Cara Gadis

919 Words
Setelah memikirkan matang-matang, Gadis segera bangkit dari ranjangnya. Ia menuju meja rias dan mulai mencari-cari peralatan makeup nya. Meskipun jarang sekali ia pakai. Gadis mengambil bedak dan pelembab bibir. Ia menjentikkan jarinya, seolah menemukan ide lain saat ini. "Baiklah, mungkin saatnya aku mempunyai teman" ujar Gadis segera memasukkan bedak, pelembab bibir, sisir dan jepit rambut ke dalam tas sekolahnya. "Bersyukurlah kamu Bela, aku akan berteman denganmu!" gumam Gadis sambil meyakinkan hatinya 100 persen untuk berteman dengan Bela. Setelah menyelesaikan sarapan, Gadis segera menghampiri sang mama yang tengah menyiram tanaman di halaman belakang rumah. "Gadis berangkat ya Ma" pamit Gadis mencium pipi mama singkat. Mama tersenyum, ia mencubit pipi Gadis gemas. "Uh, manisnya anak mama ... bersikap baiklah di sekolah ya" pesan mama diangguk Gadis. "Gadis selalu bertingkah manis di sekolah Ma" jawab Gadis, oh ... tentu saja itu dusta! Sejak kapan Gadis bersikap seperti apa yang dikatakannya barusan? Mungkin Gadis tengah mengigau. *** "Sudah ku bilang tunggu aku di rumah!" bentak Langit mengacak-acak rambut Gadis yang tengah mendengarkan lagu dari ponselnya. "Ayo kita makan!" ajak Langit melepaskan earphone dari telinga Gadis. "Hey! Kapan kamu ini akan diam, aku tidak lapar! Pergilah sendiri" usir Gadis, ia menaruh ponselnya di atas meja lalu keluar dari dalam kelas meninggalkan Langit. "Huh, dasar wanita galak!!" cibir Langit menjulurkan lidahnya. Namun tiba-tiba ponsel milik Gadis berdering, terlihat sebuah panggilan video call pada layar ponselnya. Kening Langit mengkerut, ia melihat nomor ponsel yang begitu jelas. "Dia belum ada di kontak Gadis, siapa ini?" ujar Langit, mengambil ponsel milik Gadis lalu menjawab panggilan video call nya. "Dahsyat! Kamu mengangkatnya?" suara laki-laki terdengar jelas dari sana, ini membuat Langit penasaran. "Gadis pemarah! Dimana wajahmu?" 'Apa! Dia bilang Gadis pemarah?' batin Langit segera menampakkan wajahnya. "Kamu?" kata-kata itu keluar secara bersamaan dari mulut Langit dan Adera setelah melihat wajah masing-masing. "Hey, untuk apa kamu menghubungi Gadis? Video call segala?" bentak Langit kesal. "Kenapa kamu yang mengangkat telpon Gadis? Siapa kamu? Enyalah!!" balas Adera tidak mau kalah. "Wah, ngajak berantem nih orang!" Gadis yang kembali ke dalam kelas segera berlari menghampiri Langit yang masih memegang ponselnya. "Langit! Sedang apa?!" ujar Gadis merebut ponsel dari tangan Langit. Adera yang melihat sosok Gadis langsung tersenyum, "Gadis!! Hey ... ini aku!" teriak Adera. Gadis yang baru menyadari jika Adera melihat dirinya segera menutup sepihak telponnya. "Kenapa kamu angkat!" gerutu Gadis kesal, ia mencubiti lengan Langit tanpa ampun. "Awww ..." rintih Langit berusaha menghindari cubitan pedas Gadis. "Dia yang meminta diangkat!" dalih Langit. "Sejak kapan ponsel bisa berteriak 'Angkat aku ... angkat aku' dasar bodoh!" ucap Gadis terkekeh dan itu membuat Langit ikut tertawa. "Ayolah, kita makan" ajak Langit menarik tangan Gadis paksa keluar dari dalam kelas. *** Gadis berjalan melewati koridor sekolah, namun ada yang berbeda kali ini. Beberapa pasang mata bukan melihat dirinya, melainkan wanita yang sedari tadi Gadis rangkul. "Apa dia si culun itu?" "Bukan, dia orang yang berbeda" "Sejak kapan Gadis galak itu mempunyai teman?" Beberapa kata-kata yang dilontarkan anak-anak terdengar di telinga Gadis dan juga Bela. Namun seolah tak peduli, Gadis terus melenggang bebas. "Gadis, mereka memperhatikan aku" bisik Bela merasa tak enak. "Biarkan saja" jawab Gadis. "Astaga?! Siapa ini?" pekik Langit yang baru saja turun dari lantai dua. "Apa ini Bela?" tanya Langit memegang kedua bahu Bela. "Gadis, apa yang kamu lakukan padanya?" Gadis terkekeh, ia memukul bahu Langit. "Kenapa? Kamu begitu terpesona melihat perubahannya? Sekarang tidak ada lagi yang akan mengejek Bela cupu!" Langit masih menatap Bela tanpa berkedip, "Sungguh ini kamu? Ckckkck luar biasa" puji Langit. Gadis mendorong tubuh Langit. "Pergilah, jangan ganggu temanku" ucap Gadis menarik tangan Bela meninggalkan Langit. Bela terhenyak mendengar ucapan Gadis barusan. "Gadis" panggil Bela. "Terimakasih banyak ya" ucapnya, Gadis hanya tersenyum sambil mengangguk pelan. "Gadis tunggu!!" teriak Langit berlari mengejar Gadis dan Bela yang sudah cukup jauh. Di depan gerbang sekolah, sudah terlihat sebuah mobil sedan berwarna hitam. Bela segera berlari menghampirinya, "Aku duluan!!" ucap Bela melambaikan tangannya ke arah Gadis dan Langit. Gadis membalas lambaian tangannya, sedangkan Langit malah fokus menatap wajah Gadis saat ini. "Hey, apa yang kamu lihat?" tanya Gadis memukul pelan pipi Langit. "Astaga, kenapa kamu begitu kasar padaku" rintih Langit mengusap-usap pipinya, namun Gadis malah terkekeh. "Ada apa denganmu?" tanya Langit. "Apa ada yang aneh?" balas Gadis, berjalan mendahului Langit yang kini berusaha menyamakan langkah kaki. Langit mengangguk, "Bukan aneh lagi, tapi ini langka! Apa kamu berubah pikiran?" "Rasanya Bela itu anak yang baik, apa salah jika aku ingin berteman dengannya?" Gadis balik bertanya, Langit hanya menggeleng. "Aku tidak suka mendengar orang-orang mengejek Bela dengan sebutan cupu, maka dari itu pada jam istirahat kedua, aku mulai merapikan tampilannya. Bagaimana menurutmu?" Langit tersenyum akan jawaban Gadis, ia begitu tau jika sebenarnya Gadis adalah wanita paling baik. "Aku menyukainya" jawab Langit mengacak-acak rambut Gadis sambil mengedipkan matanya. Gadis mengerutkan keningnya, "Kamu langsung menyukainya? Padahal dia baru saja aku make over! Laki-laki gatel!" ejek Gadis mencubit perut Langit. "Aduh ampun!! Cubitanmu sakit sekali!" rintih Langit, melepaskan tangan Gadis dari perutnya. "Bukan menyukai Bela! Aku menyukaimu" ralat Langit, ini malah membuat Gadis terdiam. "Aku menyukai perubahanmu" tambah Langit tertawa. Gadis yang hampir saja jantungan mendengar ucapan Langit barusan kini tertawa. "Kamu hampir membunuhku dengan ucapanmu!" kekeh Gadis. *** Langit kembali tersenyum ketika kembali mengingat kejadian sepulang sekolah. Ia melihat ekspresi Gadis yang begitu shock saat mendengar ucapan Langit yang mengatakan 'Menyukainya'. "Apa dia benar-benar tidak mengerti? Atau pura-pura bodoh?" ucap Langit bertanya pada dirinya sendiri. Langit segera bangkit dari ranjangnya. Ia membuka laci meja belajar, terlihat setumpuk foto-foto di dalam sana. "Gadis galak ini memang selalu menggemaskan" ujar Langit mengambil salah satu foto bersama Gadis disaat perpisahan Sekolah Dasar dulu.         "Apa salah jika aku menyukai Gadis?" ia terus-menerus berbicara pada diri sendiri. "Langit!! Ponselmu terus berbunyi!!" suara teriakan sang mama dari luar kamar terdengar sangat jelas. "Gadis menelpon mu!!" tambahnya lagi. Dengan terburu-buru ia keluar dari dalam kamar. ***
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD