Senyuman terpancar dari bibir Bela saat melihat kedatangan Gadis pagi ini. Ia melambaikan tangannya seolah menjadi salam penyambutan.
"Pagi!!" sapa Bela, Gadis tersenyum. Ia menaruh tas di atas meja lalu duduk di samping Bela. "Bagaimana harimu?" tanya Bela lagi.
Gadis mendecakan mulutnya, "Ayolah, ini bukan hari perkenalan seorang murid baru kan?" tanya Gadis, ia mengeluarkan catatan dari dalam tas.
Bela tersenyum, ia ikut mengeluarkan catatan Sejarah yang menjadi jadwal pelajaran pertama hari ini. "Kamu bisa mencotek catatan ku" ucapnya menyodorkan bukunya.
Gadis melirik Bela, ia mengerutkan keningnya.
"Kamu tidak mungkin mencontek milik Langit kan? Dia anak IPA" tambah Bela, Gadis terkekeh mendengarnya.
"Aku pinjam ya" pinta Gadis, mengambil buku dari tangan Bela. "Jangan terlalu ramah, kita tidak berteman!" ceplos Gadis.
Bela tetap tersenyum, "Mungkin sekarang belum, besok-besok siapa yang tau?" jawabnya. Ini membuat Gadis terdiam.
"Uh ... akhirnya sang Gadis masuk kembali, bagaimana Dis liburannya kemarin?" goda Rio saat memasuki kelas.
Gadis tetap diam, ia sibuk menyalin catatan milik Bela.
"Kecut banget mukanya kaya ketek kuda" cibir Rio, mata Gadis kini menatap tajam Rio. "Buset, serem banget mukanya. Aku takut rambutku akan dijambak juga" Rio kembali menggoda Gadis.
Gadis mengepalkan tangan kanannya kearah Rio, dan itu cukup membuat mulut Rio berhenti berbicara.
***
"Gadis!! Ayo kita makan" ajak Langit menarik tangan Gadis.
"Diam lah!" bentak Gadis kesal.
Langit menangkupkan kedua tangannya pada pipi Gadis. "Oh tidak, kamu kurus sekali!! Kita harus makan, atau kamu akan mati ... ayo Gadis, kali ini aku yang akan traktir" ujar Langit berapi-api.
Gadis menggeleng melihat tingkah Langit, iapun akhirnya bangkit dan mengikuti ajakannya.
"Boleh aku ikut?" suara Bela membuat langkah kaki mereka terhenti.
"Ya tentu saja" ajak Gadis menarik tangan Bela.
"Terimakasih" ucap Bela. Ia terus menatap lengan Langit yang sama sekali tak melepas genggamannya pada Gadis.
Mereka bertiga kini berada di kantin, Langit memesankan ice cream goreng untuk Gadis. "Tara!! Ini untukmu" Langit meletakannya di hadapan Gadis. "Dan ini untukku" ucapnya segera menyimpan Mie Goreng lalu segera duduk di samping Gadis.
Bela terdiam, ia seolah menjadi kambing conge disini. Sedangkan Langit dan Bela sudah menikmati makanannya.
"Loh, kamu tidak makan?" tanya Langit melihat Bela yang tetap diam. Gadis melirik Bela.
"Astaga, iya aku sampai lupa memesan makanan" Bela segera bangkit, ia berjalan untuk memesan makanan. Matanya tetap menatap Langit dan Gadis yang asik berbincang. "Tidak mungkin jika diantara mereka tidak jatuh cinta?" gumamnya pelan.
"Bodyguard nya masuk ya Mba?" ceplos wanita yang ikut mengantri di belakang Bela.
Bela segera berbalik arah, ia mengurungkan niatnya untuk memesan makanan dan kembali duduk.
"Ada apa? Mana makananmu?" tanya Langit melihat jika Bela kembali dengan tangan kosong.
"Tidak, aku tidak lapar ... kalian makan saja, aku akan kembali ke kelas" pamit Bela segera meninggalkan kantin.
Kini mata Langit dan Gadis saling bertemu. Gadis menaikan alisnya, seolah bertanya 'Ada apa?'
Langit menaikan bahunya cuek, "Habiskan saja makananmu" perintahnya.
Namun dari belakang terdengar beberapa wanita yang sepertinya tengah membicarakan Bela.
"Kamu lihat, seragamnya kuno sekali"
"Gara-gara dia, Lulu di skorsing"
"Cupu, bisanya mencari perlindungan"
Kata-kata itu begitu jelas di telinga Gadis, ia mengepalkan tangannya. Namun Langit yang berada di sampingnya segera memegang erat lengan Gadis.
"Ayo, makanan kita sudah habis ... mari kita mencari n****+ saja? Setuju?" ajak Langit menarik kembali lengan Gadis meninggalkan kantin.
***
"Bagaimana les mu?" tanya Langit pada Gadis saat berada di perpustakaan.
Gadis yang masih mencari-cari n****+ yang akan dibacanya hanya mengangguk.
"Aku bertanya, Gadis"
Gadis mengambil buku yang berada di hadapannya. "Iya Langit ini akan aku jawab, les berjalan dengan baik. Namun ada satu hal yang membuatku kesal, ada anak laki-laki menganggu sekali" cerita Gadis, duduk sambil membuka n****+.
Mata Langit berubah, ia segera mendekati Gadis. "Apa?! siapa yang mengganggumu? Apa sudah kamu hajar dia sampai babak belur?" tanya Langit berapi-api.
Gadis memukul kepala Langit dengan n****+ yang dipegangnya. "Aku tidak segila itu, masih dalam batas wajar sih" jawab Gadis cuek.
"Apa kamu menyukainya?" tanya Langit tiba-tiba.
Gadis menganga mendengar pertanyaan Langit ini. "Sepertinya kamu yang lebih gila dari aku, ayo kembali ke kelas! Kamu sangat berisik sekali" ajak Gadis menarik tangan Langit keluar dari perpustakaan.
"Gadis, ceritakan padaku apa yang terjadi di tempat les itu!" rengek Langit manja.
Gadis menjitak kepala Langit, "Ada apa denganmu! Menjijikan" umpat Gadis bergidik ngeri.
"Langit" panggil Gadis.
"Hem" jawab Langit.
"Apa aku berteman saja dengan Bela?"
"Terserah padamu" Langit menundukkan kepalanya, ia melihat tali sepatu Gadis yang terlepas.
"Tapi aku masih--"
Ucapan Gadis berhenti saat Langit tiba-tiba berjongkok di hadapannya lalu mulai membenarkan tali sepatunya.
"Kamu bisa terjun bebas jika membiarkan tali sepatu ini terlepas" ucap Langit, Gadis segera membuang mukanya. Ia melihat ke bawah, tepat lapangan bola. "Tadi apa yang mau kamu bicarakan?" Langit bangkit menatap wajah Gadis.
Gadis membalikan tubuhnya, "Aku sudah lupa!" jawabnya berjalan mendahului Langit yang kini mengejarnya.
"Hey Gadis!! Kamu tidak bisa membiarkan aku mati penasaran!!" teriak Langit, berjalan cepat.
***