Sambil tertawa bahagia Gadis menikmati ice cream ditangan. Kini ia berada di sebuah Mall bersama mamanya.
"Ma ... aku ingin itu!!" pinta Gadis manja, menunjuk sebuah boneka Teddy bear yang ukuranya cukup besar.
"Gadis, kamu ini sudah sangat besar! Masa iya minta boneka" tolak mama menarik tangan Gadis dari depan toko mainan. "Mama merasa tengah membawa anak balita"
Gadis tertawa, "Jika Gadis masuk rangking di sekolah apa Mama mau membelikannya?"
Mama Gadis terdiam sejenak, ia berpikir keras saat ini. "Baiklah, deal?"
Gadis melompat kegirangan, "Deal, ah ... Gadis suka perjanjian ini" ucap Gadis kembali menjilati ice cream di tangannya.
Ternyata, Adera yang berada di Mall yang sama melihat dan mendengarkan semua pembicaraan Gadis dan mamanya.
"Dia menggemaskan!" ucap Adera menggelengkan kepala. Lalu matanya menerawang ke dalam toko mainan. "Apa dia menginginkan boneka monyet itu? Seleranya memang beda" gumam Adera kembali mengikuti Gadis.
"Aduh Ma, ini berat sekali" keluh Gadis saat menenteng sebuah plastik besar ditangan. "Tangan Gadis bisa patah"
Mama memukul b****g Gadis pelan. "Wanita itu harus kuat!" sambil memperlihatkan kedua plastik besar yang berada di tiap tangannya.
"Siang Tante, masih ingat aku?" Adera muncul tiba-tiba di hadapan Gadis dan mamanya. "Walah sepertinya kerepotan membawa belanjaan, aku bantu ya" tawar Adera.
"Ah, Adera kan? Tidak perlu, kamu bisa bawakan yang ada di tangan Gadis saja" ucap mama menunjuk plastik yang berada di tangan Gadis.
Gadis menatap Adera, "Tidak perlu, aku kuat membawanya!" tolak Gadis segera mengangkatnya seolah begitu ringan.
Mama tertawa melihat tingkah Gadis. "Adera, boleh bawakan belanjaan Tante?" mama Gadis merasa tidak enak akan sikap anaknya itu.
Adera mengangguk, ia segera mengambil alih plastik di tangan mama Gadis. "Kamu libur sekolah juga?" tanya mama Gadis saat mereka berjalan menuju parkiran.
"Aku selalu libur Tante" kekehnya.
"Ayolah Ma ... aku lelah" teriak Gadis yang sudah sampai di depan pintu mobilnya.
"Maafkan Gadis ya, dia itu sangat manja" ujar mama merasa tak enak.
Adera mengangguk mengerti, padahal dalam hatinya ia berkata. 'Dari mana sisi manjanya! Dia adalah wanita galak yang pernah aku temui'
***
"Kamu dekat dengan Adera?" tanya mama pada Gadis saat perjalanan pulang.
Gadis menggeleng, "Tidak, bahkan tidak pernah aku mengobrol dengannya" jawab Gadis acuh, ia menyalakan radio dan mulai mencari saluran radio kesukaannya.
Mama Gadis hanya ber-Oh saja dengan jawaban anaknya itu. Namun matanya tiba-tiba dikagetkan dengan para siswi yang menyebrang begitu saja.
"Astaga! Hampir saja Mama tabrak" ucap mama Gadis menarik napas panjang. "Loh, itu bukannya itu seragam sekolahmu? Kenapa mereka semua sekolah? Apa kamu benar sedang libur?" kini mama mulai curiga.
Gadis mulai kebingungan harus menjawab apa, "Emh, itu anak-anak kelas 12 Ma, merekakan mau ujian jadi ya harus masuk dong ... mungkin tambahan pelajaran" dalih Gadis, pintar sekali mencari alasan.
"Ya, baiklah ..."
Gadis merasa lega setelah mama percaya akan ucapannya barusan. Setelah menempuh perjalan selama tiga puluh menit, akhirnya sampai juga di depan rumah.
Disisi lain terlihat Adera yang sepertinya sengaja mengikuti mobil yang dinaiki Gadis. "Astaga? Apa yang sedang aku lakukan ini? Kenapa bisa-bisanya aku mengikuti mobil Gadis? Ya Tuhan ... ada yang aneh dengan otakku ini" gerutu Adera, menghentikan motornya saat mobil Gadis berhenti di sebuah rumah bercat abu-abu.
Terlihat Gadis turun terlebih dahulu sambil membawa belanjaan ke dalam rumah. Adera bergerak secepat mungkin, ia menyalakan kembali motornya.
"Loh Adera?" panggil mama Gadis saat Adera melintas di hadapannya.
's**t, s**l!! Kenapa bisa ketauan! Mati saja sudah aku ini!' batin Adera, ia menghentikan motor di sebelah mobil. "Ya ampun? Tante disini? Ngapain?" Adera malah balik bertanya.
Mama Gadis terkekeh, "Inikan rumah Tante, kamu mau kemana? Apa rumahmu dekat dari sini?"
Adera mulai salah tingkah, ia harus cepat menjawab pertanyaan dari mama Gadis sekarang juga. "Itu, Adera baru dari rumah teman" ceplosnya.
"Mama!! Kenapa lama sekali!!" teriak Gadis yang akhirnya keluar menyusul sang Mama yang nyatanya masih berbincang-bincang dengan Adera. "Kamu?" tanya Gadis.
"Hai, Gadis" sapa Adera melambaikan tangannya.
"Kenapa semua tempat isinya hanya kamu?" Gadis mendelik sebal, "Mana belanjaannya Ma? Biar Gadis yang bawa ke dalam" Gadis mengangkat kedua plastik besar.
"Adera tidak mau mampir dulu?" tawar mama Gadis.
"Dia mau les kali Ma, jangan dipaksa!" teriak Gadis.
Adera terkekeh, "Tante paksa Adera dong buat mampir ke dalam" pinta Adera membuat mama Gadis tertawa.
"Ah astaga!! Anak jaman sekarang. Ayo Nak Adera mampir dulu" aja Mama Gadis. Adera mengangguk, memarkirkan motornya di samping mobil lalu masuk ke dalam mengekor mama Gadis.
"Loh, kenapa dia masuk?" Gadis merasa kaget akan kehadiran Adera.
"Tante memaksaku, jadi apa boleh buat?" jawab Adera acuh, "Emh ... teh manis juga gak apa-apa kok" ceplosnya. Mama Gadis tertawa sedangkan Gadis? Ia menatap Adera dari atas sampai bawah.
"Cari mati ya kamu!" ucap Gadis mengepalkan tangannya.
Adera membelalakkan matanya sambil menutup wajah dengan kedua tangannya seolah ketakutan akan ancaman Gadis saat ini.
Untung saja, waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Adera berpamitan pada mama Gadis, untuk pulang.
"Tante, terimakasih minumannya. Maaf hanya bisa mampir sebentar" pamit Adera mencium tangan mama Gadis.
"Tak perlu mampir lagi" ceplos Gadis yang berdiri di belakang tubuh mama.
"Gadis memang begitu Tante" sela Adera.
Mata Gadis membesar, "Tau apa kamu tentangku!" balas Gadis kesal, namun Adera malah terlihat begitu senang.
"Menyebalkan!" umpat Gadis
***