Libur

1100 Words
"Ma, bisakah kita menghabiskan waktu bersama hari ini?" rengek Gadis manja seperti biasanya. Ia terus bergelayutan manja pada lengan sang mama yang tengah mempersiapkan sarapan. Mama tertawa, ia mencubit kecil pipi Gadis. "Anak manja! Diam lah sebentar, jika kamu begini terus kapan pekerjaan Mama akan selesai?" "Baiklah, tapi Gadis ingin jalan-jalan ya siang nanti, janji?" pinta Gadis segera diangguk mama. "Yippy!" soraknya gembira. Kini Gadis dan mamanya memulai sarapan, mereka saling bercerita tentang apa yang terjadi. Namun untuk Gadis? Dia akan tetap menyembunyikan mengenai skorsing tiga hari yang dilaluinya ini. Tiba-tiba ponsel sang mama berdering, tertulis nama papa Gadis di layar. "Ya Pa, selamat pagi" sapa mama lembut seperti biasanya. Gadis hanya memutar bola mata saat tau siapa yang menghubungi. "Gadis ada, ia sedang sarapan" ucap mama memberikan ponsel pada Gadis. "Papa ingin bicara denganmu" Gadis meraih ponsel mamanya, "Ya" jawab Gadis singkat. "Bagaimana hari pertamamu di tempat les?" "Tidak begitu buruk" singkat padat dan jelas. "Papa harap kamu dapat belajar dengan baik, ingat! Jangan mengecewakan Papa!" Bola mata Gadis memutar, ia seolah bosan dengan perbincangan ini. "Ya ... ya ... Gadis tidak akan mengecewakan Papa, seperti yang Papa lakukan pada Mama" jawab Gadis. Namun ponsel yang dipegangnya segera diambil paksa oleh mama. "Ya sudah Pa, salam untuk Tasya" ucap mama kemudian menutup sambungan telpon. "Gadis, jangan berbicara seperti itu ... tolong jangan memancing amarah papamu" pinta mama. "Ya Ma" jawab Gadis simpel. *** Gadis yang tengah merapikan kamarnya dikagetkan akan teriakan mama yang memanggil namanya beberapa kali dari luar. Hanya dengan mengenakan celana pendek dan kaos oblong berukuran besar ia keluar menuju sumber suara. "Ya Ma ... aku datang" jawab Gadis. Namun matanya terbelalak saat melihat dua orang yang kini berada didepannya. Ia memundurkan langkah kaki. "Ada teman kamu nih" ucap mama tersenyum senang, "Ini pertama kalinya ada  teman lain selain Langit yang datang kesini" kekeh mama, "Tunggu disini ya, Tante bawa minum dulu" Langit dan Bela mengguk. "Ada apa kalian kesini?" tanya Gadis gusar. "Tolong pergilah, mama tidak tau akan apa yang terjadi" pinta Gadis. Langit menarik tangan Gadis menuju ruang TV. "Gadis, Bela terus menyalahkan dirinya karena masalah ini! Dia memaksa aku untuk menemuimu!" jelas Langit. Gadis membuang mukanya, "Bukannya kamu itu mengerti aku? Aku tidak suka ada yang datang dan mencampuri semua urusanku!" balas Gadis. Langit memegang bahu Gadis, "Aku tau, niat kamu itu baik ... jadi cobalah untuk berteman dengannya, Bela anak yang baik" "Ah, diamlah!" Gadis menepak lengan Langit dari bahunya lalu kembali ke ruang tamu dimana Bela masih duduk menunggunya. "Gadis" ucap Bela segera bangkit saat melihat sosok Gadis. "Maaf, aku yang memaksa Langit untuk kesini, jadi tolong jangan salahkan dia" Gadis mengangguk, "Ya, duduklah" "Masalah di sekolah, aku sungguh minta maaf ... gara-gara aku kamu harus di hukum seperti ini" pinta Bela dengan wajah penuh rasa bersalah. "Sudahlah, itu salahku yang menjabak rambut Lulu terlalu kencang. Kamu tidak usah berpikir aku membelamu!" jawab Gadis, ia sama sekali menyembunyikan kepeduliannya. "Minuman datang!!" suara Langit memecahkan suasana, ia datang dengan membawa nampan di tangannya. "Minum dulu ibu-ibu, kan gak enak kalo ngobrol seret" goda Langit membuat suara wanita yang menjijikkan. Bela tertawa, sedangkan Gadis?  Ia mencubit Langit yang terlihat menggemaskan. "Diamlah!" Mereka bertiga akhirnya mengobrol bersama, Bela menceritakan kejadian yang kemarin saat dirinya secara tak sengaja menabrak tubuh Lulu. Sebagai balasannya Lulu menyiramkan jus tomat pada tubuhnya. "Aku memang ceroboh" jelasnya, "Tapi aku begitu kaget saat itu ... jadi aku memutuskan untuk bersembunyi di UKS" "Tuh Dis, Bela saja mengakui jika ceroboh. Sedangkan kamu? Galak saja tidak mau ngaku!" kekeh Langit yang mendapat tatapan mata tajam dari Gadis. Bela tertawa melihat kedekatan Langit dan Gadis. "Kalian berdua lucu, apa kalian berpacaran?" tanya Bela tiba-tiba. "Apa? Tentu saja tidak, Langit hanya seorang laki-laki cengeng dan menyebalkan" jawab Gadis menepuk-nepuk pipi Langit. Namun ekspresi Langit seolah berubah. "Aku dengan dia? Tidak, bisa terjadi k*******n setiap harinya" tambah langit, membuat senyuman dari Bela. "Kalian pulanglah, aku harus les sore ini" perintah Gadis tanpa basa-basi. "Sejak kapan kamu les? Kenapa aku tidak tahu?" Langit dibuat heran. "Apa kamu itu papaku hah? Ayo pulanglah, kamu antar Bela sampai rumah jangan sampai ada yang lecet" ujar Gadis menarik tubuh Langit agar segera bangkit dari sofanya. Akhirnya, Langit dan Bela berpamitan untuk pulang sedangkan Gadis segera mengganti pakaiannya untuk bergegas pergi ke tempat les. "Langit, terimakasih sudah mau mengantar ku" ucap Bela saat naik ke motor Langit. "Tenang saja, Gadis itu sebenarnya anak yang baik dan manja ... aku mengetahui semua tentangnya" cerita Langit menjalankan motornya. "Dia itu sangat menyukai ice cream, bahkan saat sakit dulu dia pernah bersembunyi memakan ice cream di rumahku" tambahnya lagi. "Apa kamu menyukai Gadis?" tiba-tiba perntanyaan itu terlontar dari mulut Bela. Sontak membuat Langit gugup. "Ah ... tidak!!" jawabnya. *** Seperti biasanya, Gadis diantar mama berangkat ke tempat les. Namun kini mama Gadis hanya mengatakan sampai di depan gedung saja. "Hati-hati Ma" pesan Gadis melambaikan tangannya dan tersenyum manis, kemudian ekspresi wajahnya berubah begitu saja saat masuk ke dalam gedung. Ia sama sekali membuang wajahnya pada setiap orang yang kebetulan berpapasan dengannya. "Dia jutek sekali" bisik salah satu anak perempuan yang melihat Gadis. "Dia anak SMA Taruna, kata temanku dia itu galak ... uh, mendengar ceritanya saja membuatku takut" tambah anak lain bergidik ngeri. Tanpa memperdulikan anak-anak yang melihat dan juga membicarakannya, Gadis melenggang bebas masuk ke dalam kelas. "Hey, apa yang kamu tau tentang dia?" Adera tiba-tiba saja ikut bergabung dengan para wanita yang tengah berkumpul membicarakan Gadis. Mereka semua menatap Adera kesal. "Kenapa kamu? Ingin dia hajar juga? Pergilah ... laki-laki itu jangan suka ikut bergosip" usir Leni mendorong tubuh Adera. Adera memutar bola matanya, "Kenapa hanya wanita yang boleh bergosip, laki-laki juga perlu menambah pengetahuan" gerutunya meninggalkan kumpulan para wanita. 'Galak? Dihajar? Ada apa dengan Gadis? Ah, tidak! Kenapa aku harus penasaran dengannya?' batin Adera, masuk ke dalam kelas. Kini mata Adera malah terhenti pada sosok Gadis yang duduk manis sambil membaca buku. Ia tersenyum penuh arti, lalu berjalan menghampirinya. "Gadis" sapa Adera duduk disamping bangku Gadis namun tidak ada jawaban darinya, "Hey, mamamu bilang kita harus berteman ... ini aku sedang bertanya padamu!" Gadis menutup novelnya. Sedangkan Adera bersiap-siap untuk menangkap n****+. "Sedang apa kamu?" tanya Gadis melihat tingkah Adera. "Aku pikir kamu akan melempar lagi n****+ itu, jadi aku membuat kuda-kuda sebelum kamu melemparnya. Bisa saja itu mengenai kepalaku" dalih Adera. Gadis menahan tawanya saat ini, ia kembali membuka n****+ dan melanjutkan bacaannya. "Gadis, coba kamu panggil namaku" pinta Adera. Gadis menggeleng. "Aku tidak tau siapa namamu!" jawab Gadis tanpa sekalipun memandang Adera. Adera segera menggeser kursinya lebih dekat dengan Gadis. "Aku Adera Aditya, panggil saja Adera" ucapnya menarik paksa tangan Gadis dan menjabatnya. Gadis menarik kembali tangan yang sudah dijabat Adera. "Ya, dan itu tidak penting untuk ku!" balas Gadis. "Menjauhlah ..." Gadis mendorong kursi Adera dengan kakinya. "Astaga ... kamu kuat juga? Ckckck sungguh mengagumkan" ucap Adera terlihat begitu berlebihan. "Gadis" panggilnya lagi. Namun Gadis malah bangkit dan meninggalkan ruangan. "Sikapnya malah semakin membuatku ingin tau tentangnya" ucap Adera tersenyum sambil memandang punggung Gadis. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD