan Tyrion jika tidak ingin terbunuh oleh anak dua penyihir terkuat itu suatu hari nanti.”  “Kau benar,” sahut Varoon, dia menggeleng-gelengkan kepalanya melihat bagaimana Derwin yang tersungkur langsung bangkit setelah salah satu Althaia membantu menyembuhkan rusuknya yang patah. “Tetapi menjadi pengendali Althaia juga cukup bagus.”  Setelah cukup lama berada di hutan tempat Althaia berkeliaran, mereka berlima kembali ke kerajaan dan seperti yang sudah di duga, kabar mengenai kembalinya cahaya baru Niscala sudah tersebar sehingga semua orang berkumpul untuk melihat wajah pahlawan baru mereka.   Arfeen diam, dia mengikuti arahan Derwin yang berdiri di sampingnya sementara Varoon, si pencuri ketenaran juga berdiri di sampingnya sambil melambai-lambaikan tangannya. Mereka bahkan berjalan kaki, tetapi Varoon bertingkah seperti mereka sedang duduk di kereta kuda mewah dalam parade.  “Tegakkan punggungmu, berhenti menatap takut-takut seperti itu. Adikku sudah bersusah payah mengubah penampilan dan citramu, jangan kecewakan harapan-harapan tiap jiwa yang ada di tempat ini,” bisik Derwin. “Kau tidak akan tahu bagaimana hidup dalam ancaman mati keracunan setiap harinya, terima jabatan tangan siapapun dan janjikan kemenangan kepada mereka.”  “Kau menyuruhku untuk membohongiku mereka? Aku bahkan tidak bisa melakukan sihir apapun,” balas Arfeen. “Aku tidak sepicik dirimu, aku tidak suka membohongi orang lain.”  “Lalu bertingkahlah seperti Tierra, harapan kami. Jika kau masih penakut seperti itu, kau akan selamanya direndahkan seperti apa yang terjadi padamu di Sadyakala.”  “Tierra,” sapa seseorang yang langsung membungkukkan badan tepat di hadapan Arfeen. “Terima kasih sudah kembali.”  Arfeen memicingkan matanya, dia kemudian menatap Derwin karena dia tidak tahu siapa orang yang membungkuk di hadapannya. Namun satu hal yang Arfeen tahu, laki-laki dengan rambut panjang di hadapannya ini memiliki pakaian yang sama seperti keempat orang yang menemaninya, itu artinya dia bukan hanya orang biasa seperti yang lainnya.  “Ah, di mana letak kesopananku, seharusnya aku memperkenalkan diriku terlebih dahulu,” katanya, dia kembali berdiri tegak. “Namaku Virendra, aku berasal dari kerajaan Tyrion.”  Saat itulah Arfeen sadar bahwa orang bernama Virendra ini memiliki masalh dengan tangan dan sebelah matanya. Sebelah matanya tertutup dengan bekas luka berbentuk garis panjang, sepertinya luka itu didapatkan dari sabetan pedang atau benda tajam lainnya seperti pisau.  “Dia adalah penasihat kerajaan,” jelas Derwin. “Virendra sudah melayani kerajaan Tyrion mulai dari awal kepemimpinan King Tyrion III. Virendra terluka setelah masuk ke dalam Marven untuk membasmi Kasdeya bersama King Tyrion III dan King Marven II.”  Mengangguk kecil dengan penjelasan Derwin, Arfeen kemudian mengamati bagaimana Virendra pergi dan menghilang dari pandangannya. Kemudian ada banyak orang yang diperkenalkan kepadanya, beberapa rakat biasa yang menggendong bayi-bayi mereka juga mengangguk dan tersenyum hangat menyambut Arfeen sebagai pahlawan baru Niscala, satu-satunya harapan yang dikirimkan Niscala kepada mereka.  “Laki-laki dengan bekas luka di mata dan wajahnya tadi,” ungkit Arfeen ketika mereka berlima sudah masuk ke wilayah barat kerajaan Tyrion. “Aku tidak menyukainya.”  “Memangnya siapa dirimu?” decak Derwin. “Virendra sudah banyak berjasa untuk Niscala. Dia adalah salah satu pejuang Tyrion dalam menyelamatkan Marven dari serangan Kasdeya.”  “Aku juga tidak menyukainya,” celetuk Denallie, perempuan itu mengedikkan bahu ketika semua yang ada di tempat itu menatapnya. “Kenapa? Aku hanya jujur dengan perasaanku, dia terlihat mencurigakan. Bukankah begitu, orang ramalan?”  “Ya,” sahut Arfeen ragu, dia merasa sedang diintimidasi. Seharusnya dia tidak perlu mengutarakan apa yang dia rasakan tadi.   “Laki-laki itu masuk ke dalam Marven bersama King Tyrion III dan King Marven II,” ungakp Denallie, dia mencoba menjelaskan apa yang mengganggunya. “Aku yakin kalian bertiga juga mengetahui itu- maaf, bukan berarti aku tidak ingin melibatkanmu, orang ramalan, tetapi kau masih belum berada di tempat ini saat itu.”  “Tidak apa-apa,” jawab Arfeen pelan.  “Dia masuk bersama dua raja tetapi hanya dia yang kembali. King Tyrion III gugur dan King Marven II belum ditemukan, apakah itu masuk akal? Diantara mereka bertiga jelas kekuatan sihir Virendra yang paling rendah.”  “Oh? Kenapa aku tidak memikirkannya?” celetuk Varoon. “Aku pikir dua raja berusaha menyelamatkannya. Tetapi mustahil juga Virendra kembali dalam keadaan yang tidak begitu merugikan sementara kita kehilangan dua raja.”  Mendengar penjelasan itu, Arfeen semakin yakin dengan apa yang dirasakannya.   “Seberapa kuat Kasdeya yang kalian bicarakan?” tanya Arfeen.  “Kenapa?” tanya Derwin balik, dia tersenyum miring. “Kau berubah pikiran? Kau benar-benar ingin menjadi pahlawan seperti yang diharapkan orang-orang?”  “Jangan dengarkan dia,” ucap Isolde. “Kasdeya sangat kuat meskipun dia bukanlah monster terkuat. Ada banyak monster dengan kekuatan dahsyat di alam semesta ini dan merebut wilayah dengan sihir kuat seperti Niscala jelas akan memberi mereka keuntungan besar. Kasdeya memiliki racun yang bisa melumpuhkan lawannya, aku tidak tahu apa yang mereka coba lindungi di dalam Marven tetapi jika mereka menyerang bersamaan, sihirku tidak akan mempan menghadapi mereka.”  “Untuk informasi tambahan, Isolde adalah penyihir wanita terkuat diantara yang lainnya. Dia juga seorang undead, meskipun dia diracuni sekalipun, dia tidak akan mati,” tambah Denallie.  “Tetapi racun Kasdeya akan membuatku lumpuh selama beberapa waktu dan jika itu terjadi, sihirku juga akan ikut melemah sehingga lautan yang diselimut es seperti yang kau lihat tadi juga akan retak dan hancur,” jelas Isolde lagi. “Karena itu aku tidak bisa berhadapan langsung dengan Kasdeya. Aku harus menjaga jarak untuk menyerang mereka guna terhindar dari racun yang mereka sebarkan.”  “Bagaimana dengan Varoon?” tanya Arfeen.   “Itu,” Varoon tertawa, dia siap untuk menerima pujian dengan sihir yang dimilikinya. “Aku adalah pengendali air, Kasdeya memang menakutkan tetapi karena dia sudah berdiam lama di dalam Marven, seluruh tubuh mereka akan dipenuhi air sehingga aku bisa menyerang mereka dengan mudah menggunakan sihirku.”  “Oh,” respon Arfeen.  Varoon murka. “Oh katamu? Hanya oh? Makhluk penakut sepertiu tidak pantas menghinaku, kau bahkan tidak memiliki kekuatan sihir. Kau ingin aku bunuh di tempat ini sekarang juga?”  “Akan lebih bagus jika kau bisa menahan dirimu, Tuan,” saran Denallie. “Jika kau terlalu bangga dengan kekuatanmu, kau bisa tenggelam. King Marven II juga sudah memberikan saran seperti itu kepadamu, harap dipahami dengan baik.”  “Aku tidak mengerti kenapa King Marven II memiliki seorang putra sepertimu, dia orang yang sangat baik hati dan bijak. Tidak seperti dirimu yang terlalu bangga akan kekuatanmu yang sebenarnya tidak ada apa-apanya, bahkan jika dibandingkan dengan kekuatan Denallie, kau itu hanya beban baginya,” hina Derwin kepada Varoon.  “Kakak pikir kalau Kakak itu berbeda? Kakak lebih buruk daripada Varoon,” hina balik Isolde. “Kalian berdua ini memiliki peran yang besar untuk Niscala tetap selalu bertengkar untuk hal-hal yang sepele.”  “Apa ada monster lain yang pernah mencoba masuk ke Niscala selain Kasdeya?” tanya Arfeen lagi.  “Ya, tetapi mereka hanya monster-monster lemah jadi kami bisa mengusir mereka dengan mudah,” jawab Isolde. “Kau harus segera belajar untuk membangkitkan kekuatanmu.”  “Apa kalian benar-benar berpikir aku memiliki kekuatan itu?” tanya Arfeen pesimis. “Aku mungkin memang keturunan Tierra, orang yang sudah diramalkan, tetapi bagaimana jika aku tidak sesuai ramalan? Bagaimana jika aku tidak sekuat itu?”  “Aku yang akan membunuhmu dengan tanganku sendiri jika kau tidak berguna,” ancam Derwin. “Akan sangat menjengkelkan jika kau tidak berguna setelah apa yang aku lakukan untuk mengawasimu selama bertahun-tahun.”  “Kau akan berguna untuk kami,” sela Isolde, dia tersenyum kepada Arfeen. “Karena itu, lebih baik kau buang sifat ragu-ragu dan penakutmu itu. Berjuanglah bersama kami.”  “Yah, bagaimana pun kau itu orang yang diramalkan. Kami memang membutuhkan bantuanmu-“  Perkataan Varoon harus berhenti begitu mereka mendengar suara lolongan Althaia. Keempatnya langsung bergegas, menghilang begitu saja dengan kekuatan sihir mereka, meninggalkan Arfeen yang kebingungan.  Tunggu, apa yang sedang terjadi? ****
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD