Langit vs Adera

765 Words
Gadis menutup telponnya setelah menghubungi Langit untuk mengantarnya ke tempat les karena sang mama sedang tidak berada di rumah. Untung saja Gadis mempunyai teman sebaik Langit yang selalu datang membantunya kapan saja. Setelah bersiap-siap, Gadis keluar dari dalam kamarnya. Sambil menunggu Langit datang, ia duduk bersantai sambil memainkan ponsel. Namun ada sebuah chat dari Bela yang membuat Gadis berpikir keras saat ini. Bela     : Gadis, bisa aku meminta tolong? Gadis    : Ya, ada apa? Bela      : Bisakah kamu meminta Langit untuk menjemput ku di Mall? Aku belum hapal jalanan kota Bandung Gadis    : Kemana supir mu? Bela      : Dia tidak masuk hari ini Gadis    : Baiklah, akan ku berikan nomor telpon mu Disaat Gadis akan menelpon Langit, terdengar suara klakson motor yang dibunyikan dari depan rumahnya dan membuatnya segera berlari keluar. Terlihat Langit yang sudah siap mengantar Gadis. Dengan menggunakan kaos polos putih, jaket jeans menambah kharismanya. Langit menggerakan kepalanya, memberikan tanda agar Gadis segera menaiki motornya. Gadis tersenyum, ia mengunci pintu dan pagar lalu menaiki motor Langit. "Kenapa lama sekali!" gerutu Gadis menepuk pundak Langit. "Aku bisa terlambat!" Langit terkekeh, ia menutup kaca helmnya. "Jangan banyak bicara, peluk aku yang kencang" pesan Langit. *** Adera menatap jam yang melingkar di tangannya, lima menit lagi les dimulai tapi sampai saat ini belum ada tanda-tanda kedatangan Gadis, wanita yang sedari tadi ia tunggu-tunggu. "Kemana Gadis pemarah itu!" gerutunya sambil menghentak-hentakan kaki. Tak lama matanya terpusat pada sebuah motor Vespa merah yang berhenti tepat dihadapannya. Kini reaksi Adera semakin berlebih saat mengetahui wanita yang tengah dibonceng itu adalah Gadis. "Kenapa terlambat!" Adera segera menarik lengan Gadis yang baru turun dari motor. "Apa ojeknya sudah kamu bayar?" Langit yang mendengar kata-kata Adera barusan segera membuka helmnya. "Wah, ini anak emang doyan banget ngajak berantem" bentak Langit. Gadis dibuat kebingungan saat ini, ia hanya mampu memperhatikan dua orang pria yang asik mengejek. "Astaga! Aku ingat wajahmu, terimakasih sudah mengantarkan Gadis" ucap Adera lalu menarik lengan Gadis. "Ayo masuk kita sudah terlambat!" "Tunggu!" Gadis menarik kembali lengannya. Ia menghampiri Langit. "Aku sampai lupa, Bela meminta tolong untuk menjemputnya di Mall. Nanti ku kirim nomornya ya" pesan Gadis yang terus ditarik paksa Adera masuk ke dalan gedung. "Hey!! Kenapa kamu menarik Gadis begitu kasar!!" teriak Langit kesal. "Apa dia teman Gadis? Kenapa sepertinya Gadis sudah begitu kenal dekat dengannya?" kini Langit mulai bertanya-tanya. "Argh, untuk apa Bela meminta tolong padaku?" ia memukul stank motor lalu memakai helmnya. *** Di dalam kelas, Adera terus menatap Gadis sambil menumpu dagu dengan tangannya dan sesekali tersenyum. Gadis yang merasakan ada hal yang aneh segera melirik Adera yang duduk di sebelah kanannya. Ia mengepalkan tangannya kearah Adera sambil mengerucutkan bibir. Namun ekspresi Adera berbanding terbalik, ia malah tertawa puas melihat Gadis yang geram. "Dasar bodoh!" umpat Gadis, kini ia masa bodoh dengan Adera. Ia hanya ingin fokus menyerap pelajaran yang diberikan hari ini. Bel berdering, menandakan jika les hari ini selesai. Gadis buru-buru memasukan alat tulis kedalam tas lalu mengeluarkan ponselnya. Namun tiba-tiba secara cepat Adera merebut ponsel milik Gadis. "Pulang bersamaku saja" ujar Adera. Gadis berusaha mengambil ponsel dari tangan Adera namun dengan lincah Adera memindahkan ke kanan dan ke kiri. "Hey! Menyebalkan!" gerutu Gadis, berjalan keluar kelas meninggalkan Adera. Adera tersenyum, ia kini berlari mengejar Gadis. "Gadis pemarah!! Tunggu aku!" panggil Adera, namun Gadis terus berjalan. Saat mereka berdua sudah berada di parkiran, langkah kaki Gadis berhenti melihat sosok wanita yang kini tersenyum padanya sambil melambaikan tangan. Tangan Gadis mengepal, sorot matanya tajam membuat Adera yang melihat memundurkan langkah kaki. Wanita itu berjalan mendekati Gadis, "Diam!! Stop sampai disitu!" perintah Gadis. Namun Wanita itu malah semakin mendekati Gadis, disaat ia akan memegang bahu Gadis dengan kasar Gadis menepaknya. "Gadis, kenapa? Tante kesini untuk menjemputmu!" akhirnya Tasya membuka suara. "Tante disuruh papa membawamu" "Aku sama sekali tidak sudi!!" ucap Gadis, ia melirik ke arah Adera, lalu merebut ponsel dari tangannya dan berlari. *** Gadis duduk di bangku taman yang letaknya tak jauh dari gedung les. Ia menangis sejadi-jadinya, apalagi setelah membaca pesan dari sang papa yang malah menyalahkannya saat ini. Air matanya terus menetes, ia segera menelpon Langit, namun sama sekali tidak ada jawaban. Gadis    : Langit, jemput aku Akhirnya Gadis memilih untuk mengirimkan pesan singkat untuk Langit dan berharap segera dibaca. Gadis menutup wajahnya, ia menangis terisak-isak saat ini. Tiba-tiba sebuah jaket menutupi kepalanya membuat Gadis terkejut. "Sejak kapan wanita pemarah menjadi cengeng!" suara milik Adera membuat Gadis membuka jaket yang menutupi kepalanya. Gadis menatap Adera yang kini sudah duduk disampingnya. "Tutupi wajahmu saat menangis, jangan biarkan orang tau jika kamu itu lemah!" pesan Adera tanpa mau menatap Gadis. Gadis yang masih merasa sakit hati kembali menangis sambil menutupi wajah dengan jaket milik Adera. Ini membuat Adera tersentuh, secara perlahan ia merangkul kepala Gadis dan membiarkan menangis di bahunya. "Jangan terlalu banyak mengeluarkan air mata, jika habis tidak ada yang menjualnya!" pesan Adera menepuk-nepuk pelan bahu Gadis. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD