Max akhirnya membuka pintu kamarnya. Kanaya lega melihat pria itu baik-baik saja. “Max, lo nggak apa-apa,kan?” tanya Kanaya sembari memegang lengan pria itu. Max menatap tangan Kanaya yang menyentuhnya. Bola matanya bergulir menatap Kanaya yang terlihat khawatir. “Saya baik-baik saja,” ujarnya lalu melepaskan tangan Kanaya. “Kenapa lo teriak?” Max terdiam cukup lama. Ia sendiri bingung bagaimana cara mengatakan pada Kanaya. Tidak mungkin ia bilang takut pada tikus mainan yang entah datang dari mana. Max sendiri tidak tahu kenapa mainan sialan itu ada di kamarnya. “Bukan apa-apa. Hanya sekedar tes vokal. Maaf kalau kamu terganggu,” jawabnya masih dengan nada tegas dan mimik wajah cool. Max berhasil menekan rasa takutnya